$type=grid$count=3$$meta=0$snip=0$rm=0$show=home

Bidadari yang Terbuang

Dalam banyak ayat, Allah mengingatkan kepada kita, bahwa ujian, seringkali berasal dari orang-orang yang dekat dengan keseharian kita. Ba...
Ibu dan bidadari yang terbuang - ilustrasi
Dalam banyak ayat, Allah mengingatkan kepada kita, bahwa ujian, seringkali berasal dari orang-orang yang dekat dengan keseharian kita. Baik yang bernasab layaknya bapak, ibu, saudara kandung, teman hidup baik suami maupun istri. Juga, orang-orang terdekat yang tidak ada kaitan darah seperti tetangga, sahabat atau siapapun yang dekat dalam kehidupan kita.

Tak terkecuali dalam kehidupan bisnis. Hal ini berlaku serupa. Adalah Malin Kundang. Sebuah legenda yang sangat populer. Lantaran bisnis, gengsi dengan kehidupan istri dan mertuanya, ia campakkan orang tuanya. Hingga akhirnya, dia terkutuk. Menjadi batu. Dan namanya, abadi dalam ketidakbaikan.

Tentu, sebagai orang yang berakal. Kita berharap agar tidak menjadi Malin Kundang berikutnya. Karena sebelum ajal menjelang, siapapun kita, bisa menjadi apapun selama kita tidak waspada dalam mendidik diri. Ini niscaya. Karena setan, tidak akan membiarkan kita berada dalam pendukung dan pelaku kebenaran.

Saya ingin menamainya dengan Fulan. Ia hidup di sekitar Jazirah Arab. Kegigihannya dalam berusaha telah mengantarkan dirinya menjadi seorang pebisnis ulung. Ia berpindah dari satu lokasi menuju lokasi lain untuk memperdagangkan komoditinya. Hampir semua tempat, sudah pernah ia jelajahi.

Ia hidup berempat. Bersama istri tercintanya, anak semata wayang penyejuk hati, dan ibu yang sudah tak muda lagi. Ibu yang telah melahirkannya itu, menderita lumpuh. Alhasil, cara hidup nomadennya ini, bertambah berat lantaran harus mengurusi sang ibu. Artinya, ia harus memindahkan ibunya, kemanapun ia beranjak.

Hingga akhirnya, ia mengalami puncak kegelisahan. Dalam gelisah itulah, timbul sebuah ide konyol. Ide yang sama sekali tidak manusiawi. Dan tak layak dilakukan oleh manusia manapun, apalagi dari anak terhadap ibu yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan dirinya itu. Namun, takdir hendak memberikan pelajaran untuk kita, generasi setelah Fulan tiada.

Ia kemudian berkata kepada istrinya, menyampaikan ide gilanya itu. “Umi, sore ini kita akan beranjak ke daerah lain. Kembali menjajakan barang dagangan kita. Tolong, kemasi semua barang ibu. Kita tinggalkan ibu di tengah sahara. Abi lelah karena ibu sudah sangat merepotkan kita.”

Sang istri, hanya diam. Kemudian mengangguk sembari melaksanakan perintah belahan jiwanya itu. Naluri kemanusiaan sang istri terusik. Namun, sebagai istri, ia tak bisa berbuat banyak.

Hingga akhirnya, apa yang dititahkan oleh Fulan ditunaikan dengan baik. Sang istri, melakukan lebih dari yang diminta. Di samping meninggalkan mertuanya, ia menyertakan anaknya. Mereka berdua ditinggal di tengah sahara. Dengan ancaman mati kedinginan atau diterkam binatang buas.

Sesampainya di tempat yang dituju, Fulan memanggil istrinya. “Umi, dimana anak kita? Aku ingin rehat sejanak sembari bermain dengannya. Agar luruh lelah yang menggelayut selepas perjalanan tadi.”

Tanpa canggung, sang istri menjawab, “Aku meninggalkan anak kita bersama ibu di tengah sahara.” Bagai disambar petir, Fulan langsung menyergap, sembari membentak, “Ha?! Kenapa kau tinggalkan anak kita bersama Ibu? Bukankah aku hanya menyuruh untuk meninggalkan ibu?”

Dengan sangat tenang, sang Istri menyahut, “Jika kubawa anak kita, dan hanya meninggalkan ibu, maka kelak, anak kita akan membuangmu sebagaimana kau membuang ibumu.”

Tanpa kata, Fulan langsung memacu kendaraannya ke tengah sahara. Hingga didapatilah pemandangan yang menyadarkan hati. Ibu dan anaknya tengah dikelilingi binatang buas. Sang anak ketakutan. Dan wanita terbuang itu, tengah mendekap erat cucunya, seraya melindungi. Fulan bergegas mengibas-ngibaskan pedangnya untuk menguisir kerumunan binatang buas yang hendak menerkam ibu dan anaknya.

