Dakwah merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap muslim di mananpun dia berada, tak mengenal kondisi dan situasi, gaung dakwah harus...
Dakwah merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap muslim di mananpun dia berada, tak mengenal kondisi dan situasi, gaung dakwah harus tetap dikumandangkan. Metode yang dilakukan pun beragam, mulai dari dakwah secara kontemporer sampai dakwah yang modern seperti yang kita lakukan sekarang ini. Islam tidak membatasi kita untuk melakukan dakwah hanya dengan satu atau dua metode saja, itulah yang kemudian menjadikan dakwah ini dinamis dan bisa masuk ke semua bagian kehidupan.
Beberapa pendakwah mungkin merasa kesulitan ketika mengajak seseorang yang telah baligh (dewasa) untuk melaksanakan shalat secara berjamaah pas ketika adzan berkumandang. Biasanya pendakwah akan di “ceramahi” kembali dengan kata-kata “buat apa ajak orang, emang diri sendiri sudah betul!”. Nah karena keseringan mendapatkan kata-kata seperti itu, maka kemudian saya mengganti target untuk saya dakwahkan terlebih dahulu yaitu anaknya dengan harapan kemudian dia akan ikut.
Dimulailah ceritanya. Ketika saya dulu berdagang di sebuah pasar, saya melihat kalau tetangga toko saya ini “agak jarang” ke masjid pasar ketika adzan berkumandang. Lama saya perhatikan kalau dia itu agak tidak merespon panggilan Allah yang suci itu. Pertama-tama saya selalu mengajak beliau ketika saya hendak ke masjid, namun jawaban yang saya terima selalu dengan jawaban “tidak” dengan berbagai alasan kesibukan dan hal-hal yang lain.
Berhubung bapak tersebut selalu membawa anaknya yang kira-kira masih berumur 5 atau 6 tahun pada saat berdagang, mulailah timbul ide dalam diri saya. Saya mulai mendekati anak tersebut dan membuat dia dekat dengan saya. Akhirnya anak tersebut dekat dan selalu menyambangi saya ketika ayahnya berdagang. Nah, mulailah saya mengajak anak tersebut ke masjid ketika adzan berkumandang. Setiap hari seperti itu. Pergi ke masjid shalat berjamaah dengan seorang bocah yang begitu riang menerima ajakan saya.
Target saya sebenarnya bukan anak tersebut, melainkan ayahnya. Ketika hendak pergi shalat melewati tokonya, sambil menggandeng tangan anaknya, saya mengajak bapak tersebut untuk shalat berjamaah ketika adzan berkumandang.
Dengan berkah hidayah dari Allah akhirnya sang bapak tersebut berhasil saya ajak shalat berjamaah di mesjid, mungkin karena dia merasa malu ketika saya ajak ke masjid dan dia menolak di depan anaknya yang sudah saya gandeng itu. Saya berharap dan berdoa kepada Allah bahwa kami akan selalu dalam naungan Allah, diberikan ketetapan hati untuk selalu menjaga shalat berjamaah tepat pada waktunya di masjid yang Allah cintai.
Sebuah keajaiban kemudian terjadi. Anak tersebut bercerita kalau dia selalu mengajak bapaknya untuk shalat berjamaah di masjid ketika adzan berkumandang, ketika saya sedang tidak berjualan. Ayah mana sih yang rela menolak ajakan anaknya sendiri untuk sahalat berjamaah di masjid? Kita hanya ditugaskan untuk berusaha. Semua yang menentukan adalah Allah yang Maha Kuasa. Allah bisa menentukan sesuai dengan harapan kita atau bahkan melebihi dari apa yang kita harapakan. Subhanallah. []
Penulis : Nailul Authar
Kota Banda Aceh
Beberapa pendakwah mungkin merasa kesulitan ketika mengajak seseorang yang telah baligh (dewasa) untuk melaksanakan shalat secara berjamaah pas ketika adzan berkumandang. Biasanya pendakwah akan di “ceramahi” kembali dengan kata-kata “buat apa ajak orang, emang diri sendiri sudah betul!”. Nah karena keseringan mendapatkan kata-kata seperti itu, maka kemudian saya mengganti target untuk saya dakwahkan terlebih dahulu yaitu anaknya dengan harapan kemudian dia akan ikut.
Dimulailah ceritanya. Ketika saya dulu berdagang di sebuah pasar, saya melihat kalau tetangga toko saya ini “agak jarang” ke masjid pasar ketika adzan berkumandang. Lama saya perhatikan kalau dia itu agak tidak merespon panggilan Allah yang suci itu. Pertama-tama saya selalu mengajak beliau ketika saya hendak ke masjid, namun jawaban yang saya terima selalu dengan jawaban “tidak” dengan berbagai alasan kesibukan dan hal-hal yang lain.
Berhubung bapak tersebut selalu membawa anaknya yang kira-kira masih berumur 5 atau 6 tahun pada saat berdagang, mulailah timbul ide dalam diri saya. Saya mulai mendekati anak tersebut dan membuat dia dekat dengan saya. Akhirnya anak tersebut dekat dan selalu menyambangi saya ketika ayahnya berdagang. Nah, mulailah saya mengajak anak tersebut ke masjid ketika adzan berkumandang. Setiap hari seperti itu. Pergi ke masjid shalat berjamaah dengan seorang bocah yang begitu riang menerima ajakan saya.
Target saya sebenarnya bukan anak tersebut, melainkan ayahnya. Ketika hendak pergi shalat melewati tokonya, sambil menggandeng tangan anaknya, saya mengajak bapak tersebut untuk shalat berjamaah ketika adzan berkumandang.
Dengan berkah hidayah dari Allah akhirnya sang bapak tersebut berhasil saya ajak shalat berjamaah di mesjid, mungkin karena dia merasa malu ketika saya ajak ke masjid dan dia menolak di depan anaknya yang sudah saya gandeng itu. Saya berharap dan berdoa kepada Allah bahwa kami akan selalu dalam naungan Allah, diberikan ketetapan hati untuk selalu menjaga shalat berjamaah tepat pada waktunya di masjid yang Allah cintai.
Sebuah keajaiban kemudian terjadi. Anak tersebut bercerita kalau dia selalu mengajak bapaknya untuk shalat berjamaah di masjid ketika adzan berkumandang, ketika saya sedang tidak berjualan. Ayah mana sih yang rela menolak ajakan anaknya sendiri untuk sahalat berjamaah di masjid? Kita hanya ditugaskan untuk berusaha. Semua yang menentukan adalah Allah yang Maha Kuasa. Allah bisa menentukan sesuai dengan harapan kita atau bahkan melebihi dari apa yang kita harapakan. Subhanallah. []
Penulis : Nailul Authar
Kota Banda Aceh
Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)