Saya adalah pemuda berusia 24 tahun dan bekerja sebagai karyawan swasta (Data Processing Staff) di salah satu perusahaan eksplorasi dan ...
Saya adalah pemuda berusia 24 tahun dan bekerja sebagai karyawan swasta (Data Processing Staff) di salah satu perusahaan eksplorasi dan eksploitasi bahan tambang bauksit di salah satu daerah terpencil di Kalimantan Barat, tepatnya di Dusun Kuala Labai, Desa Labai Hilir, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang. Membutuhkan waktu kurang lebih lima jam perjalanan dengan menggunakan speedboat atau tujuh jam dengan menggunakan mobil travel dari Kota Pontianak. Saya bekerja di sini sejak lulus SMK pada tahun 2008 hingga saat ini. Tentu saja, banyak suka duka yang dirasakan ketika hidup di daerah terpencil yang jaraknya cukup jauh dari perkotaan. Antara lain koneksi sinyal internet yang empot-empotan, sepi, dan suasana religi yang tidak begitu terasa. Apalagi kaum muslimin menjadi penduduk minoritas di dusun –bahkan di kecamatan—ini. Walaupun begitu, suasana toleransi antar umat beragama masih sangat terasa.
Minimnya sang juru dakwah, membuat kami (saya dan beberapa teman pemuda lain yang juga bekerja di perusahaan ini) mengerutkan kening dan bahkan serasa ditampar ketika mendengar ocehan anak-anak berusia awal belasan, yang mendekati atau sudah baligh, tetapi dengan entengnya berkata, “Om, aku di rumah gak pernah shalat.” Atau “Om, aku gak bisa caranya shalat, gak ada yang ngajarin, mamak sama bapak aku aja gak shalat.” Kemudian, kami menyadari, selama ini kami hanya memikirkan ibadah individu diri kami masing-masing, tanpa mau membuka mata dan telinga terhadap kenyataan. Bahwa di luar sana, ada generasi penerus Islam yang sangat membutuhkan perhatian, terutama dalam pendidikan agama.
Oh iya, perusahaan tempat kami bekerja ini mempunyai satu bangunan masjid yang bernama “ar-Rahman” yang dipergunakan untuk kegiatan shalat berjamaah, Shalat Jumat, dan Shalat Hari Raya oleh sebagian kecil karyawan muslim pendatang yang memiliki fasilitas mess di lingkungan kantor dan penduduk muslim dusun ini. Masjid hanya ramai sewaktu Shalat Jumat, tetapi sepi “peminat” ketika Shalat Fardhu Lima Waktu di hari lain. Apalagi Shalat Shubuh. Jadi intinya, ada dua pekerjaan rumah di sini, yaitu memberikan pendidikan agama kepada anak-anak dan memakmurkan masjid, terutama dalam Shalat Fardhu berjamaah.
Berawal dari keprihatinan kami terhadap dua permasalahan di atas, membuat kami sebagai jamaah masjid yang bisa dikatakan masih relatif muda, segera berunding untuk membuat terobosan-terobosan yang sangat diperlukan demi terwujudnya syiar agama Islam di sini. Kami berjumlah empat belas orang yang berasal dari beberapa divisi perusahaan mengadakan rapat dengan para pengurus Masjid yang sudah dibentuk beberapa waktu sebelumnya. Kami mengutarakan niat kami, bahwa kami ingin membentuk Ikatan Remaja Masjid dan menelurkan program-program pemakmuran Masjid. Salah satu program yang kami anggap paling penting, adalah mendirikan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA), sebuah wadah di mana kami bisa bertatap muka dengan anak-anak Muslim untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar tentang Islam.
Kami mengajari mereka membaca dan menulis al-Qur’an dengan metode Iqro’ jilid 1-6, mengerjakan shalat, menghafalkan surat-surat pendek, doa sehari-hari, fikih dasar, dan ilmu tajwid dasar, sesuai dengan kemampuan kami. Alhamdulillah, jumlah peserta didik kami di hari pertama hampir mencapai enam puluh orang dan masih bertahan sampai sekarang. Semoga kami selalu diberikan kesehatan dan kekuatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa agar bisa terus konsisten dan bersemangat dalam misi yang Insya Allah sangat mulia ini.
Kami juga terus berupaya menyampaikan pesan–pesan dakwah kami kepada karyawan-karyawan yang lain yang kurang berminat terhadap Masjid agar selalu berusaha memakmurkan masjid. Diantara kegiatan yang kami lakukan adalah membuat Majalah Dinding di setiap ruang santai mess. Dimana di sana, ada artikel-artikelnya yang kami sadurkan dari beberapa sumber terpercaya.
Tak hanya itu, kami juga berupaya untuk menghadirkan Ustadz atau Kiyai dari Pontianak, minimal dua minggu sekali. Agenda Ustadz adalah memberikan materi Tajwid kepada anggota Remaja Masjid, melayani tanya jawab agama, mengisi Khutbah Jum’at, pengajian khusus wanita, dan pengajian untuk umum pada malam harinya.
