Umat Islam bingung. Bahkan para ulama’nya. Jihad mereka selama puluhan tahun menemui jalan buntu. Pasalnya, negara yang menyerang dan membun...
Umat Islam bingung. Bahkan para ulama’nya. Jihad mereka selama puluhan tahun menemui jalan buntu. Pasalnya, negara yang menyerang dan membunuhi mereka, kini rajanya masuk Islam, diikuti sebagian besar rakyatnya. Negara itu adalah Tartar, dan rajanya adalah Qazan bin Arghun.
Jika keislaman mereka sekaligus menghentikan serangannya pada kaum muslimin, masalah selesai. Namun mereka terus melanjutkan peperangan ini; membunuhi kaum muslimin dan memperluas daerah jajahannya. Inilah masalahnya. Masalah yang juga membuat bingung para ulama’. Haruskah kaum muslimin berperang dengan Tartar yang sudah masuk Islam? Namun jika tidak, semakin banyak kaum muslimin yang terbunuh dan wilayah kekhilafahan Islam semakin menyempit. Bahkan ulama’ sekaliber Ibnu Katsir masih dalam tanda tanya yang tersirat dalam kalimatnya: ”Sebagian besar manusia bertanya-tanya dengan alasan apakah negara Tartar harus diperangi? Mereka telah masuk Islam..”
Namun kebingungan ini tidak berlangsung lama. Solusi datang dari seorang ulama besar yang segera mengakhiri kebuntuan ini. Dialah Ibnu Taimiyah. ”Orang-orang Tartar,” kata Ibnu Taimiyah dalam fatwanya, ”tiada lain seperti orang-orang Khawarij yang membangkang dari Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Orang-orang Khawarij berpendapat bahwa mereka lebih berhak dalam masalah kekhalifahan daripada Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Orang-orang Tartar juga berpendapat bahwa mereka lebih berhak menegakkan kebenaran daripada kaum muslimin lainnya. Mereka kecam kemaksiatan dan kezaliman kaum muslimin padahal mereka sendiri jauh lebih rusak beberapa kali lipat daripada kaum muslimin lainnya.”
Para ulama’ dan umat Islam puas dengan fatwa itu dan kembali melanjutkan jihadnya melawan Tartar. Mereka semakin termotivasi karena Ibnu Taimiyah juga menguatkan dengan perkataannya: ”Jika kalian lihat aku berada di pihak pasukan Tartar dan di kepalaku terdapat Mushaf, maka bunuhlah aku!”
Kita mungkin juga terkejut dengan berita keislaman Obama. Hasil survey yang dirilis di yahoo mengabarkan 57 persen pemilih Partai Republik Amerika Serikat menyatakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama seorang muslim. Ini barulah hasil survey. Bukan sebuah kepastian yang benar adanya.
Kalaupun Obama masuk Islam, namun ia tetap memusuhi umat Islam dan membunuhi mereka baik di Afhganistan, Irak, dan negeri muslim yang lain. Juga masih mendukung zionis Israel menduduki Palestina dan membunuhi rakyatnya. Itu tidak akan mengubah sikap kita terhadap Amerika. Sebagaimana umat Islam dahulu tetap berjihad melawan Tartar. Bukankah begitu? [Muchlisin]
Jika keislaman mereka sekaligus menghentikan serangannya pada kaum muslimin, masalah selesai. Namun mereka terus melanjutkan peperangan ini; membunuhi kaum muslimin dan memperluas daerah jajahannya. Inilah masalahnya. Masalah yang juga membuat bingung para ulama’. Haruskah kaum muslimin berperang dengan Tartar yang sudah masuk Islam? Namun jika tidak, semakin banyak kaum muslimin yang terbunuh dan wilayah kekhilafahan Islam semakin menyempit. Bahkan ulama’ sekaliber Ibnu Katsir masih dalam tanda tanya yang tersirat dalam kalimatnya: ”Sebagian besar manusia bertanya-tanya dengan alasan apakah negara Tartar harus diperangi? Mereka telah masuk Islam..”
Namun kebingungan ini tidak berlangsung lama. Solusi datang dari seorang ulama besar yang segera mengakhiri kebuntuan ini. Dialah Ibnu Taimiyah. ”Orang-orang Tartar,” kata Ibnu Taimiyah dalam fatwanya, ”tiada lain seperti orang-orang Khawarij yang membangkang dari Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Orang-orang Khawarij berpendapat bahwa mereka lebih berhak dalam masalah kekhalifahan daripada Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Orang-orang Tartar juga berpendapat bahwa mereka lebih berhak menegakkan kebenaran daripada kaum muslimin lainnya. Mereka kecam kemaksiatan dan kezaliman kaum muslimin padahal mereka sendiri jauh lebih rusak beberapa kali lipat daripada kaum muslimin lainnya.”
Para ulama’ dan umat Islam puas dengan fatwa itu dan kembali melanjutkan jihadnya melawan Tartar. Mereka semakin termotivasi karena Ibnu Taimiyah juga menguatkan dengan perkataannya: ”Jika kalian lihat aku berada di pihak pasukan Tartar dan di kepalaku terdapat Mushaf, maka bunuhlah aku!”
Kita mungkin juga terkejut dengan berita keislaman Obama. Hasil survey yang dirilis di yahoo mengabarkan 57 persen pemilih Partai Republik Amerika Serikat menyatakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama seorang muslim. Ini barulah hasil survey. Bukan sebuah kepastian yang benar adanya.
Kalaupun Obama masuk Islam, namun ia tetap memusuhi umat Islam dan membunuhi mereka baik di Afhganistan, Irak, dan negeri muslim yang lain. Juga masih mendukung zionis Israel menduduki Palestina dan membunuhi rakyatnya. Itu tidak akan mengubah sikap kita terhadap Amerika. Sebagaimana umat Islam dahulu tetap berjihad melawan Tartar. Bukankah begitu? [Muchlisin]