Mahfudz Siddiq bertemu seorang mantan kader PKS di Masjid Nabawi. Mereka pun ngobrol dan berdiskusi seputar PKS. Arief, nama warga Indonesi...
Mahfudz Siddiq bertemu seorang mantan kader PKS di Masjid Nabawi. Mereka pun ngobrol dan berdiskusi seputar PKS. Arief, nama warga Indonesia yang kini tinggal di Jeddah itu, masih menaruh harapan terhadap PKS. Ketika keduanya berpisah, Mahfudz Siddiq berdoa untuk Arief dan putranya.
Selengkapnya, silahkan simak kulwit Mahfudz Siddiq yang telah membuat followernya tak kuasa menahan air mata, berikut ini:
Antara maghrib-isya saya bertemu & ngobrol dgn #Arief di masjid nabawi, Arief seorang pekerja Indonesia di perusahaan alat berat di Jeddah.
#Arief menyapa saya yg sdg dzikr ma'tsurat dan ngobrol dgn bahasa yg santun. Katanya beliau dulu aktif di PKS sd th 2010 saat di Cileungsi.
#Arief mulai curhat ttg maraknya fenomena kemusyrikan di tanah air & memberikan sebuah buku sebagai "titipan dakwah".
Dgn menyebut kasus eyang subur yg ramai jadi infotainment, #Arief menilai dakwah skrg kurang peduli soal "tauhid". Saya simak penuh atensi.
#Arief bicara serius tp tenang. Jenggot yg dibiarkan panjang hiasi wajah teduhnya yg nampak cahaya wudhu dan atsar sujudnya.
Saya benarkan ucapannya dan pertegas bahwa kemusyrikan sdh mulai jadi content industri media infotainment. Dampaknya luas & serius. #Arief
#Arief yg seorang Insinyur berharap dakwah beri perhatian serius thd fenomena kemusyrikan. Ironinya ada program dakwah tauhid di tv di stop.
#Arief sdh 3 th bekerja di Jeddah dan nampaknya aktif dalami ilmu agama. Ia menetap bersama keluarganya di Jeddah. Dulu kerja di Trakindo.
Saya sela obrolan santai #Arief dgn sapa putranya usia 7 th, belajar di International School berbahasa Inggris & Arab, jg hafal Quran 2 juz.
Di ujung obrolan #Arief ungkapkan bhw skrg beliau tdk lagi di PKS. Alasannya krn kurangnya perhatian thd dakwah tauhid. Saya tersenyum.
#Arief coba jelaskan alasannya bhw partai hanyalah sarana. PKS skrg lebih fokus politik dan berharap perkuat urusan dakwah aqidah tauhid.
Saya jawab lembut: "gak apa antum tdk lagi di PKS. Tapi dakwah hrs tetap berjalan dgn apa yg antum bisa lakukan.." Insya Allah jawab #Arief
Saya jelaskan kpd #Arief bhw sbg parpol PKS di permukaan mmg lbh nampak agenda politiknya. Tp kerja di bawah permukaan trus berjalan baik.
Kerja bawah permukaan PKS di berbagai bidang, termasuk mendidik umat lurus beraqidah, benar beribadah dan mulia berakhlaq. #Arief
Sblm #Arief pamit saya usap kepala putranya dan doakan: "kamu belajar sungguh2 dan nanti kembali ke Indonesia jadi ulama besar ya..."
Saya sempatkan meminta no HP #Arief dan katakan: "kita terus komunikasi ya...". Barakallahu fiikum ya akhi.
Selepas isya di Nabawi saya berfikir: "sgt mungkin ada ribuan #Arief yg pernah kenal PKS dan masih menaruh harapan besar."
Tercetus seutas doa di pintu Nabawi: "Rabb jika Engkau tdk kumpulkan #Arief dlm shaf kami, izinkan kelak putranya menjadi ulama besar kami".
Selengkapnya, silahkan simak kulwit Mahfudz Siddiq yang telah membuat followernya tak kuasa menahan air mata, berikut ini:
Antara maghrib-isya saya bertemu & ngobrol dgn #Arief di masjid nabawi, Arief seorang pekerja Indonesia di perusahaan alat berat di Jeddah.
#Arief menyapa saya yg sdg dzikr ma'tsurat dan ngobrol dgn bahasa yg santun. Katanya beliau dulu aktif di PKS sd th 2010 saat di Cileungsi.
#Arief mulai curhat ttg maraknya fenomena kemusyrikan di tanah air & memberikan sebuah buku sebagai "titipan dakwah".
Dgn menyebut kasus eyang subur yg ramai jadi infotainment, #Arief menilai dakwah skrg kurang peduli soal "tauhid". Saya simak penuh atensi.
#Arief bicara serius tp tenang. Jenggot yg dibiarkan panjang hiasi wajah teduhnya yg nampak cahaya wudhu dan atsar sujudnya.
Saya benarkan ucapannya dan pertegas bahwa kemusyrikan sdh mulai jadi content industri media infotainment. Dampaknya luas & serius. #Arief
#Arief yg seorang Insinyur berharap dakwah beri perhatian serius thd fenomena kemusyrikan. Ironinya ada program dakwah tauhid di tv di stop.
#Arief sdh 3 th bekerja di Jeddah dan nampaknya aktif dalami ilmu agama. Ia menetap bersama keluarganya di Jeddah. Dulu kerja di Trakindo.
Saya sela obrolan santai #Arief dgn sapa putranya usia 7 th, belajar di International School berbahasa Inggris & Arab, jg hafal Quran 2 juz.
Di ujung obrolan #Arief ungkapkan bhw skrg beliau tdk lagi di PKS. Alasannya krn kurangnya perhatian thd dakwah tauhid. Saya tersenyum.
#Arief coba jelaskan alasannya bhw partai hanyalah sarana. PKS skrg lebih fokus politik dan berharap perkuat urusan dakwah aqidah tauhid.
Saya jawab lembut: "gak apa antum tdk lagi di PKS. Tapi dakwah hrs tetap berjalan dgn apa yg antum bisa lakukan.." Insya Allah jawab #Arief
Saya jelaskan kpd #Arief bhw sbg parpol PKS di permukaan mmg lbh nampak agenda politiknya. Tp kerja di bawah permukaan trus berjalan baik.
Follower pun menangis baca kulwit ini |
Sblm #Arief pamit saya usap kepala putranya dan doakan: "kamu belajar sungguh2 dan nanti kembali ke Indonesia jadi ulama besar ya..."
Saya sempatkan meminta no HP #Arief dan katakan: "kita terus komunikasi ya...". Barakallahu fiikum ya akhi.
Selepas isya di Nabawi saya berfikir: "sgt mungkin ada ribuan #Arief yg pernah kenal PKS dan masih menaruh harapan besar."
Tercetus seutas doa di pintu Nabawi: "Rabb jika Engkau tdk kumpulkan #Arief dlm shaf kami, izinkan kelak putranya menjadi ulama besar kami".