Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah atas tahun terakhir. Saat waktu istirahat tiba...
Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah atas tahun terakhir. Saat waktu istirahat tiba aku dikejutkan dengan teriakan salah seorang temanku yang sedang berdiri di depan pintu kelas kesayangan kami.
“Ndaaah.. ada yang cari tuuuhhh.... !!", teriaknya keras.
“Siapaa?" tanyaku padanya.
“Gak tauu.. ceweek.. “, balasnya..
Bergegas aku keluar kelas untuk menjumpai siapa gerangan yang mencariku. Ternyata seorang perempuan cantik berkaca mata, kurus, tinggi, berkulit putih dengan jilbab diikat ke belakang. O o siapakah dia? tanyaku dalam hati.
“Indah kan?”, tanyanya sambil tersenyum padaku.
“Iya.. saya Indah. Maaf dengan siapa? Tanyaku kembali padanya. Walaupun sempat sekilas aku membaca tulisan Erna pada simbol nama seragam sekolahnya.
“Saya Erna. Saya mau belajar ngaji “, jawabnya to the point dengan sedikit malu-malu.
”Ooh iya.. boleeh..”jawabku perlahan karena kaget akan todongan permintaannya. “Tapi maaf sebelumnya.. Erna tau darimana ya tentang saya? Maksudnya kok langsung minta di ajarin ngaji..? “, tanyaku hati-hati padanya.
Lalu mulailah ia bercerita bahwa ia adalah anak seorang guru di salah satu sekolah dasar di daerah tempat tinggalnya. Dulu waktu sekolah tersebut membuat pesantren kilat Ramadhan aku pernah diminta mengajar untuk anak-anak peserta pesantren kilat. Ibunya masih mengingat namaku dan menyuruh Erna menjumpai aku untuk mengajari Erna mengaji. Beliau mengetahui kalau aku satu sekolah dengan anaknya.
Sembari Erna bercerita aku kembali mengingat-ngingat masa itu. Ya, mungkin itu saat Ramadhan tahun lalu. Saat itu temanku meminta aku untuk mengajar anak-anak peserta pesantren kilat di sekolah tersebut. Dan saat itu aku memang bertemu dengan beberapa orang guru yang hadir sebagai panitia pesantren kilat. Subhanallah.. gemetar rasanya tubuhku karena hendak memikul amanah ini . tapi semuanya aku niatkan karena Allah.
“Insyaallah Erna.. “, jawabku padanya.
Iapun mengucapkan terimakasih dan aku langsung meminta alamat rumahnya. Ternyata rumahnya lumayan jauh dari rumahku. Mungkin bisa mencapai lima belas menit bila berjalan kaki. Saat itu aku belum mempunyai kendaraan. Pilihannya hanya berjalan kaki. Akupun mulai menghitung waktu agar bisa menyesuaikan jadwal. Alhasil setiap hari yang ditentukan aku harus bergegas pulang ke rumah untuk makan dan berganti pakaian agar bisa segera tepat waktu sampai di rumah Erna.
Hari pertama belajar aku membawa semua jilid Iqra, dari jilid 1 sampai jilid 6. Karena saat pertama sekali bertemu, Erna pernah mengatakan bahwa ia belum begitu pandai mengaji. Pikirku tidak ada salahnya bila dicoba kembali mengajinya dari jilid 1.
Setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam Erna menyuruhku masuk. Ternyata ada ibu Erna yang sudah menunggu kedatanganku. Lalu aku bersalaman dengan beliau dan mengobrol sejenak, tidak lama kemudian kamipun memulai belajar. Saat itu aku sudah mengenal sedikit lebih jauh tentang Erna sehingga akupun berniat agar aku tidak hanya mengajarinya mengaji tapi harus sekalian memberi tahu Erna sedikit-sedikit tentang Islam.
Sebelum memulai mengaji aku meminta Erna memakai jilbab atau mukena karena pakaiannya agak kurang pantas bila akan berhadapan dengan Al Quran (Ia hanya memakai baju kaos lengan pendek dan celana pancung). Alhamdulillah Erna menyetujui. Hari pertama belajar Erna begitu bersemangat. Dari mimik wajahnya aku memperhatikan ia sungguh-sungguh ingin bisa membaca Al Qur'an. Aku meminta Erna memulai belajar dari Iqra’ jilid 1 agar pengucapan huruf-huruf hijaiyahnya lebih sempurna. Sesekali saat pelajaran berlangsung kami juga berdiskusi tentang wanita, aurat dan jilbab. Diringi do’a semoga Allah memberikan hidayah pada Erna agar dapat menutup aurat secara kaaffah.
Alhamdulillah semakin lama Erna terus menunjukkan kemajuan. Bacaan Qurannya semakin bagus dan tidak sampai waktu sebulan Erna sudah bisa menamatkan semua jilid Iqra dan lanjut melancarkan bacaan ke Al Qur’an. Perasaan gembira tidak hanya dirasakan oleh Erna, tetapi juga oleh ibunya dan tentu saja aku.
Sayangnya waktu belajar tidak berlangsung lama. Pertemuan kami selanjutnya hanya berlangsung beberapa kali saja. Hal ini disebakan karena masing-masing kami akan mempersiapkan diri untuk ujian akhir sekolah. Berharap dan berdoa semoga apa yang kami pelajari selama ini barakah dan suatu hari nanti dapat bertemu kembali dengan Erna. []
Penulis : Indah Sriwindhari
Banda Aceh
“Ndaaah.. ada yang cari tuuuhhh.... !!", teriaknya keras.
