$type=grid$count=3$$meta=0$snip=0$rm=0$show=home

Hidayah dari Cinta

Di waktu kuliah di jenjang sarjana, Allah memberikan hidayah untuk mempelajari Islam dengan lebih dalam melalui aktivis dakwah kampus. Merek...
Ilustrasi muslimah shalat (foto Republika.co.id)
Di waktu kuliah di jenjang sarjana, Allah memberikan hidayah untuk mempelajari Islam dengan lebih dalam melalui aktivis dakwah kampus. Mereka begitu berharga. Apalagi saya berasal dari keluarga yang tidak terlalu membekali anaknya dengan pemahaman agama yang cukup. Bahkan pengenalan makna iman, Islam dan ihsan di dapat dari majelis melingkar yang anggotanya 5-7 orang dan dipandu seorang ustad yang kami sebut sebagai tarbiyah.

Selama kuliah tiga tahun tujuh bulan di Universitas, selama itu pula lembaga dakwah kampus membersamai. Mereka tidak hanya menjadi sahabat, tetapi juga telah lebih dari itu. Mereka adalah saudara seperjuangan yang mengajarkan makna dari dakwah dan pengorbanan di jalan Allah. Bisa dikatakan, masa sarjana telah menjadi sepenggal episode kehidupan yang paling indah dan berarti.

Dua tahun lalu, Allah mempertemukanku dengan seseorang yang telah ditetapkan dalam lauhul mahfudz sebagai jodoh belahan jiwa. Jika harus menuliskan anugerah terindah secara berurutan, maka dimulai dengan Addynul Islam, orang tua lalu dia sebagai istri tecinta.

Dengan segala rahmatNya, kami bertemu insya Allah dengan cara-cara yang syar’i dan diridhai. Mulai proses dari ta’aruf, khitbah dan walimah, semuanya diusahakan berlandaskan kaidah-kaidah syar’i. Alhamdulillah dia juga memiliki pandangan yang sama, bahwa visi berkeluarga adalah membentuk keluarga islami yang menjadi mozaik bagi peradaban Islam.

Sebagai kepala keluarga, memberi nafkah, menyediakan tempat tinggal dan memberi pakaian yang layak adalah kewajiban yang harus ditunaikan. Bukan main-main, karena pertanggungjawabannya di hadapan Allah Azza wa Jalla.

Sewaktu menikah saya hanyalah mahasiswa semester dua Pasca Sarjana di sebuah perguruan tinggi negeri di Jokjakarta, belum memiliki pekerjaan dan rumah. Sangat jauh dari kata mapan. Dengan kondisi tersebut, tidak ada pilihan lain selain berupaya sekuat tenaga untuk mencari nafkah. Prinsipnya, bukan pekerjaan tetap yang penting, tetapi tetap bekerja jauh lebih penting.

Selama setahun, hampir semua jenis pekerjaan kasar telah dicoba. Mulai dari tukang ojek, menjajal kripik singkong, jualan donat dan berbagai makanan ringan lainnya. Karena tak memiliki rumah, kami berdua tinggal di kos-kosan yang atapnya bocor dan klosed kamar mandinya telah jebol.

Tepat sebelas bulan pernikahan, lahirlah manusia kecil yang insya Allah akan menjadi penerus peradaban Islam. Tentu bayi manis ini juga menjadi amanah untuk dinafkahi, dirawat dan dibesarkan. Kebutuhan eknomi semakin meningkat. Dengan hanya mejadi tukang ojek dan penjual kripik, rasanya tidak cukup menopang beban kebutuhan keluarga.

Alhamdulillah melalui do’a kami berdua, Allah memberikan pekerjaan baru sebagai makelar tanah kavlingan. Mungkin ini bukan pekerjaan tetap, tetapi paling tidak penghasilannya lebih besar daripada pekerjaan sebelumnya. Ironikah ini, bagi mahasiswa lulusan terbaik dan telah menjadi magister fisika.

Karena harus mencari pembeli, pekerjaan ini sangat menyita waktu. Ketika matahari belum menyingsing, mesin motor telah dipacu ke lokasi penjualan. Jangan tanyakan sebelum larut malam di mana saya berada, karena bisa dipastikan masih di luar rumah. Pergi sebelum si kecil bangun melihat pagi dan datang setelah ia terlelap dengan pulas.

Tiga bulan menjalani pekerjaan ini membuat rumah tangga kami terasa hampa. Batin telah gersang, ruhiyah melemah dan keimanan berada pada level kritis yang memperihatinkan. Jarang berjama’ah di masjid dan jadi ahli masbuk. Naudzu billah. Tidak ada lagi puasa senin-kamis, apalagi shalat tahajjud. Jangan tanyakan saya di majelis tarbiyah, karena dipastikan tidak ada. Ya Rabb… inilah badai futur yang sungguh menghempas dahsyat. Inikah cita-cita pernikahan itu? Kemana bunga-bunga mimpi hidup dalam keluarga sakinah, mawaddah, warahmah?

