Penelitian yang dilakukan oleh para psikolog dan guru BK menunjukkan, anak-anak yang bermasalah ternyata mayoritas berasal dari keluarga y...
Penelitian yang dilakukan oleh para psikolog dan guru BK menunjukkan, anak-anak yang bermasalah ternyata mayoritas berasal dari keluarga yang bermasalah. Demikian dipaparkan Ustadz Suhadi Fadjaray dalam Parenting Education 2013 yang diselenggarakan oleh Komite Sekolah Al Ummah di Gedung PPS Semen Indonesia, Ahad (19/5).
"Jika ayah bunda mau sukses dalam pengasuhan anak, menjadi harmonis adalah kuncinya," tegas konsultan pendidikan itu, "Ayah harus mencintai bunda, dan bunda harus mencintai ayah."
Lebih jauh, pembicara nasional itu menjelaskan, jika suami istri tidak cinta, tidak harmonis, umumnya mereka akan sering terlibat pertengkaran, bahkan ada kekerasan dalam rumah tangga. Parahnya, anak-anak kerap menjadi korban ketika orangtua bertengkar. Ia dimarahi, dihardik, bahkan disakiti. Kalaupun tidak, karakter anak yang suci laksana kertas putih pun telah terkotori dengan melihat orangtuanya saling memarahi.
Data lain yang diungkap Suhadi menunjukkan, ada pemuda yang tega membunuh orang tuanya sendiri dan kejahatan keji serupa. Setelah diselidiki, ternyata masa kecil mereka kurang ASI. Para pakar menjelaskan bahwa kurangnya ASI bukan sekedar bermakna kurang gizi. Yang lebih penting adalah pelukan dan kasih sayang yang didapatkan bayi saat ia berada dalam dekapan ibu. Senada dengan itu, pelukan dan gendongan ayah kepada anak usia 0-7 tahun juga berpengaruh positif pada pembentukan karakter mereka. Karenanya, motivator yang sering tampil di televisi itu mengajak seluruh orang tua untuk mencurahkan cinta dan kasih sayang kepada putra-putrinya, terutama di usia 0-7 tahun.
Kunci berikutnya dalam parenting adalah keteladanan. Anak akan lebih mengikuti contoh apa yang ia saksikan daripada perintah atau nasehat yang ia dengar. Jika orangtua mengajak anaknya untuk sabar, tetapi mereka suka marah di rumah, maka yang ditiru anak adalah sifat marah, bukan sabar yang disampaikan secara verbal.
Untuk membuktikan efektiknya keteladanan daripada perintah, Suhadi mengajak peserta melakukan sebuah game. Peserta disuruh mengikuti instruksi pemateri. Dalam beberapa instruksi pertama, di mana pemateri melakukan hal yang sama dengan apa yang ia instruksikan, peserta pun melakukan instruksi tersebut dengan tepat. Namun ketika pemateri menginstruksikan "Pegang dagu!" ternyata banyak peserta yang salah dengan memegang dahi, seperti yang dilakukan oleh pemateri.
Selain mengajak orangtua menjadi teladan bagi anak-anaknya, Suhadi juga merekomendasikan kepada orangtua untuk menghadirkan keteladanan Rasulullah Muhammad dalam keluarga. Diantaranya dengan cara mengenalkan Rasulullah, membacakan kisah hidup Rasulullah, dan memberikan buku Sirah Nabawiyah untuk anak, tentu saja yang kemasannya menarik dan sesuai dengan usia mereka.
Kunci yang tak kalah penting dalam parenting adalah doa. Penulis sejumlah buku itu menceritakan betapa sering ia mendapatkan "keajabaiban" dalam parenting setelah mendoakan anak-anaknya dengan tulus.
Dua jam lebih bersama Suhadi dalam topik "Character Building at Home: Anak Cerdas dan Mulia"itu seakan sangat singkat bagi 250 peserta yang memenuhi Gedung PPS, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Gresik. Ketika peserta ditanya apakah perlu dilanjutkan sesi parenting education berikutnya, hampir semua peserta angkat tangan. Sepanjang training, beragam suasana tampak mewarnai ruangan. Saat-saat tertentu, misalnya saat Suhadi membaca surat dan puisi untuk anak, tidak sedikit orangtua yang menangis. Sebaliknya, saat Suhadi menceritakan kisah-kisah kocak maupun menyampaikan materinya dengan gayanya yang humoris, seisi ruangan pun tertawa terpingkal-pingkal. [AM/Lgs]
"Jika ayah bunda mau sukses dalam pengasuhan anak, menjadi harmonis adalah kuncinya," tegas konsultan pendidikan itu, "Ayah harus mencintai bunda, dan bunda harus mencintai ayah."