“Siapaa?" tanyaku padanya.
“Gak tauu.. ceweek.. “, balasnya..
Bergegas aku keluar kelas untuk menjumpai siapa gerangan yang mencariku. Ternyata seorang perempuan cantik berkaca mata, kurus, tinggi, berkulit putih dengan jilbab diikat ke belakang. O o siapakah dia? tanyaku dalam hati.
“Indah kan?”, tanyanya sambil tersenyum padaku.
“Iya.. saya Indah. Maaf dengan siapa? Tanyaku kembali padanya. Walaupun sempat sekilas aku membaca tulisan Erna pada simbol nama seragam sekolahnya.
“Saya Erna. Saya mau belajar ngaji “, jawabnya to the point dengan sedikit malu-malu.
”Ooh iya.. boleeh..”jawabku perlahan karena kaget akan todongan permintaannya. “Tapi maaf sebelumnya.. Erna tau darimana ya tentang saya? Maksudnya kok langsung minta di ajarin ngaji..? “, tanyaku hati-hati padanya.
Lalu mulailah ia bercerita bahwa ia adalah anak seorang guru di salah satu sekolah dasar di daerah tempat tinggalnya. Dulu waktu sekolah tersebut membuat pesantren kilat Ramadhan aku pernah diminta mengajar untuk anak-anak peserta pesantren kilat. Ibunya masih mengingat namaku dan menyuruh Erna menjumpai aku untuk mengajari Erna mengaji. Beliau mengetahui kalau aku satu sekolah dengan anaknya.
Sembari Erna bercerita aku kembali mengingat-ngingat masa itu. Ya, mungkin itu saat Ramadhan tahun lalu. Saat itu temanku meminta aku untuk mengajar anak-anak peserta pesantren kilat di sekolah tersebut. Dan saat itu aku memang bertemu dengan beberapa orang guru yang hadir sebagai panitia pesantren kilat. Subhanallah.. gemetar rasanya tubuhku karena hendak memikul amanah ini . tapi semuanya aku niatkan karena Allah.
“Insyaallah Erna.. “, jawabku padanya.
Iapun mengucapkan terimakasih dan aku langsung meminta alamat rumahnya. Ternyata rumahnya lumayan jauh dari rumahku. Mungkin bisa mencapai lima belas menit bila berjalan kaki. Saat itu aku belum mempunyai kendaraan. Pilihannya hanya berjalan kaki. Akupun mulai menghitung waktu agar bisa menyesuaikan jadwal. Alhasil setiap hari yang ditentukan aku harus bergegas pulang ke rumah untuk makan dan berganti pakaian agar bisa segera tepat waktu sampai di rumah Erna.
Hari pertama belajar aku membawa semua jilid Iqra, dari jilid 1 sampai jilid 6. Karena saat pertama sekali bertemu, Erna pernah mengatakan bahwa ia belum begitu pandai mengaji. Pikirku tidak ada salahnya bila dicoba kembali mengajinya dari jilid 1.
Setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam Erna menyuruhku masuk. Ternyata ada ibu Erna yang sudah menunggu kedatanganku. Lalu aku bersalaman dengan beliau dan mengobrol sejenak, tidak lama kemudian kamipun memulai belajar. Saat itu aku sudah mengenal sedikit lebih jauh tentang Erna sehingga akupun berniat agar aku tidak hanya mengajarinya mengaji tapi harus sekalian memberi tahu Erna sedikit-sedikit tentang Islam.
Sebelum memulai mengaji aku meminta Erna memakai jilbab atau mukena karena pakaiannya agak kurang pantas bila akan berhadapan dengan Al Quran (Ia hanya memakai baju kaos lengan pendek dan celana pancung). Alhamdulillah Erna menyetujui. Hari pertama belajar Erna begitu bersemangat. Dari mimik wajahnya aku memperhatikan ia sungguh-sungguh ingin bisa membaca Al Qur'an. Aku meminta Erna memulai belajar dari Iqra’ jilid 1 agar pengucapan huruf-huruf hijaiyahnya lebih sempurna. Sesekali saat pelajaran berlangsung kami juga berdiskusi tentang wanita, aurat dan jilbab. Diringi do’a semoga Allah memberikan hidayah pada Erna agar dapat menutup aurat secara kaaffah.
Alhamdulillah semakin lama Erna terus menunjukkan kemajuan. Bacaan Qurannya semakin bagus dan tidak sampai waktu sebulan Erna sudah bisa menamatkan semua jilid Iqra dan lanjut melancarkan bacaan ke Al Qur’an. Perasaan gembira tidak hanya dirasakan oleh Erna, tetapi juga oleh ibunya dan tentu saja aku.
Sayangnya waktu belajar tidak berlangsung lama. Pertemuan kami selanjutnya hanya berlangsung beberapa kali saja. Hal ini disebakan karena masing-masing kami akan mempersiapkan diri untuk ujian akhir sekolah. Berharap dan berdoa semoga apa yang kami pelajari selama ini barakah dan suatu hari nanti dapat bertemu kembali dengan Erna. []
Penulis : Indah Sriwindhari
Banda Aceh
Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)