Indonesia kembali berduka. Sebanyak 99 orang tewas dan 10 orang lainnya kritis dalam peristiwa jatuhnya pesawat Hercules C130 . Pesawat mil...
Indonesia kembali berduka. Sebanyak 99 orang tewas dan 10 orang lainnya kritis dalam peristiwa jatuhnya pesawat Hercules C130. Pesawat milik TNI AU ini jatuh dan terbakar di Desa Geplak, Magetan, Jawa Timur, pada Rabu (20/5) pagi.
Sejatinya, ada dua hal yang bisa kita ambil ibrah dari peristiwa ini. Pertama, bahwa kematian itu bisa datang kapan saja. Kita tidak pernah tahu kapan malaikat maut menjemput ajal kita. Dan kita juga tidak pernah tahu di mana dan dengan cara apa kita akan menghadap kepada-Nya. Memang hampir semua orang ingin meninggal di usia senja. Jawaban ini juga yang diberikan oleh peserta kajian saat saya memberikan pre test sebelum berdiskusi bersama mereka. Semua peserta menginginkan kehidupannya berakhir pada usia di atas 60 tahun, kecuali satu orang. Sayangnya, kita tidak pernah diberi pilihan untuk itu.
Peristiwa jatuhnya pesawat Hercules C130, semakin meneguhkan kebenaran firman Allah: “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun : 11). Maka, sudahkah kita menyiapkan diri jika sewaktu-waktu ia menjemput kita?
Kedua, jika saat kematian adalah takdir, maka kita tetap tidak boleh meninggalkan sunnatullah. Artinya apa? Banyak disinyalir bahwa penyebab jatuhnya pesawat Hercules C130 adalah karena tidak laiknya pesawat ini untuk beroperasi. Jika demikian halnya, bukankah kita yang tidak memenuhi sunnatullah yang juga disebutkan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” (QS. Ar-Ra’du : 11). Bagaimana mungkin kita mengharapkan keselamatan sementara kita justru menjerumuskan diri dalam ketidakselamatan?
Tidak kali ini saja kecelakaan pesawat terjadi. Sebelumnya, 27 Agustus 2008 Sriwijaya Air Penerbangan 62 tergelincir saat mendarat di Jambi. 13 orang terluka. Yang paling tragis adalah peristiwa jatuhnya Adam Air Penerbangan 574 di Selat Makassar pada Januari 2007. Semua 96 penumpang dan 6 awak pesawat tewas serta jasad seluruh penumpang dan bangkai pesawat terkubur di dasar laut. Dan kini peristiwa serupa justru terjadi pada pesawat TNI yang seharusnya lebih kuat.
Demikian juga kita sering melupakan sunnatullah ini dalam berbagai konteks kehidupan. Termasuk keinginan umat untuk mendapatkan kejayaan Islam, sementara ia lupa bahwa banyak sunnatullah yang belum dipenuhinya. Semoga kita senantiasa diberi kemudahan untuk mengingat kematian dan mempersiapkan diri menghadapinya, serta berjalan di atas sunnatullah dalam kehidupan ini.[Muchlisin]