Dalam berumah tangga, mengungkapkan cinta kepada suami/istri adalah sesuatu yang sangat penting. Dengan mengungkapkan cinta, kita secara pri...
Dalam berumah tangga, mengungkapkan cinta kepada suami/istri adalah sesuatu yang sangat penting. Dengan mengungkapkan cinta, kita secara pribadi berarti memupuk cinta. Dan bagi suami/istri, ungkapan cinta itu bisa jadi sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu.
Ungkapan cinta akan membuat kehidupan rumah tangga semakin harmonis. Sebab ia adalah pembangun jiwa. Pengungkapan cinta juga akan menegasikan sekat-sekat yang selama ini menjadikan hubungan suami istri dalam sebuah keluarga datar, atau bahkan kaku.
Lalu bagaimana cara mengungkapkan cinta itu? Berikut diantaranya:
1. Ungkapkan cinta dengan bahasa verbal
Bahasa verbal adalah bentuk komunikasi yang sangat biasa di lakukan dalam interaksi apapun di dunia ini. Tetapi anehnya, mengungkapkan cinta secara verbal menjadi sesuatu yang berat dan sulit dilakukan bagi sebagian orang. Termasuk keluarga Islam. Seakan-akan ia tabu. Padahal jika kita memulainya, ia akan menjadi pengungkap cinta yang indah rasanya.
Bagi istri, ungkapan verbal dari suaminya, “Aku mencintaimu, sayang...”, “Aku suka jika ummi memakai baju ini, cantik”, “Warna baju kamu sangat serasi, sayang”, “Makanan ini sangat lezat, bikin makin sayang nih” dan sejenisnya, amat disukai. Demikian juga ungkapan istri “Aku sayang kamu, Mas”, “Abi gagah sekali kalau pakai baju ini”, dan sejenisnya juga sangat disukai suami.
Rasulullah juga mencontohkan ungkapan-ungkapan cinta dengan bahasa verbal kepada istrinya. Beliau bahkan memanggil Aisyah dengan humaira “yang pipinya kemerah-merahan”.
2. Ungkapan cinta dengan ungkapan non verbal
Senyuman, wajah ceria, belaian kasih sayang, kemesraan hubungan, mimik muka yang cerah, dan sikap yang lembut adalah ungkapan cinta secara non verbal. Para suami yang biasanya kaku atau tegas, perlu melatih untuk bersikap demikian. Seperti Umar, meskipun ia gagah dan keras saat di luar rumah, ia menjadi lelaki lembut dan manja saat bersama istri di rumah.
Perhatikan hadits ini: “Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu.” (HR. Bukhari Muslim)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Menurut hadits ini, sesuatu yang mubah itu apabila dilakukan dengan tujuan mencari ridha Allah, maka akan menjadi ketaatan. Hal ini telah diperingatkan dengan tradisi duniawi yang sangat kecil, yaitu menyuapkan makanan ke mulut istri, karena biasanya hal semacam itu hanya terjadi ketika bercanda atau bergurau. Namun demikian, pelakunya mendapatkan pahala apabila untuk tujuan yang benar, maka bagaimanakah lagi bila melebihi dari yang demikian?”
Menyuapkan makanan ke mulut istri adalah ungkapan kecintaan non verbal. Demikian pula menyuapi suami bagi istri. Pernahkah Anda melakukan selain saat suami/istri sakit? Sesekali Anda perlu mencobanya.
3. Ungkapkan cinta dengan kesetiaan
Kesetiaan adalah harta yang sangat mahal pada zaman ini. Sementara perselingkuhan menjadi demikian marak. Seakan penyakit menular yang cepat menyebar. Ungkapkanlah cinta Anda dengan kesetiaan. Setia bahwa dia adalah istri yang Anda cintai. Tidak ada wanita lain di luar pernikahan yang ada dalam hati Anda. Begitupun bagi istri, suami adalah satu-satunya lelaki yang ada dalam jiwa.
