Bobotoh persib adalah hooligans terbesar kedua setelah manchaster united. Pebisnis mengamati hal tersebut dan mengambil kalkulatornya la...
Bobotoh persib adalah hooligans terbesar kedua setelah manchaster united. Pebisnis mengamati hal tersebut dan mengambil kalkulatornya lalu menghitung berapa keuntungan yang bisa didapatkan dengan mengkapitalisasi hal tersebut. Para da’I berpikir bagaimana mendakwahi umat sebanyak itu.
Dulu saya pernah mengikuti training tentang pengobatan islam. Acara training tersebut berlokasi di masjid, duduk bersila dengan konsumsi satu kotak kue. Kami menonton berbagai macam video, salah satunya video tentang kekejaman israel pada palestina. Peserta yang datang bertipe sama, wajah sholeh, berjanggut, berkopeah, celana bahan baju kemeja atau gamis. Untuk orang seperti itu, bentuk dakwah yang dilakukan si penyelenggara training amatlah cocok. Namun pertanyaannya bila sang penyelenggara mengundang bobotoh persib, apakah training bisa dilakukan dengan cara yang sama?
Di lain kasus, sering kita melihat ada kampanye anti zionis yang menyamakan berbagai logo perusahaan dengan bintang david atau mata satu dalam segitiga. Lalu ada orang berkomentar, “Umat Islam bisa mundur kalau bahasannya kayak gini terus.”. Dalam hati, saya mengatakan bahwa saya tidak sepakat. Ada segmen masyarakat yang bisa didakwahi dengan cara seperti itu. Ada umat yang bisa menerima hidayah dengan cara mengetahui konspirasi dajal dan freemason, meski bagi sebagian orang video-video tersebut tampak berlebihan.
Di lain kasus, saat Dahlan Iskan maju sebagai menteri dan mencuat wacana bahwa beliau akan mengambil tampuk kepresidenan 2014, muncul gembar gembor info bahwa istri beliau adalah anggota dari organisasi yang merupakan underbow israel. Muncul pendapat “Ini adalah gaya primitif kita dalam berdakwah”. Sekali lagi saya tidak sepakat. Ada orang-orang yang bisa makin dekat dengan islam saat disodorkan fakta-fakta unik seperti itu. Mungkin umat akan bertanya, “Ada apa dengan lion club?”, “Ada apa dengan israel?”, dan pada akhirnya ia akan jatuh ke pelukan islam.
Dakwah adalah rekayasa sosial, menggiring masyarakat yang buruk menjadi masyarakat yang sholeh. Ada cara yang berbeda saat kita berdakwah ke dokter, bobotoh persib, tukang bakso, mahasiswa, ibu rumah tangga, pengacara, dokter, warga desa, preman, dan lain-lain. Ada metode yang khusus untuk tiap komunitas tersebut. Maka akan terjadi eror saat orang yang terbiasa berdakwah pada siswa SMA harus berdakwah pada kaum buruh. Eror itu terus terjadi sehingga sang da’i yang mantan ustadz SMA itu belajar dari kesalahan demi kesalahan dan pada akhirnya berhasil. Proses belajar itu panjang, butuh banyak waktu, dan menghabiskan biaya dengan banyak kegagalan yang harus ditolerir. Mengapa tidak diciptakan suatu buku panduan standar untuk berdakwah pada tiap segmen tersebut? Mengapa tidak ada lulusan sarjana atau master yang keahliannya memang merancang panduan standar, atau suatu panduan yang saya sebut “sistem dakwah”?
Perlu ada seseorang yang ahli dalam merancang sistem dakwah di suatu tempat dan segmen. Dia merancang empat dimensi; man, machine, material , method sebagaimana merancang sistem industri. Orang tersebut melakukan rekayasa atau engineering. Orang yang melakukan proses engineering biasa kita sebut insiyur. Maka orang tersebut kita sebut insinyur dakwah.
Insinyur tersebut melihat kondisi objek dakwah, membaca potensi dan kemudian merancang sistem dakwah yang baik. Perancangan yang dilakukan dapat dimulai pada aspek man yang berarti bagaimana manusia atau da’i yang nanti akan berkecimpung dalam dakwah tersebut. Apa saja kompetensi da’i, apa jobdesc-nya, bagaimana cara melatihnya, dan bagaimana cara mengontrol kinerjanya. Semua hal tersebut digodok oleh sang insinyur dakwah. Sebagai misal bila hendak berdakwah pada kalangan bobotoh persib, maka da’i harus punya pemahaman tentang sepakbola serta setidaknya memiliki kesukaan terhadap bola. Da’i pun harus cukup fasih berbahasa sunda karena bobotoh kebanyakan lahir di tanah pasundan.