Kami berharap, dengan diundangnya para Ustadz dan adanya wejangan-wejangan penting dari mereka, membuat kaum muslim di sini, baik karyawan maupun penduduk, lebih bersemangat dalam menuntut ilmu agama, dan tentu saja mengamalkan ajaran-ajaran agama, terutama yang hukumnya wajib yang selama ini sering mereka abaikan. Semoga semua tujuan kami bisa tercapai. Aamiin… []
Penulis : Bambang Setyo Budi
Ketapang - Kalbar
Minimnya sang juru dakwah, membuat kami (saya dan beberapa teman pemuda lain yang juga bekerja di perusahaan ini) mengerutkan kening dan bahkan serasa ditampar ketika mendengar ocehan anak-anak berusia awal belasan, yang mendekati atau sudah baligh, tetapi dengan entengnya berkata, “Om, aku di rumah gak pernah shalat.” Atau “Om, aku gak bisa caranya shalat, gak ada yang ngajarin, mamak sama bapak aku aja gak shalat.” Kemudian, kami menyadari, selama ini kami hanya memikirkan ibadah individu diri kami masing-masing, tanpa mau membuka mata dan telinga terhadap kenyataan. Bahwa di luar sana, ada generasi penerus Islam yang sangat membutuhkan perhatian, terutama dalam pendidikan agama.
Oh iya, perusahaan tempat kami bekerja ini mempunyai satu bangunan masjid yang bernama “ar-Rahman” yang dipergunakan untuk kegiatan shalat berjamaah, Shalat Jumat, dan Shalat Hari Raya oleh sebagian kecil karyawan muslim pendatang yang memiliki fasilitas mess di lingkungan kantor dan penduduk muslim dusun ini. Masjid hanya ramai sewaktu Shalat Jumat, tetapi sepi “peminat” ketika Shalat Fardhu Lima Waktu di hari lain. Apalagi Shalat Shubuh. Jadi intinya, ada dua pekerjaan rumah di sini, yaitu memberikan pendidikan agama kepada anak-anak dan memakmurkan masjid, terutama dalam Shalat Fardhu berjamaah.
Berawal dari keprihatinan kami terhadap dua permasalahan di atas, membuat kami sebagai jamaah masjid yang bisa dikatakan masih relatif muda, segera berunding untuk membuat terobosan-terobosan yang sangat diperlukan demi terwujudnya syiar agama Islam di sini. Kami berjumlah empat belas orang yang berasal dari beberapa divisi perusahaan mengadakan rapat dengan para pengurus Masjid yang sudah dibentuk beberapa waktu sebelumnya. Kami mengutarakan niat kami, bahwa kami ingin membentuk Ikatan Remaja Masjid dan menelurkan program-program pemakmuran Masjid. Salah satu program yang kami anggap paling penting, adalah mendirikan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA), sebuah wadah di mana kami bisa bertatap muka dengan anak-anak Muslim untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar tentang Islam.
Kami mengajari mereka membaca dan menulis al-Qur’an dengan metode Iqro’ jilid 1-6, mengerjakan shalat, menghafalkan surat-surat pendek, doa sehari-hari, fikih dasar, dan ilmu tajwid dasar, sesuai dengan kemampuan kami. Alhamdulillah, jumlah peserta didik kami di hari pertama hampir mencapai enam puluh orang dan masih bertahan sampai sekarang. Semoga kami selalu diberikan kesehatan dan kekuatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa agar bisa terus konsisten dan bersemangat dalam misi yang Insya Allah sangat mulia ini.
Kami juga terus berupaya menyampaikan pesan–pesan dakwah kami kepada karyawan-karyawan yang lain yang kurang berminat terhadap Masjid agar selalu berusaha memakmurkan masjid. Diantara kegiatan yang kami lakukan adalah membuat Majalah Dinding di setiap ruang santai mess. Dimana di sana, ada artikel-artikelnya yang kami sadurkan dari beberapa sumber terpercaya.
Tak hanya itu, kami juga berupaya untuk menghadirkan Ustadz atau Kiyai dari Pontianak, minimal dua minggu sekali. Agenda Ustadz adalah memberikan materi Tajwid kepada anggota Remaja Masjid, melayani tanya jawab agama, mengisi Khutbah Jum’at, pengajian khusus wanita, dan pengajian untuk umum pada malam harinya.
Kami berharap, dengan diundangnya para Ustadz dan adanya wejangan-wejangan penting dari mereka, membuat kaum muslim di sini, baik karyawan maupun penduduk, lebih bersemangat dalam menuntut ilmu agama, dan tentu saja mengamalkan ajaran-ajaran agama, terutama yang hukumnya wajib yang selama ini sering mereka abaikan. Semoga semua tujuan kami bisa tercapai. Aamiin… []
Penulis : Bambang Setyo Budi
Ketapang - Kalbar
Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)