Di sela-sela acara munasharah kemarin, panitia mengumumkan hasil sementara infaq keliling peserta: sekian puluh juta rupiah dan beberapa ba...
Di sela-sela acara munasharah kemarin, panitia mengumumkan hasil sementara infaq keliling peserta: sekian puluh juta rupiah dan beberapa barang, diantaranya 1 kotak sambal pecel. Sambal pecel? Ya, sambal pecel.
Barangkali bagi orang yang hanya memahami dari perspektif sempit, buat apa sambal pecel dan apa manfaatnya untuk Palestina? Namun Allah memandang niat dari setiap amal hamba-Nya dan dari sana Allah menilai amal-amal itu, di samping tingkat kesulitan seorang hamba. Panitia dan peserta lain juga memahami kesungguhan niat peserta munasharah itu untuk berinfaq. Saat datang kotak kepadanya, barangkali hanya sambal pecel itu yang ada; itupun –mungkin- barang dagangannya.
Infaq di jalan Allah, betapapun kecilnya, sepanjang ia ikhlas akan tetap dinilai Allah SWT. Nilainya juga tidak semata ditentukan oleh besarnya nominal. Dengan demikian infaq sepuluh ribu rupiah bagi orang kaya dan orang yang susah dalam keadaan sama-sama ikhlas akan berbeda nilainya di sisi Allah. Sebab uang sebesar itu sangat ringan bagi orang kaya, dan sangat berarti bagi orang yang sedang terbatas ekonominya.
Kecilnya nominal infaq bagi orang yang hanya memiliki itu untuk dinfakkan tetap dipuji Allah dan Rasul-Nya. Seperti yang terjadi menjelang perang Tabuk. Kaum muslimin berlomba-lomba untuk berinfaq membiayai jihad besar itu. Selain Abu Bakar berinfaq dengan seluruh hartanya, Umar dengan separuh hartanya, Utsman 900 ekor onta dan 100 ekor kuda serta uang tunai, ada juga sahabat-sahabat miskin yang berinfaq satu atau dua mud kurma; memang itulah yang dipunya mereka.
Infaq yang kecil itu dihina oleh orang-orang munafik. “Allah maha kaya, tidak membutuhkan shadaqah yang hanya satu mud kurma” ejek mereka. Allah kemudian menyindir mereka bersamaan dengan pemuliaan-Nya kepada orang yang berinfaq, betapapun kecilnya:
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ [التوبة/79]
(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi shadaqah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk dishadaqahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. (QS. At-Taubah : 79)
Sambal pecel untuk Palestina itu dalam sekejap menemukan keberkahannya; sebelum ia sampai ke Palestina. Panitia munasharah mempunyai ide kreatif untuk melelangnya. “Dua puluh ribu rupiah” tawaran pertama dari seorang Bapak membuka lelang itu.
“Seratus ribu rupiah”
“Lima ratus ribu rupiah”
“Satu juta rupiah”
“Satu juta dua ratus ribu rupiah”
“Dua juta lima ratus ribu rupiah”
“Lima juta rupiah”
“Tujuh juta lima ratus ribu rupiah”
Subhaanallah, ternyata sambal pecel itu mendatangkan infaq tambahan sebesar 7,5 juta rupiah. Sungguh, kesungguhan berinfak itu telah menunjukkan keberkahannya, bahkan sebelum ia sampai ke tujuannya; di Palestina. Apakah Anda juga sudah berinfaq untuk Palestina? [Muchlisin]
Barangkali bagi orang yang hanya memahami dari perspektif sempit, buat apa sambal pecel dan apa manfaatnya untuk Palestina? Namun Allah memandang niat dari setiap amal hamba-Nya dan dari sana Allah menilai amal-amal itu, di samping tingkat kesulitan seorang hamba. Panitia dan peserta lain juga memahami kesungguhan niat peserta munasharah itu untuk berinfaq. Saat datang kotak kepadanya, barangkali hanya sambal pecel itu yang ada; itupun –mungkin- barang dagangannya.
Infaq di jalan Allah, betapapun kecilnya, sepanjang ia ikhlas akan tetap dinilai Allah SWT. Nilainya juga tidak semata ditentukan oleh besarnya nominal. Dengan demikian infaq sepuluh ribu rupiah bagi orang kaya dan orang yang susah dalam keadaan sama-sama ikhlas akan berbeda nilainya di sisi Allah. Sebab uang sebesar itu sangat ringan bagi orang kaya, dan sangat berarti bagi orang yang sedang terbatas ekonominya.
Kecilnya nominal infaq bagi orang yang hanya memiliki itu untuk dinfakkan tetap dipuji Allah dan Rasul-Nya. Seperti yang terjadi menjelang perang Tabuk. Kaum muslimin berlomba-lomba untuk berinfaq membiayai jihad besar itu. Selain Abu Bakar berinfaq dengan seluruh hartanya, Umar dengan separuh hartanya, Utsman 900 ekor onta dan 100 ekor kuda serta uang tunai, ada juga sahabat-sahabat miskin yang berinfaq satu atau dua mud kurma; memang itulah yang dipunya mereka.
Infaq yang kecil itu dihina oleh orang-orang munafik. “Allah maha kaya, tidak membutuhkan shadaqah yang hanya satu mud kurma” ejek mereka. Allah kemudian menyindir mereka bersamaan dengan pemuliaan-Nya kepada orang yang berinfaq, betapapun kecilnya:
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ [التوبة/79]
(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi shadaqah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk dishadaqahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. (QS. At-Taubah : 79)
Sambal pecel untuk Palestina itu dalam sekejap menemukan keberkahannya; sebelum ia sampai ke Palestina. Panitia munasharah mempunyai ide kreatif untuk melelangnya. “Dua puluh ribu rupiah” tawaran pertama dari seorang Bapak membuka lelang itu.
“Seratus ribu rupiah”
“Lima ratus ribu rupiah”
“Satu juta rupiah”
“Satu juta dua ratus ribu rupiah”
“Dua juta lima ratus ribu rupiah”
“Lima juta rupiah”
“Tujuh juta lima ratus ribu rupiah”
Subhaanallah, ternyata sambal pecel itu mendatangkan infaq tambahan sebesar 7,5 juta rupiah. Sungguh, kesungguhan berinfak itu telah menunjukkan keberkahannya, bahkan sebelum ia sampai ke tujuannya; di Palestina. Apakah Anda juga sudah berinfaq untuk Palestina? [Muchlisin]