Insinyur dakwah juga merancang aspek material yang berarti apa saja materi islam untuk disampaikan nantinya. Dakwah harus dimulai dari bab apa kemudian berlanjut ke bab apa. Mahzab mana yang harus digunakan terlebih dahulu. Hasil rancangan aspek ini dapat berbentuk kurikulum pembinaan. Misalkan bila berdakwah kepada para pecinta musik rock, insinyur dakwah merancang sistem dakwah sehingga materi pertama tidak boleh berisikan halal haram musik. Mahzab yang digunakan adalah mahzab yang membolehkan musik untuk menghindari konflik di awal.
Insinyur dakwah juga merancang aspek machine yang berarti apa saja fasilitas dan peralatan apa saja yang penting digunakan. Apa hardware dan software yang akan mendukung proses dakwah, bagaimana spesifikasinya, dan bagaimana cara pengadaannya. Peralatan yang cukup akan membuat dakwah tidak menemukan hambatan yang tidak perlu. Misalkan bila berdakwah di kalangan pebisnis sukses, da’i mesti dibekali dengan gadget black berry agar mudah dalam komunikasi.
Aspek terakhir yang tidak harus dirancang terakhir adalah aspek method. Aspek ini berisikan suatu rancangan dari insinyur terkait hal-hal yang nirfisik. Misalkan metode panyampaian, jadwal dakwah, langkah yang ditempuh, cara penyampaian suatu materi, panduan negoisasi, pembagian tugas, SOP-SOP yang digunakan, perencanaan strategi dan lain-lain. Misalkan bila berdakwah di kalangan geng motor, perlu dibuat SOP (Standard Operational Procedure) dalam mengajak anggota demi anggota ke pengajian.
Dengan adanya insinyur dakwah yang merancang sistem dakwah untuk tiap segmen masyarakat tersebut, da’i tidak perlu kebingungan lagi dalam melakukan dakwahnya dan dapat menjemput kesuksesan dengan jalan tercepat, insyaAllah. Tidak perlu lagi ada keluhan masyarakat karena cara dakwah yang tidak baik atau kurang tepat, karena sistem dakwah telah dirancang dengan apik. []
Dulu saya pernah mengikuti training tentang pengobatan islam. Acara training tersebut berlokasi di masjid, duduk bersila dengan konsumsi satu kotak kue. Kami menonton berbagai macam video, salah satunya video tentang kekejaman israel pada palestina. Peserta yang datang bertipe sama, wajah sholeh, berjanggut, berkopeah, celana bahan baju kemeja atau gamis. Untuk orang seperti itu, bentuk dakwah yang dilakukan si penyelenggara training amatlah cocok. Namun pertanyaannya bila sang penyelenggara mengundang bobotoh persib, apakah training bisa dilakukan dengan cara yang sama?
Di lain kasus, sering kita melihat ada kampanye anti zionis yang menyamakan berbagai logo perusahaan dengan bintang david atau mata satu dalam segitiga. Lalu ada orang berkomentar, “Umat Islam bisa mundur kalau bahasannya kayak gini terus.”. Dalam hati, saya mengatakan bahwa saya tidak sepakat. Ada segmen masyarakat yang bisa didakwahi dengan cara seperti itu. Ada umat yang bisa menerima hidayah dengan cara mengetahui konspirasi dajal dan freemason, meski bagi sebagian orang video-video tersebut tampak berlebihan.
Di lain kasus, saat Dahlan Iskan maju sebagai menteri dan mencuat wacana bahwa beliau akan mengambil tampuk kepresidenan 2014, muncul gembar gembor info bahwa istri beliau adalah anggota dari organisasi yang merupakan underbow israel. Muncul pendapat “Ini adalah gaya primitif kita dalam berdakwah”. Sekali lagi saya tidak sepakat. Ada orang-orang yang bisa makin dekat dengan islam saat disodorkan fakta-fakta unik seperti itu. Mungkin umat akan bertanya, “Ada apa dengan lion club?”, “Ada apa dengan israel?”, dan pada akhirnya ia akan jatuh ke pelukan islam.
