ilustrasi @xa-xa Salah satu ungkapan Bapak BJ. Habibie yang paling menjadi pelajaran bagi kita adalah, "Utamakan karya nyata, buka...
ilustrasi @xa-xa |
Salah satu ungkapan Bapak BJ. Habibie yang paling menjadi pelajaran bagi kita adalah, "Utamakan karya nyata, bukan citra. Citra merupakan kulitnya saja, sedangkan karya adalah isi: berupa kemampuan dan prestasi nyata yang dapat dinikmati dan bermanfaat bagi masyarakat. Yang tepat adalah dengan menghasilkan karya nyata yang jelas akan memberi citra yang dikagumi masyarakat." (Habibie, Sebuah Persembahan Spesial untuk Generasi Muda Indonesia, hal 68)
Kalimat ini pantas sekali keluar dari Bapak Habibie yang sudah mengukir seabrek prestasi dan karya nyata; yang bukan hanya disaksikan oleh anak bangsanya, tapi dunia. Bahkan dunia lebih dulu menyaksikan dari pada anak bangsanya sendiri.
Selain itu, puluhan tahun beliau tinggal di negara maju, yang di sana orang tidak mempedulikan gelar dan titel, hanya orang yang mampu berkaryalah yang bisa eksis, sekalipun tanpa embel-embel di depan atau belakang namanya.
Di sana orang tidak mungkin memanipulasi karya orang menjadi karya dia. Atau hanya menghasilkan karya ecek-ecek, tapi dengan kelihaian promosi atau pencitraan, seolah-olah itu adalah karya yang sangat hebat dan monumental. Setelah diteliti dan diselidiki kembali, ternyata hanya speaker kecil tapi bersuara nyaring yang memekakkan telinga orang sekampung.
Sungguh beda sekali dengan negara beliau sendiri. Sekalipun Pak Habibie mampu menghasilkan pesawat tercanggih di dunia, tapi kurang pencitraan. Akibatnya sedikit orang yang mengetahuinya. Bahkan banyak yang mencemooh karya beliau.
Pembikin mobil-mobilan akan lebih terkenal daripada pembuat pesawat bila teriaknya lebih nyaring. Kondisi seperti ini mengingatkan kita pada firman Allah Swt, surah Ali 'Imran ayat 188.
"Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab. Mereka akan mendapat azab yang pedih."
Inilah diantara musibah di zaman kita. Banyak sekali orang yang ingin dipuji atas sesuatu yang sebenarnya tidak pernah ia lakukan. Ingin ternama atas sesuatu yang bukan karyanya. Tidak melakukan apa-apa, tapi ingin mendapatkan penghargaan.
Lebih parah dari itu, pelaku kegagalan yang seharusnya dicela, berkat hebatnya polesan pencitraan; bisa berubah menjadi kilauan prestasi. Inilah mental sakit yang perlu dibasmi sampai ke akar-akarnya.
Ya Allah, bersihkan kami dari penyakit ini. []
Penulis : Ustadz Zulfi Akmal - Kairo
Editor : Pirman