Ada bentuk pengkhianatan terselubung dalam pernikahan saat ini. Yaitu saat lelaki berumah tangga dengan istrinya, tetapi ia membayangkan orang lain sebagai cintanya. Pun istri yang mengidamkan lelaki lain dalam kehidupannya. Kondisi semacam ini jika sudah terbawa dalam alam bawah sadar, kadangkala terucap dalam igauan saat tidur atau perkataan secara tak sadar. Jika itu yang terjadi, maka perselisihan yang akan mendominasi. Lalu bagaimana keluarga bisa sakinah, mawaddah wa rahmah?
4. Ungkapkan cinta dengan kecemburuan proporsional
Cemburu itu penting dan perlu hadir dalam rumah tangga. Asalkan ia proporsional. Kecemburuan proporsional yang tertangkap oleh suami/istri juga menjadi sinyal kecintaan yang ia terima.
Dalam hadits disebutkan, “Di antara kecemburuan itu ada yang disuka Allah dan ada yang dibenci Allah. Yang disukai Allah adalah kecemburuan yang berisi keraguan sedangkan yang dibenci Allah adalah kecemburuan yang tidak ragu-ragu lagi.” (HR. Abu Dawud)
Bagi istri, kecemburuan proporsional ini hadir saat ada keikutsertaan wanita lain dalam sesuatu yang (seharusnya) khusus bagi dia dengan suaminya. Sedangkan kecemburuan yang tidak ada sebabnya adalah dilarang.
Contohnya cemburu yang proporsional ini seperti apa yang diriwayatkan Imam Bukhari. Yakni ketika istri Umar menjalankan shalat Subuh dan Isya berjamaah. Orang bertanya kepadanya “mengapa engkau keluar padahal Umar pencemburu?” Ia menjawab “Umar tidak melarangku karena ia mendengar Rasulullah pernah bersabda “janganlah engkau melarang hamba-hamba perempuan Allah untuk datang ke masjid-masjid-Nya.”
5. Ungkapkan Cinta dengan Hadiah
Hadiah, khususnya di momen-momen tertentu adalah ungkapan cinta yang indah dan cepat ditangkap oleh suami/istri. Hadiah tidak harus selalu berupa materi yang mahal harganya. Bahkan ciuman kecil disertai kalimat yang indah merupakan hadiah. Apalagi jika ada bentuk materi yang menyertainya.
Saat istri berhasil menghafal surat atau juz baru, misalnya. Pemberian hadiah saat itu tepat sekali. Juga ketika ada prestasi atau hari-hari bersejarah dalam pernikahan.[]
Ungkapan cinta akan membuat kehidupan rumah tangga semakin harmonis. Sebab ia adalah pembangun jiwa. Pengungkapan cinta juga akan menegasikan sekat-sekat yang selama ini menjadikan hubungan suami istri dalam sebuah keluarga datar, atau bahkan kaku.
Lalu bagaimana cara mengungkapkan cinta itu? Berikut diantaranya:
1. Ungkapkan cinta dengan bahasa verbal
Bahasa verbal adalah bentuk komunikasi yang sangat biasa di lakukan dalam interaksi apapun di dunia ini. Tetapi anehnya, mengungkapkan cinta secara verbal menjadi sesuatu yang berat dan sulit dilakukan bagi sebagian orang. Termasuk keluarga Islam. Seakan-akan ia tabu. Padahal jika kita memulainya, ia akan menjadi pengungkap cinta yang indah rasanya.
Bagi istri, ungkapan verbal dari suaminya, “Aku mencintaimu, sayang...”, “Aku suka jika ummi memakai baju ini, cantik”, “Warna baju kamu sangat serasi, sayang”, “Makanan ini sangat lezat, bikin makin sayang nih” dan sejenisnya, amat disukai. Demikian juga ungkapan istri “Aku sayang kamu, Mas”, “Abi gagah sekali kalau pakai baju ini”, dan sejenisnya juga sangat disukai suami.
Rasulullah juga mencontohkan ungkapan-ungkapan cinta dengan bahasa verbal kepada istrinya. Beliau bahkan memanggil Aisyah dengan humaira “yang pipinya kemerah-merahan”.
2. Ungkapan cinta dengan ungkapan non verbal
Senyuman, wajah ceria, belaian kasih sayang, kemesraan hubungan, mimik muka yang cerah, dan sikap yang lembut adalah ungkapan cinta secara non verbal. Para suami yang biasanya kaku atau tegas, perlu melatih untuk bersikap demikian. Seperti Umar, meskipun ia gagah dan keras saat di luar rumah, ia menjadi lelaki lembut dan manja saat bersama istri di rumah.