Suatu ketika di larut malam yang gelap setelah seharian mencari pembeli. Istri yang terkasih memelukku erat sejadi-jadinya. Ia menangis seperti anak kecil yang terisak-isak tak beraturan. Mendekap erat, seakan-akan saya akan pergi dan tak akan pernah kembali lagi.

“Akhi… saya tidak pernah meminta dari antum uang yang banyak. Saya juga tidak meminta antum untuk bekerja sekaras ini. Sederhana sekali pintaku, antum jadi orang yang shaleh, dan aktif dalam dakwah” ucapnya sambil terisak dan mendekap erat.

Saya hanya bisa terdiam dan tak terasa kata-katanya melelehkan butiran air mata di ujung kelopak mata.

“Akhi.,., saya ingin seperti dulu, biar susah tapi kita bisa berjalan bersama ke tempat ta’lim. Sahur senin-kamis bareng. Saling membangunkan dan mengingatkan shalat malam. Mungkin antum tidak tahu, kenapa ana memilih antum jadi suami? Karena tidak ada yang lebih membahagiakan dari melihat suami yang berjalan meninggalkan rumah menuju masjid untuk shalat berjama’ah”
***

Beberapa untaian kalimatnya itu seperti gemuruh guntur yang membangunkanku dari tidur panjang. Engkau memang anugrah terindah. Semoga Allah memberikanmu kehidupan hebat, sayang. []

Penulis : Abu Fakir
Kota Bandung

Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)

Name

Abdul Somad,1,Adab,4,Akhir Zaman,4,Al-Qur'an,18,Amalan,2,Analisa,1,Aqidah,16,Arifin Ilham,4,Bedah Buku,106,Buku,1,Canda,1,Dakwah Kampus,15,Dakwah Sekolah,1,Danil S,10,De_Palupi,1,Doa,64,Ekonomis-Bisnis,7,Fadhilah,25,Feature,281,Featured,6,Fiqih,71,Foto,48,Gresia Divi,26,Hadits,80,Hanan Attaki,2,Hasan Al-Banna,25,Headline,2,Heny Rizani,4,Hidayah,4,Hikmah,55,Ibadah,5,Indonesia,1,Inspirasi Redaksi,7,Islam,6,Kaifa Ihtada,46,Keluarga,105,Kembang Pelangi,30,Kesehatan,13,Khutbah Jum'at,54,Kisah Nabi,2,Kisah Nyata,85,KMPD,89,Kulwit,14,Mancanegara,1,Materi Tarbiyah,11,Mija Ahmadt,1,Motivasi,26,Mukjizat,4,Muslimah,43,Nasional,406,Nasyid,7,Oktarizal Rais,9,Opini,80,Parenting,11,Pemuda,2,Pernikahan,22,Petunjuk Nabi,7,Pirman,178,Press Release,20,Profil,16,Puisi,5,Ramadhan,89,Ramadhan 2017,1,Redaksi,6,Renungan,122,Renungan Harian,342,Retnozuraida,3,Rumah Tangga,8,Salim A Fillah,4,Salman al-Audah,1,Sirah,3,Sirah Sahabat,22,Siyasah Syar'iyyah,3,Strategi Dakwah,5,Surat Pembaca,1,Syiah,14,Tadabbur Al-Kahfi,1,Tasawuf,1,Taujih,44,Tazkiyah,6,Tazkiyatun Nafs,35,Tifatul Sembiring,25,Ukhtu Emil,31,Video,83,Wakaf,5,
ltr
item
Tarbawia: Hidayah dari Cinta
Hidayah dari Cinta
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgc539jM51h02C5pmGRg8rfKJgUqFoYmZR_UQ2vgyiiMCbcYii0Aj67u1LsLzmzcf9SZgY1oLoxvngYPwlOXz1wmtPpRmPpOGKdUw1KTcJkucGYaFtGlkrBl9fJmu2L-qtOwywFnU-V-Z0/s320/Muslimah+shalat+-+foto+Republika.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgc539jM51h02C5pmGRg8rfKJgUqFoYmZR_UQ2vgyiiMCbcYii0Aj67u1LsLzmzcf9SZgY1oLoxvngYPwlOXz1wmtPpRmPpOGKdUw1KTcJkucGYaFtGlkrBl9fJmu2L-qtOwywFnU-V-Z0/s72-c/Muslimah+shalat+-+foto+Republika.jpg
Tarbawia
https://www.tarbawia.com/2013/10/hidayah-dari-cinta.html
https://www.tarbawia.com/
https://www.tarbawia.com/
https://www.tarbawia.com/2013/10/hidayah-dari-cinta.html
true
4661011185558750656
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content