Semangat pagi! Pagi-pagi tetap semangat! Salam khas Trustco itu memang penuh semangat. Kata setelah "semangat" bisa diganti de...
Semangat pagi!
Pagi-pagi tetap semangat!
Salam khas Trustco itu memang penuh semangat. Kata setelah "semangat" bisa diganti dengan kondisi saat ini; siang, sore, malam, panas, dingin, hujan, dan seterusnya. Dan jawabannya adalah, mengulang kata itu dua kali, lalu meneruskannya dengan "tetap semangat."
Sejatinya, semangat adalah wujud azzam dalam diri kita untuk meraih apa yang kita cita-citakan. Semangat adalah energi yang melahirkan kekuatan untuk mengatasi segala rintangan. Semangat adalah faktor penting untuk menjawab setiap tantangan kehidupan.
"Banyak orang tahu bahwa semangat adalah kunci kesuksesan," kata Ustadz Ahmad Arqom dalam buku terbarunya, "tapi tidak banyak yang tahu bagaimana menjaga semangat itu."
Salah satu cara alami mempertahankan semangat adalah dengan memunculkan kembali kesadaran. Kesadaran bahwa kita memiliki misi dalam hidup ini. Kesadaran bahwa kita akan menjadi mulia dan berharga di hadapan-Nya, tatkala kita memerankan diri menggapai misi itu. Dan misi itu hanya akan kita raih jika kita dalam kondisi semangat!
Itulah mengapa kita mendapati para Nabi dan Rasul adalah orang-orang yang paling bersemangat. Nabi Nuh, misalnya. Ia mendakwahkan risalah hingga 950 tahun. Sebuah waktu yang sangat lama, tetapi dilewati Nabi Nuh dengan semangat. Ia tetap berdakwah siang dan malam sepanjang 9,5 abad itu meskipun yang menyambut seruannya hanya beberapa orang.
Nabi kita Muhammad juga tidak kalah semangatnya. Ia senantiasa mendakwahkan Islam sejak diperintah "yaa ayyuhal muddatsir, qum fa 'andzir!". Maka menghadapi resiko cela, luka dan nyawa akibat permusuhan kafir Quraisy pun beliau hadapi. Jauhnya jarak ke Thaif beliau tempuh dengan jalan kaki. Demi hijrah, Madinah yang perjalanan ke sana sangat berbahaya dan berhari-hari lamanya beliau datangi. Bahkan menurut sahabat Jabir, selama 10 tahun di Madinah Rasulullah terjun berperang sebanyak 21 kali.
Kesadaran itu mampu menjaga semangat agar tetap menyala dalam jiwa. Sebab kesadaran itu membawanya pada pemahaman bahwa menuai keberhasilan itu laksana pasir spesial yang masuk ke mantel kerang. Lalu kerang membungkus pasir spesial itu dengan lendir khususnya. Konon, dibutuhkan sedikitnya empat tahun untuk mengubah pasir tadi menjadi mutiara. Demikian pula semangat, ia harus terus menyala, bahkan bukan hanya untuk masa empat tahun. Berpuluh-puluh tahun. Hingga Allah menentukan takdir kita dengan mengirim malaikat maut untuk menjemput. Meraih cita-cita, apalagi cita-cita besar, semangat harus terus bertahan. Kita terus semangat, karena kerasnya perjuangan kita hari ini laksana proses pembungkusan pasir yang suatu saat ini akan berubah menjadi mutiara.
Kesadaran itu juga membuat kita memahami bahwa usaha keras kita saat ini laksana membentuk perhiasan emas yang indah. Ada proses pembakaran atau peleburan yang sangat panas. Ada proses pembentukan dengan tekanan yang sangat tinggi. Ada proses pembersihan yang mengakibatkan pengelupasan. Prosesnya lama, berat dan susah, tapi berakhir dengan munculnya perhiasan emas yang indah.
Demikian pula usaha dan amal kita. Ia rumit, berat, butuh waktu lama. Tetapi semangat tetap harus menyala, hingga akhir yang indah menjadi milik kita. Sukses di dunia, sukses pula di akhirat sana. Bahagia di dunia, bahagia abadi di surga. Bukankah itu yang kita cita-citakan bersama? So, ayo semangat! [Muchlisin]
Pagi-pagi tetap semangat!
