Kini kita telah berada di hari kedua 1433 H. 1432 H memang telah kita tinggalkan, tetapi inspirasi selama kurun satu tahun itu tak boleh hil...
Kini kita telah berada di hari kedua 1433 H. 1432 H memang telah kita tinggalkan, tetapi inspirasi selama kurun satu tahun itu tak boleh hilang. Bagi umat Islam, 1432 H bisa disebut sebagai tahun perubahan. Sedangkan media internasional menyebut tahun itu sebagai musim semi bagi kawasan.
Kawasan timur tengah, yang selama ini banyak dikuasai rezim diktator dan status quo, mengajarkan kepada seluruh umat Islam bahwa ketika umat bergerak untuk melakukan perubahan, Allah pun tidak diam membiarkan. Ada pertolongan. Bahkan ada keajaiban.
Sejak 13 Muharam 1432 H, rakyat Tunisia bangkit untuk menggelar unjuk rasa. People power itu berhasil menggulingkan rezim lama yang belepotan kezaliman dan korupsi. Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi pada 9 Shafar 1432 H. Mata dunia Islam, seketika mengarah ke Tunisia. Ke sana pula mata internasional memandang. Revolusi telah dimulai!
Rakyat Mesir yang sudah jengah dengan rezim Mubarak segera mengkonsolidasikan diri. Dalam waktu yang tidak lama setelah aksi massa Tunisia dimulai, jalan-jalan Mesir dipenuhi kaki-kaki massa. Dan lapangan tahrir menjadi muara; ratusan ribu pemuda berkumpul di sana. Meneriakkan satu kata: perubahan!
7 Rabiul Awal 1432 H, Mubarak mengundurkan diri. Rezim diktator yang selama 30 tahun menindas gerakan Islam pun tumbang.
Obsesi perubahan terus bergerak. Angin revolusi demikian kencang menyulut darah muda mengobarkan perlawanan. Libya, Bahrain, Suriah, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, hingga Yaman. Protes terjadi di mana-mana. Penindasan yang selama ini dirasakan menyumbat kesabaran tak lagi mampu membendung arus besar perlawanan. Sayangnya, masih ada pihak di luar Islam yang mengambil keuntungan dari agenda perubahan itu. Misalnya di Libya yang kemudian timbul korban dalam jumlah yang lebih besar. Untungnya, rezim Khadafi bisa diakhiri dan kehidupan baru bisa dimulai.
Inspirasi yang mengesankan datang dari Turki. Gerakan Islam yang telah bermetamorfosis menjadi pemegang kendali pemerintahan untuk ketiga kalinya memenangi Pemilu dengan kemenangan mayoritas; 49,9 persen. 10 Rajab 1432 H itu bukan hanya menjadi hari kemenangan bagi AKP tetapi juga menjadi hari yang menginspirasi gerakan-gerakan Islam di seluruh dunia untuk melayani masyarakat dengan menghamparkan keadilan dan kesejahteraan bagi mereka.
Tunisia yang telah menumbangkan rezim Ben Ali kemudian menyepakati penyelenggaraan pemilu untuk melahirkan pemerintahan baru. Harakah An-Nahdhah, yang sebelumnya dilarang memperjuangkan Islam dan ditengarai sebagai jaringan Ikhwanul Muslimin, keluar sebagai pemenang pada pemilu 26 Dzulhijjah 1432 H itu. An-Nahdhah meraih 90 kursi dari 217 kursi yang tersedia.
Menutup tahun 1432 H, inspirasi datang dari Maroko. Seruan perubahan di negeri itu memang tidak sampai pada level revolusi. Sebagai upaya menghentikan protes anti-pemerintah, referendum digelar pada Sya'ban 1432 H dengan hasil memutuskan percepatan pemilu. Rakyat setuju, dan mereka menentukan pilihan pada 29 Dzulhijjah 1432 H. Tepat pada hari terakhir 1432 H, partai Islam yang memiliki nama yang sama dengan gerakan di Turki, Partai Keadilan dan Pembangunan, memenangkan pemilu itu.
Fa'tabiru... ambillah i'tibar! Ambillah pelajaran! Banyak inspirasi selama 1432 H yang semestinya membuat kita sadar bahwa proyek kebajikan akan berhasil ketika kita serius memperjuangkannya, serta terus berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Ingatlah, sekuat apapun kezaliman, ia bisa ditumbangkan. Sehebat apapun kejahiliyahan ia bisa dilawan. Apalagi ketika kita memahami bahwa kezaliman yang dalam bahasa Arab berarti dhulmun memiliki akar kata yang sama dengan kegelapan. Dan kegelapan, ia akan sirna begitu kita datang membawa cahaya.