Setelah aman, ia menyungkur sujud, menangis sejadi-jadinya, meminta maaf, sambil menciumi ibu dan anaknya.

Begitulah. Terkadang, kehidupan dunia bisa membutakan mata hati. Maka dalam cerita ini, istri, ataupun pasangan hidup kita, berfungsi sebagai penyeimbang. Yang mengingatkan di kala kita lupa. Yang meluruskan di kala kita tengah melenceng. Pasangan hidup itu, adalah mereka yang mengulurkan tangannya di saat orang lain enggan untuk membantu.

Sejatinya, orang tua adalah sarana utama bagi suksesnya seorang anak. Meskipun, secara kasat mata, ketika keduanya sudah memasuki senja, keberadaan orang tua nampak merepotkan. Namun, jika kita menggunakan kaca mata langit, keberadaannya adalah sumber kesuksesan.

Dari cerita Fulan ini, kita belajar. Bahwa ibu, dalam berbagai kasus adalah ujian bagi kita anak-anaknya. Dari si Fulan, kita juga belajar tentang hikmah. Bahwa penentangan akan ketidakbenaran, tidak selalu berbentuk kalimat kasar, melainkan dengan tindakan cerdas yang berasal dari hati, hingga sampai pulalah ke dalam hati.

Mari, bahagiakan ibu. Maka Allah, pasti membahagiakan kita. []


Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com



Name

Abdul Somad,1,Adab,4,Akhir Zaman,4,Al-Qur'an,18,Amalan,2,Analisa,1,Aqidah,16,Arifin Ilham,4,Bedah Buku,106,Buku,1,Canda,1,Dakwah Kampus,15,Dakwah Sekolah,1,Danil S,10,De_Palupi,1,Doa,64,Ekonomis-Bisnis,7,Fadhilah,25,Feature,282,Fiqih,71,Foto,48,Gresia Divi,26,Hadits,77,Hanan Attaki,2,Hasan Al-Banna,25,Headline,2,Heny Rizani,4,Hidayah,4,Hikmah,55,Ibadah,4,Indonesia,1,Inspirasi Redaksi,7,Islam,6,Kaifa Ihtada,46,Keluarga,105,Kembang Pelangi,30,Kesehatan,13,Khutbah Jum'at,54,Kisah Nabi,2,Kisah Nyata,85,KMPD,89,Kulwit,14,Mancanegara,1,Materi Tarbiyah,11,Mija Ahmadt,1,Motivasi,26,Mukjizat,4,Muslimah,43,Nasional,406,Nasyid,7,Oktarizal Rais,9,Opini,80,Parenting,11,Pemuda,2,Pernikahan,22,Petunjuk Nabi,7,Pirman,178,Press Release,20,Profil,16,Puisi,5,Ramadhan,88,Ramadhan 2017,1,Redaksi,6,Renungan,122,Renungan Harian,342,Retnozuraida,3,Rumah Tangga,8,Salim A Fillah,4,Salman al-Audah,1,Sirah,3,Sirah Sahabat,22,Siyasah Syar'iyyah,3,Strategi Dakwah,5,Surat Pembaca,1,Syiah,14,Tadabbur Al-Kahfi,1,Tasawuf,1,Taujih,44,Tazkiyah,5,Tazkiyatun Nafs,35,Tifatul Sembiring,25,Ukhtu Emil,31,Video,83,Wakaf,5,
ltr
item
Tarbawia: Bidadari yang Terbuang
Bidadari yang Terbuang
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDHkf3tWm6eG7sHNrAkqD2ta7X83JSjBiCkejeMNyI40bnSwseS3AQiH8rCJxl71tecQ6pDXC-1DGX0ukz-SgFLHg7OLHZuAPF7PKTJxMTrctp4lUZxFJmgyShXxQvMpZw4Kf-n54jEg/s320/Ibu+dan+bidadari+yang+terbuang+-+ilustrasi.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDHkf3tWm6eG7sHNrAkqD2ta7X83JSjBiCkejeMNyI40bnSwseS3AQiH8rCJxl71tecQ6pDXC-1DGX0ukz-SgFLHg7OLHZuAPF7PKTJxMTrctp4lUZxFJmgyShXxQvMpZw4Kf-n54jEg/s72-c/Ibu+dan+bidadari+yang+terbuang+-+ilustrasi.jpg
Tarbawia
https://www.tarbawia.com/2013/12/bidadari-yang-terbuang.html
https://www.tarbawia.com/
https://www.tarbawia.com/
https://www.tarbawia.com/2013/12/bidadari-yang-terbuang.html
true
4661011185558750656
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content