Salam khas Trustco itu memang penuh semangat. Kata setelah "semangat" bisa diganti dengan kondisi saat ini; siang, sore, malam, panas, dingin, hujan, dan seterusnya. Dan jawabannya adalah, mengulang kata itu dua kali, lalu meneruskannya dengan "tetap semangat."
Sejatinya, semangat adalah wujud azzam dalam diri kita untuk meraih apa yang kita cita-citakan. Semangat adalah energi yang melahirkan kekuatan untuk mengatasi segala rintangan. Semangat adalah faktor penting untuk menjawab setiap tantangan kehidupan.
"Banyak orang tahu bahwa semangat adalah kunci kesuksesan," kata Ustadz Ahmad Arqom dalam buku terbarunya, "tapi tidak banyak yang tahu bagaimana menjaga semangat itu."
Salah satu cara alami mempertahankan semangat adalah dengan memunculkan kembali kesadaran. Kesadaran bahwa kita memiliki misi dalam hidup ini. Kesadaran bahwa kita akan menjadi mulia dan berharga di hadapan-Nya, tatkala kita memerankan diri menggapai misi itu. Dan misi itu hanya akan kita raih jika kita dalam kondisi semangat!
Itulah mengapa kita mendapati para Nabi dan Rasul adalah orang-orang yang paling bersemangat. Nabi Nuh, misalnya. Ia mendakwahkan risalah hingga 950 tahun. Sebuah waktu yang sangat lama, tetapi dilewati Nabi Nuh dengan semangat. Ia tetap berdakwah siang dan malam sepanjang 9,5 abad itu meskipun yang menyambut seruannya hanya beberapa orang.
Nabi kita Muhammad juga tidak kalah semangatnya. Ia senantiasa mendakwahkan Islam sejak diperintah "yaa ayyuhal muddatsir, qum fa 'andzir!". Maka menghadapi resiko cela, luka dan nyawa akibat permusuhan kafir Quraisy pun beliau hadapi. Jauhnya jarak ke Thaif beliau tempuh dengan jalan kaki. Demi hijrah, Madinah yang perjalanan ke sana sangat berbahaya dan berhari-hari lamanya beliau datangi. Bahkan menurut sahabat Jabir, selama 10 tahun di Madinah Rasulullah terjun berperang sebanyak 21 kali.
Kesadaran itu mampu menjaga semangat agar tetap menyala dalam jiwa. Sebab kesadaran itu membawanya pada pemahaman bahwa menuai keberhasilan itu laksana pasir spesial yang masuk ke mantel kerang. Lalu kerang membungkus pasir spesial itu dengan lendir khususnya. Konon, dibutuhkan sedikitnya empat tahun untuk mengubah pasir tadi menjadi mutiara. Demikian pula semangat, ia harus terus menyala, bahkan bukan hanya untuk masa empat tahun. Berpuluh-puluh tahun. Hingga Allah menentukan takdir kita dengan mengirim malaikat maut untuk menjemput. Meraih cita-cita, apalagi cita-cita besar, semangat harus terus bertahan. Kita terus semangat, karena kerasnya perjuangan kita hari ini laksana proses pembungkusan pasir yang suatu saat ini akan berubah menjadi mutiara.
Kesadaran itu juga membuat kita memahami bahwa usaha keras kita saat ini laksana membentuk perhiasan emas yang indah. Ada proses pembakaran atau peleburan yang sangat panas. Ada proses pembentukan dengan tekanan yang sangat tinggi. Ada proses pembersihan yang mengakibatkan pengelupasan. Prosesnya lama, berat dan susah, tapi berakhir dengan munculnya perhiasan emas yang indah.
Demikian pula usaha dan amal kita. Ia rumit, berat, butuh waktu lama. Tetapi semangat tetap harus menyala, hingga akhir yang indah menjadi milik kita. Sukses di dunia, sukses pula di akhirat sana. Bahagia di dunia, bahagia abadi di surga. Bukankah itu yang kita cita-citakan bersama? So, ayo semangat! [Muchlisin]