“Hai orang–orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhi...
“Hai orang–orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Hasyr :18).
Tunduk terdiam! Merenung pilu ke relung hati terdalam, meng-insyafi diri akan masa yang telah terlewati dan satu harap ke depan bahwa masih ada kesempatan untuk selalu memperbaiki diri. Hidup bukan untuk hari ini, walaupun kematian selalu menjadi bayang–bayang. Hidup untuk dunia seakan tinggal selamanya dan hidup untuk akhirat segera tergesigap sebelum terlewat.
Waktu terus berjalan, kadang pelan kadang pun terlampau cepat tak dirasa tergantung kita memanfaatkannya. Seiring pergantian siang ke malam terus berulang, pertukaran detik ke detik menuju menit melewati menit sampai berjam–jam lamanya. Seakan saling mengejar tanpa henti, begitulah adanya waktu tak terasa dan tidak ada yang berubah kecuali perubahan itu sendiri. Sedangkan untuk perubahan diri seharusnya tidak cukup dengan memaknai momentum, terkadang kita hanya dapat berkata; tunggu waktu yang tepat.
Momentum bukanlah sekedar dalih untuk berubah seperti peralihan tahun. Yang lebih penting adalah mengukur diri kita. Kadar keimanan kita. Masihkah kokoh berdiri tegak atau mulai goyah atau tengah dilanda futur dalam beribadah akibat lemahnya iman. Untuk hari esok, akhirat! Mulailah kembali menata hati dan pikiran kita akan pentingnya menjalin kedekatan kepada Sang Pencipta karena hidup kita akan bahagia tentunya dengan ibadah, mati pun masuk surga.
Masih ada kesempatan untuk membangun dan meningkatkan mutu ibadah kita tapi mulailah dari sekarang!!! Sebelum ajal menghadang. Banyak yang bisa kita lakukan untuk mendekatkan diri kita pada Allah Rabbul ’izzati, salah satunya adalah dengan ibadah dzahir dan ibdah bathin.
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam.” (QS. Al An’am : 162).
Siapa yang ingin belajar beribadah dengan baik, maka mulailah dari doa, dan siapa yang ingin belajar keikhlasan maka mulailah dengan puasa. Mau bahagia kan? Pastinya! Mudah kok, dengan mulai menanam. Lho kok? Maksudnya menanamkan mindset di kepala kita bahwa ibadah dzikir dan puasa adalah beberapa ibadah yang mudah, murah dan berkah. Hiasilah waktu kita selalu dengan mengingat Allah dalam sela–sela kesibukan kita bahkan di setiap detik dalam setiap hembusan nafas dan detakkan jantung.
“Demi sang waktu sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran“ (Q.S. Al Ashr : 1-3)
Bahkan Allah bersumpah dengan waktu, sebuah deklarasi! Waktu yang bukan hanya sekedar berganti dan berlalu, hampa makna, kosong arti? Easy going dengan waktu sama saja menyia–nyiakan waktu. Melalaikan setiap tarikan nafas yang mestinya menjadi sebuah perjuangan meraih kemenangan ridho dan kasih sayang Tuhan.
Hidup ini selalu beriring sejalan dan saling bergandeng dengan kematian. Tiap jiwa akan rasa, saat nyawa kembali pada pemilknya. Kita hanya manusia diberi amanah berupa kehidupan yang sesaat.
“Tiap–tiap yang berjiwa kan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)
Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui kapan ajalnya menjemput. Di bumi mana ia akan mati? Allah Maha Tahu. Hanya saja kita bisa meminta dan berusaha kematian yang husnul khatimah. Pernah dengar lagu religi yang liriknya diambil dari sebuah hadis nabi redaksi Imam at Tirmidzi?
Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian melainkan yang beriman dan beramal saleh…
Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian melainkan nasihat kepada kebenaran dan kesabaran,
Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua, kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati
Mumpung sehat masih kita rasakan ni’mat segeralah tobat sebelum terlambat, jika sakit mungkin tiba-tiba sekarat akhirnya kelewat. Yang masih muda jangan tunda–tunda segala perintahNya, jangan menunggu tua setelah sebelumnya hura–hura, kemana malu kita?. Jika sudah sempit akan terjepit, jika sekarang lapang sungguh jadi peluang! Kita masih hidup kan? Tunggu apa lagi? Gak usah sibuk ngitung 1…2….3… Sekarang Saja.!!! []
Penulis : Mestifarah
Mahasiswa STAI Thawalib Publisistik Jakarta
Tunduk terdiam! Merenung pilu ke relung hati terdalam, meng-insyafi diri akan masa yang telah terlewati dan satu harap ke depan bahwa masih ada kesempatan untuk selalu memperbaiki diri. Hidup bukan untuk hari ini, walaupun kematian selalu menjadi bayang–bayang. Hidup untuk dunia seakan tinggal selamanya dan hidup untuk akhirat segera tergesigap sebelum terlewat.
