Di tahun 50-an, Sayyid Qutb pernah didatangi banyak aktifis Islam di negerinya. Mereka mengeluh tentang i'lam (media) dakwah kepada Say...
Di tahun 50-an, Sayyid Qutb pernah didatangi banyak aktifis Islam di negerinya. Mereka mengeluh tentang i'lam (media) dakwah kepada Sayyid Qutb. Ada yang mengadukan tentang majalah-majalah dakwah yang dibredel, ada yang curhat masalah kurangnya modal, bahkan ada yang kantor tempat mengorganisir media dakwah digerebek.
Sayyid Qutb menjawab "I'lam asasi anfusakum" Media utama bagi dakwah adalah diri kalian! Media utama bagi dakwah adalah kader itu sendiri!
Sungguh, perkataan yang singkat namun sarat makna. Dan memang demikianlah hakikatnya. Media utama bagi dakwah adalah kader itu sendiri!
Mungkin di satu episode sejarah tertentu, media nasrul fikrah jamaah dakwah dibredel. Seperti yang terjadi pada majalah Ikhwanul Muslimin di Mesir saat itu. Bisa saja buletin-buletin dakwah dilarang beredar. Bisa saja, televisi memboikot para aktifis dakwah sehingga tak seorang pun dari mereka yang disorot kamera. Dan memang yang terakhir ini kerap terjadi. Jamaah dakwah yang biasa melakukan kerja-kerja sosial sepanjang tahun, dihindarkan dari kamera pada tahun 2009 kemarin. Agar 200 jutaan pasang mata tidak melihat bahwa mayoritas relawan di daerah bencana adalah dari dakwah ini.
Namun mereka tidak akan pernah mampu menghalangi mata umat ini untuk secara langsung melihat kiprah kader-kader dakwah di lapangan. Mereka tidak akan pernah mampu menutup telinga umat ini dari dakwah dan nasehat-nasehat kader dakwah. Itulah mengapa, kader adalah media utama dakwah. I'lam asasi.
Hal lain yang membuat kader dakwah menjadi i'lam asasi adalah, karena jumlahnya yang banyak dan tersebar di berbagai tempat, memungkinkan akselerasi nasrul fikrah terjadi. Di sini dituntut setiap kader dakwah untuk menampilkan performance yang baik di mata masyarakat. Baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung berarti perkataan kader dakwah, sikap kader dakwah, solusi-solusi kader dakwah yang dirasakan oleh masyarakat dengan sendirinya merupakan sebuah pencitraan dan itu lebih efektif dari media apapun. Secara tidak langsung diantaranya melalui tulisan-tulisan kader dakwah. Ada yg melalui buku. Ada yang melalui majalah. Ada yang melalui buletin. Buku, majalah, buletin memang bisa dibredel, tetapi selama penulis-penulisnya terus bermunculan, takkan ada kekuasaan apapun yang mampu menghalanginya, biidznillah.
Di samping itu, sekarang adalah era informasi. Internet sudah masuk sampai ke desa-desa. Kader dakwah sebagai i'lam asasi perlu memanfaatkan itu dan menunjukkan bahwa dirinya memang kader dakwah yang memiliki semboyan "nahnu duat qabla kulli syai'" Maka, kalaupun kader itu punya blog, kalaupun kader itu perlu facebook-an, twitter-an, people string-an, semua dipakai sebagai media dakwah.
Jika kader-kader dakwah berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi i'lam asasi bagi dakwah ini, biarlah nasehat Sayyid Qutb itu menjadi amal jariyahnya, yang mengalir tak pernah henti. [Muchlisin]
Sayyid Qutb menjawab "I'lam asasi anfusakum" Media utama bagi dakwah adalah diri kalian! Media utama bagi dakwah adalah kader itu sendiri!
Sungguh, perkataan yang singkat namun sarat makna. Dan memang demikianlah hakikatnya. Media utama bagi dakwah adalah kader itu sendiri!
Mungkin di satu episode sejarah tertentu, media nasrul fikrah jamaah dakwah dibredel. Seperti yang terjadi pada majalah Ikhwanul Muslimin di Mesir saat itu. Bisa saja buletin-buletin dakwah dilarang beredar. Bisa saja, televisi memboikot para aktifis dakwah sehingga tak seorang pun dari mereka yang disorot kamera. Dan memang yang terakhir ini kerap terjadi. Jamaah dakwah yang biasa melakukan kerja-kerja sosial sepanjang tahun, dihindarkan dari kamera pada tahun 2009 kemarin. Agar 200 jutaan pasang mata tidak melihat bahwa mayoritas relawan di daerah bencana adalah dari dakwah ini.
Namun mereka tidak akan pernah mampu menghalangi mata umat ini untuk secara langsung melihat kiprah kader-kader dakwah di lapangan. Mereka tidak akan pernah mampu menutup telinga umat ini dari dakwah dan nasehat-nasehat kader dakwah. Itulah mengapa, kader adalah media utama dakwah. I'lam asasi.
Hal lain yang membuat kader dakwah menjadi i'lam asasi adalah, karena jumlahnya yang banyak dan tersebar di berbagai tempat, memungkinkan akselerasi nasrul fikrah terjadi. Di sini dituntut setiap kader dakwah untuk menampilkan performance yang baik di mata masyarakat. Baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung berarti perkataan kader dakwah, sikap kader dakwah, solusi-solusi kader dakwah yang dirasakan oleh masyarakat dengan sendirinya merupakan sebuah pencitraan dan itu lebih efektif dari media apapun. Secara tidak langsung diantaranya melalui tulisan-tulisan kader dakwah. Ada yg melalui buku. Ada yang melalui majalah. Ada yang melalui buletin. Buku, majalah, buletin memang bisa dibredel, tetapi selama penulis-penulisnya terus bermunculan, takkan ada kekuasaan apapun yang mampu menghalanginya, biidznillah.
Di samping itu, sekarang adalah era informasi. Internet sudah masuk sampai ke desa-desa. Kader dakwah sebagai i'lam asasi perlu memanfaatkan itu dan menunjukkan bahwa dirinya memang kader dakwah yang memiliki semboyan "nahnu duat qabla kulli syai'" Maka, kalaupun kader itu punya blog, kalaupun kader itu perlu facebook-an, twitter-an, people string-an, semua dipakai sebagai media dakwah.
Jika kader-kader dakwah berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi i'lam asasi bagi dakwah ini, biarlah nasehat Sayyid Qutb itu menjadi amal jariyahnya, yang mengalir tak pernah henti. [Muchlisin]