Hari ini 80 tahun yang lalu, Piala Oscar untuk pertama kalinya diberikan. Inilah penghargaan film paling utama di Amerika Serikat. Pengharga...
Hari ini 80 tahun yang lalu, Piala Oscar untuk pertama kalinya diberikan. Inilah penghargaan film paling utama di Amerika Serikat. Penghargaan ini diberikan oleh Academy of Motion Picture Arts and Sciences, sebuah organisasi penghormatan profesional yang di tahun 2007 mempunyai keanggotaan sebanyak 5.830 orang pemilih. Aktor-aktor (dengan keanggotaan sebanyak 1.311) merupakan kelompok pemilih terbesar.
Banyak insan perfilman yang menantikan even ini dan berharap menjadi pemenangnya. Betapa tidak, selain disorot oleh kamera dari berbagai Negara, penerima piala oscar juga disaksikan oleh ratusan juta mata di seluruh dunia. Barangkali, motivasi mendapatkannya merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dalam diagram Maslow.
Bayangkan Anda yang berada di atas panggung saat itu. Lalu nama Anda disebut. Anda berjalan diiringi gemuruh telapak tangan. Semua orang yang hadir berdecak kagum sambil mengucapkan selamat. Anda juga sadar, ratusan juta pasang mata memperhatikan Anda, entah secara live atau siaran tunda. Membanggakan…
Sekarang marilah kita bayangkan hal lain yang lebih besar…
(Meskipun imajinasi kita tidak mungkin sama persis dengan kejadian sebenarnya)
Sebuah panggung yang disaksikan tidak hanya oleh ratusan juta pasang mata, tetapi oleh seluruh manusia sejak Adam sampai manusia terakhir. Bahkan, bukan hanya manusia yang menyaksikan saat itu, melainkan juga Sang Pencipta Manusia. Kita, pada saat itu, satu per satu akan menerima ‘award’ yang lebih berharga dari piala Oscar, karena ia merupakan akumulasi ‘prestasi’ kita selama hidup di dunia. Bedanya, kalau piala Oscar menggambarkan ‘prestasi positif’ maka yang kita terima kali ini bisa positif dan bisa negatif, tergantung amal-amal kita.
Bedanya juga, kalau orang menerima piala Oscar ia bisa dengan bebas memakai tangan kanannya, maka pada even yang maha dahsyat ini kita tidak bisa memilih cara menerima sesuka hati kita. Kita akan menerima dengan cara yang sesuai dengan hakikat hidup kita, sekaligus menggambarkan bagaimana kehidupan berikutnya –yang abadi- akan kita lalui.
Marilah kita renungi ayat-ayat ini :
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya,
maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,
dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.
Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang,
maka dia akan berteriak: "Celakalah aku".
Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir).
Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya).
(QS. Al-Insyiqaq : 7-14)
Bacalah ayat-ayat itu dan marilah kita renungkan… [Muchlisin]