Waktu terus berjalan, kadang pelan kadang pun terlampau cepat tak dirasa tergantung kita memanfaatkannya. Seiring pergantian siang ke malam terus berulang, pertukaran detik ke detik menuju menit melewati menit sampai berjam–jam lamanya. Seakan saling mengejar tanpa henti, begitulah adanya waktu tak terasa dan tidak ada yang berubah kecuali perubahan itu sendiri. Sedangkan untuk perubahan diri seharusnya tidak cukup dengan memaknai momentum, terkadang kita hanya dapat berkata; tunggu waktu yang tepat.
Momentum bukanlah sekedar dalih untuk berubah seperti peralihan tahun. Yang lebih penting adalah mengukur diri kita. Kadar keimanan kita. Masihkah kokoh berdiri tegak atau mulai goyah atau tengah dilanda futur dalam beribadah akibat lemahnya iman. Untuk hari esok, akhirat! Mulailah kembali menata hati dan pikiran kita akan pentingnya menjalin kedekatan kepada Sang Pencipta karena hidup kita akan bahagia tentunya dengan ibadah, mati pun masuk surga.
Masih ada kesempatan untuk membangun dan meningkatkan mutu ibadah kita tapi mulailah dari sekarang!!! Sebelum ajal menghadang. Banyak yang bisa kita lakukan untuk mendekatkan diri kita pada Allah Rabbul ’izzati, salah satunya adalah dengan ibadah dzahir dan ibdah bathin.
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam.” (QS. Al An’am : 162).
Siapa yang ingin belajar beribadah dengan baik, maka mulailah dari doa, dan siapa yang ingin belajar keikhlasan maka mulailah dengan puasa. Mau bahagia kan? Pastinya! Mudah kok, dengan mulai menanam. Lho kok? Maksudnya menanamkan mindset di kepala kita bahwa ibadah dzikir dan puasa adalah beberapa ibadah yang mudah, murah dan berkah. Hiasilah waktu kita selalu dengan mengingat Allah dalam sela–sela kesibukan kita bahkan di setiap detik dalam setiap hembusan nafas dan detakkan jantung.
“Demi sang waktu sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran“ (Q.S. Al Ashr : 1-3)
Bahkan Allah bersumpah dengan waktu, sebuah deklarasi! Waktu yang bukan hanya sekedar berganti dan berlalu, hampa makna, kosong arti? Easy going dengan waktu sama saja menyia–nyiakan waktu. Melalaikan setiap tarikan nafas yang mestinya menjadi sebuah perjuangan meraih kemenangan ridho dan kasih sayang Tuhan.
Hidup ini selalu beriring sejalan dan saling bergandeng dengan kematian. Tiap jiwa akan rasa, saat nyawa kembali pada pemilknya. Kita hanya manusia diberi amanah berupa kehidupan yang sesaat.
“Tiap–tiap yang berjiwa kan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)
Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui kapan ajalnya menjemput. Di bumi mana ia akan mati? Allah Maha Tahu. Hanya saja kita bisa meminta dan berusaha kematian yang husnul khatimah. Pernah dengar lagu religi yang liriknya diambil dari sebuah hadis nabi redaksi Imam at Tirmidzi?
Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian melainkan yang beriman dan beramal saleh…
Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian melainkan nasihat kepada kebenaran dan kesabaran,
Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua, kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati
Mumpung sehat masih kita rasakan ni’mat segeralah tobat sebelum terlambat, jika sakit mungkin tiba-tiba sekarat akhirnya kelewat. Yang masih muda jangan tunda–tunda segala perintahNya, jangan menunggu tua setelah sebelumnya hura–hura, kemana malu kita?. Jika sudah sempit akan terjepit, jika sekarang lapang sungguh jadi peluang! Kita masih hidup kan? Tunggu apa lagi? Gak usah sibuk ngitung 1…2….3… Sekarang Saja.!!! []
Penulis : Mestifarah
Mahasiswa STAI Thawalib Publisistik Jakarta