Saudaraku, Salah satu yang memperpanjang nafas dakwah kita adalah kehadiran murabbi yang tulus. Mereka mampu menjalankan empat peran mura...
Saudaraku,
Salah satu yang memperpanjang nafas dakwah kita adalah kehadiran murabbi yang tulus. Mereka mampu menjalankan empat peran murabbi; sebagai orang tua, guru, syeikh dan qiyadah. Betapa kita merindukan murabbi kehidupan yang tak hanya cakap membina dan mengejar tersampaikannya materi. Kita merindukan seorang murabbi yang mampu mendekatkan hatinya kepada para mutarabbinya. Murabbi yang mampu melesatkan panah cintanya kepada para binaannya. Kita juga merindukan murabbi yang kata-katanya adalah cerminan dari apa yang dilakukannya. Hidupnya dipenuhi dengan tontonan keteladanan. Segala tingkah lakunya senantiasa terkontrol dengan alarm kebaikan. Kata-katanya menyejukkan dan mencerahkan jiwa.
Saudaraku,
Lahan dakwah buat para Murabbi selalu terhampar luas. Lahan itu ibarat sumber daya alam yang dapat diperbaharui, selalu tersedia dan melimpah ruah. Di bumi Allah manapun kita berada pasti didapati anak-anak manusia yang memerlukan sentuhan dakwah. Kenapa islam seakan ditinggalkan umatnya? Kenapa di negeri mayoritas muslim ini banyak terdengar kasus korupsi, kejahatan moral, pembunuhan dan perzinaan? Kenapa negeri ini begitu banyak terjangkiti dengan penyakit-penyakit akhlak yang kronis. Jawabannya karena masih banyak orang yang mengaku beragama Islam tapi tak menjalankan syariat islam itu sendiri.
Saudaraku,
Menjadi murabbi tidak harus menunggu memiliki kafaah islam yang mumpuni. Betapa lamanya kita baru membina saat kita menunggu ilmu cukup? Sementara rintihan umat yang menunggu uluran untaian nasehat semakin keras terdengar? Betapa lamanya kita menjadi murabbi saat menunggu kita memiliki kemampuan yang hebat dalam berbicara? Sementara lengkingan kegalauan umat semakin mengundang rasa iba. Betapa lamanya gelar murabbi itu kita dapatkan saat kita menunggu sesuatu yang serba sempurna kita miliki? Sementara problematika umat hampir sempurna ada pada semua sendi kehidupan. Lalu masihkan kita berdiam diri mendapati qodoya ummat yang semakin menjadi-jadi? Kenapa tak diputuskan semenjak hari ini kita menjadi murabbi? Menyampaikan dan mengajarkan sedikit apapun ilmu yang kita ketahui. Teringat kata-kata indah dari sahabat mulia, Abu Darda ra: “ Tidaklah seseorang dikatakan ulama kalau tidak mengamalkan ilmu yang diketahuinya”
Saudaraku,
Mari kita membina dengan segenap potensi yang kita miliki. Minimal satu binaan sebelum mati. Karena kita dihadirkan di dunia sebagai problem solver dari qodoya-qodoya umat. Mari membina selagi masih bernyawa. Mari membina selagi kita masih mampu melakukannya.
Jadilah Murabbi kehidupan. Menginspirasi setiap orang dengan amal nyata.
Bukan dari kata-kata berbusa yang penuh rekayasa. Bukan dari kata-kata manis yang tak hadirkan jiwa-jiwa optimis.
Jadilah Murabbi yang membina dengan penuh ketulusan. Mengajarkan ilmu untuk sama-sama diamalkan. Mendidik dengan hati yang lapang tanpa pamrih untuk dikenang.
Jadilah murabbi yang siap berdakwah di seluruh pelosok negeri. Merekrut dan membina demi melanjutkan perjuangan para nabi. Mengisi hari-hari dengan amal ruhiyah yang terbang ke langit tinggi. Menjaga nilai-nilai persaudaraan tetap menghangat di muka bumi.
Jadilah murabbi yang cinta ilmu. Melewati hari-hari dengan memburu ilmu bermutu. Memanfaatkan setiap peluang untuk memenuhi rasa ingin tahu. Selalu tahu cara terbaik mengajarkannya kembali kepada Mad’u. Menjejali alam pikirannya dengan kreativitas dakwah serba baru.Hingga akhirnya halaqoh kehidupannya selalu ditunggu-tunggu.
Jadilah murabbi yang kata-katanya menyegarkan iman yang layu. Senyumannya menghilangkan kedukaan yang menyengsarakan qalbu Tatapannya menghadirkan takwa yang semakin menggebu. Dan kemarahannya menghentikan kemungkaran para pengumbar nafsu
Jadilah murabbi yang mampu memerankan skenario film kehidupan dakwah. Menjadi orang tua yang selalu peduli. Menjadi guru yang mampu hilangkan keawaman para mutarabbi. Menjadi Syeikh yang menentramkan hati. Menjadi Qiyadah yang mampu arahkan para jundi jadi mandiri
Jadilah murabbi kehidupan. Membina halaqaoh-halaqoh kehidupan.
