Kisah nyata ini terjadi di Gresik. Sebuah kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan dengan kota Surabaya. Sebuah rumah sederhana di Desa Bu...
Kisah nyata ini terjadi di Gresik. Sebuah kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan dengan kota Surabaya.
Sebuah rumah sederhana di Desa Bulurejo, Benjeng, Gresik. Di situlah Mak Nyo, seorang warga keturunan Cina tinggal bersama suaminya yang sehari-hari bekerja sebagai petugas keamanan desa. Memiliki empat cucu, kehidupan Mak Nyo tidak sebagus nasib warga keturunan pada umumnya. Ia bahkan kesulitan untuk berobat, mengatasi katarak yang dideritanya.
Mak Nyo sudah sering ke puskesmas, tetapi keluhan pada penglihatannya tak kunjung membaik. Ternyata, ia menderita katarak. Sebuah penyakit yang membutuhkan operasi untuk bisa sembuh total. Beberapa kali ia mencoba ke rumah sakit. Namun, mahalnya biaya operasi katarak membuat harapan kesembuhannya seakan menjauh.
Penglihatan yang semakin kabur, membuat aktifitas Mak Nyo terganggu. Bahkan, ia tak berani menyeberang jalan. Semuanya terasa gelap. Keinginannya untuk melihat wajah cucu-cucunya juga tidak terpenuhi. Ia hanya bisa berusaha membayangkan wajah cucunya yang disebut-sebut tetangga “ganteng-ganteng.”
Hingga suatu hari, pada tahun 2012 lalu, Mak Nyo mendengar kabar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melayani operasi katarak gratis. Program itu diperuntukkan bagi warga tidak mampu seperti Mak Nyo.
Secercah harapan Mak Nyo mulai terbuka. Ia pun mendaftarkan diri sebagai peserta operasi katarak gratis yang rutin diselenggarakan DPD PKS Gresik. Setelah operasi selesai, betapa bahagianya Mak Nyo. Sebab penglihatannya telah kembali. Ia tak takut lagi menyeberang jalan. Ia tak lagi membutuhkan pertolongan orang-orang untuk mengambilkan barang dan sebagainya. Dan yang membuatnya sangat gembira, kini ia bisa melihat wajah cucu-cucunya yang tampan, seperti tetangga bilang.
“Biyen gak wani nyabrang dalan, nyawang putu sing ganteng yo gak weruh, ” ujar mak nyo ditemani sang suami, saat penulis berkunjung ke rumahnya. Sang suami yang asli Jawa, baru saja mengawal pilkades di desa tersebut, setelah semalam ia lembur membantu menyetempel kertas suara.
“Biyen sampe nangis. Ya Allah... dalane kok ketok peteng” kenang Mak Nyo dengan nada sendu, mengingat masa-masa beberapa tahun lalu sebelum operasi.
“Alhamdulillah, matur nuwun saestu PKS” ujar Mak Nyo, berterima kasih kepada PKS karena memiliki program-program peduli wong cilik yang sangat menyentuh.
Mak Nyo, bukanlah satu-satunya wong cilik yang merasakan manfaat program operasi katarak gratis dari PKS. Saudaranya, yang sebelumnya terpaksa berhenti bekerja sebagai sopir karena menderita katarak, kini dapat bekerja kembali. Selain mereka berdua, ratusan orang lainnya di Kabupaten Gresik telah sembuh dari katarak melalui program operasi katarak gratis PKS. Kisah nyata mereka, semoga bisa dituliskan pada kesempatan berikutnya. [Danil Setiawan]
Sebuah rumah sederhana di Desa Bulurejo, Benjeng, Gresik. Di situlah Mak Nyo, seorang warga keturunan Cina tinggal bersama suaminya yang sehari-hari bekerja sebagai petugas keamanan desa. Memiliki empat cucu, kehidupan Mak Nyo tidak sebagus nasib warga keturunan pada umumnya. Ia bahkan kesulitan untuk berobat, mengatasi katarak yang dideritanya.
Mak Nyo sudah sering ke puskesmas, tetapi keluhan pada penglihatannya tak kunjung membaik. Ternyata, ia menderita katarak. Sebuah penyakit yang membutuhkan operasi untuk bisa sembuh total. Beberapa kali ia mencoba ke rumah sakit. Namun, mahalnya biaya operasi katarak membuat harapan kesembuhannya seakan menjauh.
Penglihatan yang semakin kabur, membuat aktifitas Mak Nyo terganggu. Bahkan, ia tak berani menyeberang jalan. Semuanya terasa gelap. Keinginannya untuk melihat wajah cucu-cucunya juga tidak terpenuhi. Ia hanya bisa berusaha membayangkan wajah cucunya yang disebut-sebut tetangga “ganteng-ganteng.”
Hingga suatu hari, pada tahun 2012 lalu, Mak Nyo mendengar kabar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melayani operasi katarak gratis. Program itu diperuntukkan bagi warga tidak mampu seperti Mak Nyo.
Secercah harapan Mak Nyo mulai terbuka. Ia pun mendaftarkan diri sebagai peserta operasi katarak gratis yang rutin diselenggarakan DPD PKS Gresik. Setelah operasi selesai, betapa bahagianya Mak Nyo. Sebab penglihatannya telah kembali. Ia tak takut lagi menyeberang jalan. Ia tak lagi membutuhkan pertolongan orang-orang untuk mengambilkan barang dan sebagainya. Dan yang membuatnya sangat gembira, kini ia bisa melihat wajah cucu-cucunya yang tampan, seperti tetangga bilang.
“Biyen gak wani nyabrang dalan, nyawang putu sing ganteng yo gak weruh, ” ujar mak nyo ditemani sang suami, saat penulis berkunjung ke rumahnya. Sang suami yang asli Jawa, baru saja mengawal pilkades di desa tersebut, setelah semalam ia lembur membantu menyetempel kertas suara.
“Biyen sampe nangis. Ya Allah... dalane kok ketok peteng” kenang Mak Nyo dengan nada sendu, mengingat masa-masa beberapa tahun lalu sebelum operasi.
“Alhamdulillah, matur nuwun saestu PKS” ujar Mak Nyo, berterima kasih kepada PKS karena memiliki program-program peduli wong cilik yang sangat menyentuh.
Mak Nyo, bukanlah satu-satunya wong cilik yang merasakan manfaat program operasi katarak gratis dari PKS. Saudaranya, yang sebelumnya terpaksa berhenti bekerja sebagai sopir karena menderita katarak, kini dapat bekerja kembali. Selain mereka berdua, ratusan orang lainnya di Kabupaten Gresik telah sembuh dari katarak melalui program operasi katarak gratis PKS. Kisah nyata mereka, semoga bisa dituliskan pada kesempatan berikutnya. [Danil Setiawan]