Dakwah adalah rekayasa sosial, menggiring masyarakat yang buruk menjadi masyarakat yang sholeh. Ada cara yang berbeda saat kita berdakwah ke dokter, bobotoh persib, tukang bakso, mahasiswa, ibu rumah tangga, pengacara, dokter, warga desa, preman, dan lain-lain. Ada metode yang khusus untuk tiap komunitas tersebut. Maka akan terjadi eror saat orang yang terbiasa berdakwah pada siswa SMA harus berdakwah pada kaum buruh. Eror itu terus terjadi sehingga sang da’i yang mantan ustadz SMA itu belajar dari kesalahan demi kesalahan dan pada akhirnya berhasil. Proses belajar itu panjang, butuh banyak waktu, dan menghabiskan biaya dengan banyak kegagalan yang harus ditolerir. Mengapa tidak diciptakan suatu buku panduan standar untuk berdakwah pada tiap segmen tersebut? Mengapa tidak ada lulusan sarjana atau master yang keahliannya memang merancang panduan standar, atau suatu panduan yang saya sebut “sistem dakwah”?
Perlu ada seseorang yang ahli dalam merancang sistem dakwah di suatu tempat dan segmen. Dia merancang empat dimensi; man, machine, material , method sebagaimana merancang sistem industri. Orang tersebut melakukan rekayasa atau engineering. Orang yang melakukan proses engineering biasa kita sebut insiyur. Maka orang tersebut kita sebut insinyur dakwah.
Insinyur tersebut melihat kondisi objek dakwah, membaca potensi dan kemudian merancang sistem dakwah yang baik. Perancangan yang dilakukan dapat dimulai pada aspek man yang berarti bagaimana manusia atau da’i yang nanti akan berkecimpung dalam dakwah tersebut. Apa saja kompetensi da’i, apa jobdesc-nya, bagaimana cara melatihnya, dan bagaimana cara mengontrol kinerjanya. Semua hal tersebut digodok oleh sang insinyur dakwah. Sebagai misal bila hendak berdakwah pada kalangan bobotoh persib, maka da’i harus punya pemahaman tentang sepakbola serta setidaknya memiliki kesukaan terhadap bola. Da’i pun harus cukup fasih berbahasa sunda karena bobotoh kebanyakan lahir di tanah pasundan.
Insinyur dakwah juga merancang aspek material yang berarti apa saja materi islam untuk disampaikan nantinya. Dakwah harus dimulai dari bab apa kemudian berlanjut ke bab apa. Mahzab mana yang harus digunakan terlebih dahulu. Hasil rancangan aspek ini dapat berbentuk kurikulum pembinaan. Misalkan bila berdakwah kepada para pecinta musik rock, insinyur dakwah merancang sistem dakwah sehingga materi pertama tidak boleh berisikan halal haram musik. Mahzab yang digunakan adalah mahzab yang membolehkan musik untuk menghindari konflik di awal.
Insinyur dakwah juga merancang aspek machine yang berarti apa saja fasilitas dan peralatan apa saja yang penting digunakan. Apa hardware dan software yang akan mendukung proses dakwah, bagaimana spesifikasinya, dan bagaimana cara pengadaannya. Peralatan yang cukup akan membuat dakwah tidak menemukan hambatan yang tidak perlu. Misalkan bila berdakwah di kalangan pebisnis sukses, da’i mesti dibekali dengan gadget black berry agar mudah dalam komunikasi.
Aspek terakhir yang tidak harus dirancang terakhir adalah aspek method. Aspek ini berisikan suatu rancangan dari insinyur terkait hal-hal yang nirfisik. Misalkan metode panyampaian, jadwal dakwah, langkah yang ditempuh, cara penyampaian suatu materi, panduan negoisasi, pembagian tugas, SOP-SOP yang digunakan, perencanaan strategi dan lain-lain. Misalkan bila berdakwah di kalangan geng motor, perlu dibuat SOP (Standard Operational Procedure) dalam mengajak anggota demi anggota ke pengajian.
Dengan adanya insinyur dakwah yang merancang sistem dakwah untuk tiap segmen masyarakat tersebut, da’i tidak perlu kebingungan lagi dalam melakukan dakwahnya dan dapat menjemput kesuksesan dengan jalan tercepat, insyaAllah. Tidak perlu lagi ada keluhan masyarakat karena cara dakwah yang tidak baik atau kurang tepat, karena sistem dakwah telah dirancang dengan apik. []
Penulis : Rio Aurachman, ST
Staf Bidang Dakwah Komunitas Pelajar Bandung
Ketua LP2K Karisma ITB Tahun 2010