Hari ini, 20 April 2012, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memasuki usianya ke-14. Saat didirikan, ia bernama Partai Keadilan (PK). Dan sejak...
Hari ini, 20 April 2012, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memasuki usianya ke-14. Saat didirikan, ia bernama Partai Keadilan (PK). Dan sejak didirikan ia telah menjadi harapan. Diantara harapan itu, dituangkan Dahlan Iskan (direktur Jawa Pos saat itu) dalam sebuah tulisan di surat kabar harian Suara Indonesia, tanggal 21 September 1998. Tulisan itu berjudul: "Massa Santun di Dunia yang Bergetah."
Menyaksikan deklarasi Partai Keadilan di Gelora Pancasila Surabaya Minggu kemarin, bulu kuduk saya merinding. Susana religius yang teduh lebih mendominasi daripada suasana hingar-bingar yang biasa tampak di sebuah forum rapat besar partai.
Dari massa yang hadir saja sudah pemberikan warna yang khas. Hampir semuanya anak muda, umur sekitar 20 sampai 30 tahun. Yang wanita semuanya berjilbab putih, bersih dan kelihatan dari bahan yang menunjukkan mereka dari golongan menengah ke atas.
Wajah-wajah mereka juga tampak sangat bersih, cerah dan kelihatan benar wajah intelektualnya. Lihat, begitu banyak yang mengenakan kaca mata putih dari jenis yang juga menunjukkan kelas sosialnya. Rasanya saya seperti berada di sebuah paroki dengan gambaran para biarawatinya.
Di antara para wanita belia itu tidak sedikit yang datang sambil menimang bayi. Cara menimangnya pun bisa menunjukkan bahwa mereka memperlakukan bayinya dengan penuh kasih sayang. Mereka membawa bayinya ke acara tersebut bukan untuk demonstratif, melainkan seperti mengandung misi bahwa kesibukan seperti apa pun -apalagi sekedar partai- tidak boleh mengabaikan anak, ditinggal di rumah saja, misalnya. Secara lahiriah umumnya penampilan mereka cocok untuk sebuah gambaran apa yang disebut keluarga sakinah.
Yang pria pun juga tampil amat ramah, santun dan sangat intelektual. Mereka umumnya mengenakan baju taqwa lengan panjang berwarna putih. Atau warna lain yang sangat kalem. Baju mereka juga rapi, bersih dan dari bahan yang berkelas. Wajah mereka lebih banyak senyum dan di dahi mereka umumnya membayang tanda hitam yang menunjukkan betapa khusyuk mereka bersujud.
Waktu mereka tiba maupun waktu mereka bubar tidak terjadi kegaduhan atau hiruk pikuk. Semuanya berlangsung rapi dan tertib. Acaranya pun dimulai tepat waktu, suatu yang langka terjadi dalam acara seperti itu.
Selesainya pun juga tepat memasuki waktu Dzuhur sehingga tidak perlu ada yang tidak sempat menunaikan kewajiban.
Dari jalannya acara terlihat mereka adalah kelompok yang sangat terorganisasi. Misalnya saja bagaimana acara seperti itu sekaligus dimanfaatkan untuk mendapatkan daftar anggota lengkap dengan riwayat hidup mereka. Formulir dibagi dengan sistematis dan dikumpulkan dengan cara yang sistematis pula.
Seorang wartawan ‘nyeletuk’ bahwa mereka inilah kelompok reformis sejati.
Maksudnya barangkali, karena usia mereka umumnya masih muda, maka mereka bukanlah kelompok yang pernah terkena getah pemerintahan Orde Baru. Mereka memang para aktivis masjid kampus, yang selama Orde Baru bertekad tidak mau ke mana-mana, karena melihat di mana-mana sudah penuh dengan getah. Yang kita tunggu, bagaimana ketika mereka bertekad untuk berkiprah di panggung politik, yang bukan hanya banyak getah lama tapi juga akan muncul getah-getah baru… []