Menyuburkan taman-taman bunga keindahan Qalbu. Menginspirasi lahirnya generasi-generasi bermutu. Memotivasi lahirnya pemegang estafet dakwah menuju kemenangan. Melahirkan para penegak pilar-pilar Islam di puncak kejayaan []
Salah satu yang memperpanjang nafas dakwah kita adalah kehadiran murabbi yang tulus. Mereka mampu menjalankan empat peran murabbi; sebagai orang tua, guru, syeikh dan qiyadah. Betapa kita merindukan murabbi kehidupan yang tak hanya cakap membina dan mengejar tersampaikannya materi. Kita merindukan seorang murabbi yang mampu mendekatkan hatinya kepada para mutarabbinya. Murabbi yang mampu melesatkan panah cintanya kepada para binaannya. Kita juga merindukan murabbi yang kata-katanya adalah cerminan dari apa yang dilakukannya. Hidupnya dipenuhi dengan tontonan keteladanan. Segala tingkah lakunya senantiasa terkontrol dengan alarm kebaikan. Kata-katanya menyejukkan dan mencerahkan jiwa.
Saudaraku,
Lahan dakwah buat para Murabbi selalu terhampar luas. Lahan itu ibarat sumber daya alam yang dapat diperbaharui, selalu tersedia dan melimpah ruah. Di bumi Allah manapun kita berada pasti didapati anak-anak manusia yang memerlukan sentuhan dakwah. Kenapa islam seakan ditinggalkan umatnya? Kenapa di negeri mayoritas muslim ini banyak terdengar kasus korupsi, kejahatan moral, pembunuhan dan perzinaan? Kenapa negeri ini begitu banyak terjangkiti dengan penyakit-penyakit akhlak yang kronis. Jawabannya karena masih banyak orang yang mengaku beragama Islam tapi tak menjalankan syariat islam itu sendiri.
Saudaraku,
Menjadi murabbi tidak harus menunggu memiliki kafaah islam yang mumpuni. Betapa lamanya kita baru membina saat kita menunggu ilmu cukup? Sementara rintihan umat yang menunggu uluran untaian nasehat semakin keras terdengar? Betapa lamanya kita menjadi murabbi saat menunggu kita memiliki kemampuan yang hebat dalam berbicara? Sementara lengkingan kegalauan umat semakin mengundang rasa iba. Betapa lamanya gelar murabbi itu kita dapatkan saat kita menunggu sesuatu yang serba sempurna kita miliki? Sementara problematika umat hampir sempurna ada pada semua sendi kehidupan. Lalu masihkan kita berdiam diri mendapati qodoya ummat yang semakin menjadi-jadi? Kenapa tak diputuskan semenjak hari ini kita menjadi murabbi? Menyampaikan dan mengajarkan sedikit apapun ilmu yang kita ketahui. Teringat kata-kata indah dari sahabat mulia, Abu Darda ra: “ Tidaklah seseorang dikatakan ulama kalau tidak mengamalkan ilmu yang diketahuinya”
Saudaraku,
Mari kita membina dengan segenap potensi yang kita miliki. Minimal satu binaan sebelum mati. Karena kita dihadirkan di dunia sebagai problem solver dari qodoya-qodoya umat. Mari membina selagi masih bernyawa. Mari membina selagi kita masih mampu melakukannya.
Jadilah Murabbi kehidupan. Menginspirasi setiap orang dengan amal nyata.
Bukan dari kata-kata berbusa yang penuh rekayasa. Bukan dari kata-kata manis yang tak hadirkan jiwa-jiwa optimis.
Jadilah Murabbi yang membina dengan penuh ketulusan. Mengajarkan ilmu untuk sama-sama diamalkan. Mendidik dengan hati yang lapang tanpa pamrih untuk dikenang.
Jadilah murabbi yang siap berdakwah di seluruh pelosok negeri. Merekrut dan membina demi melanjutkan perjuangan para nabi. Mengisi hari-hari dengan amal ruhiyah yang terbang ke langit tinggi. Menjaga nilai-nilai persaudaraan tetap menghangat di muka bumi.
Jadilah murabbi yang cinta ilmu. Melewati hari-hari dengan memburu ilmu bermutu. Memanfaatkan setiap peluang untuk memenuhi rasa ingin tahu. Selalu tahu cara terbaik mengajarkannya kembali kepada Mad’u. Menjejali alam pikirannya dengan kreativitas dakwah serba baru.Hingga akhirnya halaqoh kehidupannya selalu ditunggu-tunggu.
Jadilah murabbi yang kata-katanya menyegarkan iman yang layu. Senyumannya menghilangkan kedukaan yang menyengsarakan qalbu Tatapannya menghadirkan takwa yang semakin menggebu. Dan kemarahannya menghentikan kemungkaran para pengumbar nafsu
Jadilah murabbi yang mampu memerankan skenario film kehidupan dakwah. Menjadi orang tua yang selalu peduli. Menjadi guru yang mampu hilangkan keawaman para mutarabbi. Menjadi Syeikh yang menentramkan hati. Menjadi Qiyadah yang mampu arahkan para jundi jadi mandiri
Jadilah murabbi kehidupan. Membina halaqaoh-halaqoh kehidupan.
Menyuburkan taman-taman bunga keindahan Qalbu. Menginspirasi lahirnya generasi-generasi bermutu. Memotivasi lahirnya pemegang estafet dakwah menuju kemenangan. Melahirkan para penegak pilar-pilar Islam di puncak kejayaan []
Penulis : Sardini Ramadhan
Pendiri KPK (Komunitas Pena Khatulistiwa), Publik Manager SBS (Sang Bintang School)
Blog: akhiarden-sardini.blogspot.com