Maka, daripada mengutuk kegelapan, adalah lebih baik kita menyalakan sebatang lilin. Daripada mengeluhkan problematika yang ada, lebih baik kita bekerja. Terus bekerja menghadirkan solusi. Terus bekerja untuk negeri.
Selamat datang 1433 H. Selamat menyongsong masa depan yang lebih cerah. [Muchlisin]
Kawasan timur tengah, yang selama ini banyak dikuasai rezim diktator dan status quo, mengajarkan kepada seluruh umat Islam bahwa ketika umat bergerak untuk melakukan perubahan, Allah pun tidak diam membiarkan. Ada pertolongan. Bahkan ada keajaiban.
Sejak 13 Muharam 1432 H, rakyat Tunisia bangkit untuk menggelar unjuk rasa. People power itu berhasil menggulingkan rezim lama yang belepotan kezaliman dan korupsi. Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi pada 9 Shafar 1432 H. Mata dunia Islam, seketika mengarah ke Tunisia. Ke sana pula mata internasional memandang. Revolusi telah dimulai!
Rakyat Mesir yang sudah jengah dengan rezim Mubarak segera mengkonsolidasikan diri. Dalam waktu yang tidak lama setelah aksi massa Tunisia dimulai, jalan-jalan Mesir dipenuhi kaki-kaki massa. Dan lapangan tahrir menjadi muara; ratusan ribu pemuda berkumpul di sana. Meneriakkan satu kata: perubahan!
7 Rabiul Awal 1432 H, Mubarak mengundurkan diri. Rezim diktator yang selama 30 tahun menindas gerakan Islam pun tumbang.
Obsesi perubahan terus bergerak. Angin revolusi demikian kencang menyulut darah muda mengobarkan perlawanan. Libya, Bahrain, Suriah, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, hingga Yaman. Protes terjadi di mana-mana. Penindasan yang selama ini dirasakan menyumbat kesabaran tak lagi mampu membendung arus besar perlawanan. Sayangnya, masih ada pihak di luar Islam yang mengambil keuntungan dari agenda perubahan itu. Misalnya di Libya yang kemudian timbul korban dalam jumlah yang lebih besar. Untungnya, rezim Khadafi bisa diakhiri dan kehidupan baru bisa dimulai.
Inspirasi yang mengesankan datang dari Turki. Gerakan Islam yang telah bermetamorfosis menjadi pemegang kendali pemerintahan untuk ketiga kalinya memenangi Pemilu dengan kemenangan mayoritas; 49,9 persen. 10 Rajab 1432 H itu bukan hanya menjadi hari kemenangan bagi AKP tetapi juga menjadi hari yang menginspirasi gerakan-gerakan Islam di seluruh dunia untuk melayani masyarakat dengan menghamparkan keadilan dan kesejahteraan bagi mereka.
Tunisia yang telah menumbangkan rezim Ben Ali kemudian menyepakati penyelenggaraan pemilu untuk melahirkan pemerintahan baru. Harakah An-Nahdhah, yang sebelumnya dilarang memperjuangkan Islam dan ditengarai sebagai jaringan Ikhwanul Muslimin, keluar sebagai pemenang pada pemilu 26 Dzulhijjah 1432 H itu. An-Nahdhah meraih 90 kursi dari 217 kursi yang tersedia.
Menutup tahun 1432 H, inspirasi datang dari Maroko. Seruan perubahan di negeri itu memang tidak sampai pada level revolusi. Sebagai upaya menghentikan protes anti-pemerintah, referendum digelar pada Sya'ban 1432 H dengan hasil memutuskan percepatan pemilu. Rakyat setuju, dan mereka menentukan pilihan pada 29 Dzulhijjah 1432 H. Tepat pada hari terakhir 1432 H, partai Islam yang memiliki nama yang sama dengan gerakan di Turki, Partai Keadilan dan Pembangunan, memenangkan pemilu itu.
Fa'tabiru... ambillah i'tibar! Ambillah pelajaran! Banyak inspirasi selama 1432 H yang semestinya membuat kita sadar bahwa proyek kebajikan akan berhasil ketika kita serius memperjuangkannya, serta terus berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Ingatlah, sekuat apapun kezaliman, ia bisa ditumbangkan. Sehebat apapun kejahiliyahan ia bisa dilawan. Apalagi ketika kita memahami bahwa kezaliman yang dalam bahasa Arab berarti dhulmun memiliki akar kata yang sama dengan kegelapan. Dan kegelapan, ia akan sirna begitu kita datang membawa cahaya.
Maka, daripada mengutuk kegelapan, adalah lebih baik kita menyalakan sebatang lilin. Daripada mengeluhkan problematika yang ada, lebih baik kita bekerja. Terus bekerja menghadirkan solusi. Terus bekerja untuk negeri.
Selamat datang 1433 H. Selamat menyongsong masa depan yang lebih cerah. [Muchlisin]