Lebih jauh, pembicara nasional itu menjelaskan, jika suami istri tidak cinta, tidak harmonis, umumnya mereka akan sering terlibat pertengkaran, bahkan ada kekerasan dalam rumah tangga. Parahnya, anak-anak kerap menjadi korban ketika orangtua bertengkar. Ia dimarahi, dihardik, bahkan disakiti. Kalaupun tidak, karakter anak yang suci laksana kertas putih pun telah terkotori dengan melihat orangtuanya saling memarahi.
Data lain yang diungkap Suhadi menunjukkan, ada pemuda yang tega membunuh orang tuanya sendiri dan kejahatan keji serupa. Setelah diselidiki, ternyata masa kecil mereka kurang ASI. Para pakar menjelaskan bahwa kurangnya ASI bukan sekedar bermakna kurang gizi. Yang lebih penting adalah pelukan dan kasih sayang yang didapatkan bayi saat ia berada dalam dekapan ibu. Senada dengan itu, pelukan dan gendongan ayah kepada anak usia 0-7 tahun juga berpengaruh positif pada pembentukan karakter mereka. Karenanya, motivator yang sering tampil di televisi itu mengajak seluruh orang tua untuk mencurahkan cinta dan kasih sayang kepada putra-putrinya, terutama di usia 0-7 tahun.
Kunci berikutnya dalam parenting adalah keteladanan. Anak akan lebih mengikuti contoh apa yang ia saksikan daripada perintah atau nasehat yang ia dengar. Jika orangtua mengajak anaknya untuk sabar, tetapi mereka suka marah di rumah, maka yang ditiru anak adalah sifat marah, bukan sabar yang disampaikan secara verbal.
Untuk membuktikan efektiknya keteladanan daripada perintah, Suhadi mengajak peserta melakukan sebuah game. Peserta disuruh mengikuti instruksi pemateri. Dalam beberapa instruksi pertama, di mana pemateri melakukan hal yang sama dengan apa yang ia instruksikan, peserta pun melakukan instruksi tersebut dengan tepat. Namun ketika pemateri menginstruksikan "Pegang dagu!" ternyata banyak peserta yang salah dengan memegang dahi, seperti yang dilakukan oleh pemateri.
Selain mengajak orangtua menjadi teladan bagi anak-anaknya, Suhadi juga merekomendasikan kepada orangtua untuk menghadirkan keteladanan Rasulullah Muhammad dalam keluarga. Diantaranya dengan cara mengenalkan Rasulullah, membacakan kisah hidup Rasulullah, dan memberikan buku Sirah Nabawiyah untuk anak, tentu saja yang kemasannya menarik dan sesuai dengan usia mereka.
Suhadi baca surat tuk ananda, peserta berurai air mata |
Kunci yang tak kalah penting dalam parenting adalah doa. Penulis sejumlah buku itu menceritakan betapa sering ia mendapatkan "keajabaiban" dalam parenting setelah mendoakan anak-anaknya dengan tulus.
Dua jam lebih bersama Suhadi dalam topik "Character Building at Home: Anak Cerdas dan Mulia"itu seakan sangat singkat bagi 250 peserta yang memenuhi Gedung PPS, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Gresik. Ketika peserta ditanya apakah perlu dilanjutkan sesi parenting education berikutnya, hampir semua peserta angkat tangan. Sepanjang training, beragam suasana tampak mewarnai ruangan. Saat-saat tertentu, misalnya saat Suhadi membaca surat dan puisi untuk anak, tidak sedikit orangtua yang menangis. Sebaliknya, saat Suhadi menceritakan kisah-kisah kocak maupun menyampaikan materinya dengan gayanya yang humoris, seisi ruangan pun tertawa terpingkal-pingkal. [AM/Lgs]