Perhatikan hadits ini: “Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu.” (HR. Bukhari Muslim)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Menurut hadits ini, sesuatu yang mubah itu apabila dilakukan dengan tujuan mencari ridha Allah, maka akan menjadi ketaatan. Hal ini telah diperingatkan dengan tradisi duniawi yang sangat kecil, yaitu menyuapkan makanan ke mulut istri, karena biasanya hal semacam itu hanya terjadi ketika bercanda atau bergurau. Namun demikian, pelakunya mendapatkan pahala apabila untuk tujuan yang benar, maka bagaimanakah lagi bila melebihi dari yang demikian?”
Menyuapkan makanan ke mulut istri adalah ungkapan kecintaan non verbal. Demikian pula menyuapi suami bagi istri. Pernahkah Anda melakukan selain saat suami/istri sakit? Sesekali Anda perlu mencobanya.
3. Ungkapkan cinta dengan kesetiaan
Kesetiaan adalah harta yang sangat mahal pada zaman ini. Sementara perselingkuhan menjadi demikian marak. Seakan penyakit menular yang cepat menyebar. Ungkapkanlah cinta Anda dengan kesetiaan. Setia bahwa dia adalah istri yang Anda cintai. Tidak ada wanita lain di luar pernikahan yang ada dalam hati Anda. Begitupun bagi istri, suami adalah satu-satunya lelaki yang ada dalam jiwa.
Ada bentuk pengkhianatan terselubung dalam pernikahan saat ini. Yaitu saat lelaki berumah tangga dengan istrinya, tetapi ia membayangkan orang lain sebagai cintanya. Pun istri yang mengidamkan lelaki lain dalam kehidupannya. Kondisi semacam ini jika sudah terbawa dalam alam bawah sadar, kadangkala terucap dalam igauan saat tidur atau perkataan secara tak sadar. Jika itu yang terjadi, maka perselisihan yang akan mendominasi. Lalu bagaimana keluarga bisa sakinah, mawaddah wa rahmah?
4. Ungkapkan cinta dengan kecemburuan proporsional
Cemburu itu penting dan perlu hadir dalam rumah tangga. Asalkan ia proporsional. Kecemburuan proporsional yang tertangkap oleh suami/istri juga menjadi sinyal kecintaan yang ia terima.
Dalam hadits disebutkan, “Di antara kecemburuan itu ada yang disuka Allah dan ada yang dibenci Allah. Yang disukai Allah adalah kecemburuan yang berisi keraguan sedangkan yang dibenci Allah adalah kecemburuan yang tidak ragu-ragu lagi.” (HR. Abu Dawud)
Bagi istri, kecemburuan proporsional ini hadir saat ada keikutsertaan wanita lain dalam sesuatu yang (seharusnya) khusus bagi dia dengan suaminya. Sedangkan kecemburuan yang tidak ada sebabnya adalah dilarang.
Contohnya cemburu yang proporsional ini seperti apa yang diriwayatkan Imam Bukhari. Yakni ketika istri Umar menjalankan shalat Subuh dan Isya berjamaah. Orang bertanya kepadanya “mengapa engkau keluar padahal Umar pencemburu?” Ia menjawab “Umar tidak melarangku karena ia mendengar Rasulullah pernah bersabda “janganlah engkau melarang hamba-hamba perempuan Allah untuk datang ke masjid-masjid-Nya.”
5. Ungkapkan Cinta dengan Hadiah
Hadiah, khususnya di momen-momen tertentu adalah ungkapan cinta yang indah dan cepat ditangkap oleh suami/istri. Hadiah tidak harus selalu berupa materi yang mahal harganya. Bahkan ciuman kecil disertai kalimat yang indah merupakan hadiah. Apalagi jika ada bentuk materi yang menyertainya.
Saat istri berhasil menghafal surat atau juz baru, misalnya. Pemberian hadiah saat itu tepat sekali. Juga ketika ada prestasi atau hari-hari bersejarah dalam pernikahan.[]