Lelaki suci itu termangu sedih. Wajah langitnya memudarkan rona duka. Hati beningnya tertusuk-tusuk. Ia seakan tak percaya saat para wani...
Lelaki suci itu termangu sedih. Wajah langitnya memudarkan rona duka. Hati beningnya tertusuk-tusuk. Ia seakan tak percaya saat para wanita penghuni griya kenabian itu meminta sesuatu yang justru dijauhinya. Duka yang membuncah membuat lelaki pamungkas segenap nabi itu bahkan tidak berkenan menemui para sahabatnya untuk beberapa saat. Abu Bakar dan Umar bin Khatab pun tak kuasa menemuinya.
Tak lama berselang, lelaki mulia itu memperkenankan kedua sahabat sekaligus mertuanya itu menemuinya. Saat itu, kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut sedang dikelilingi oleh semua belahan jiwanya, tak terkecuali Aisyah putri Abu Bakar dan Hafshah putri Umar bin Khatab. Para wanita itu diam membisu. Mereka tak kuasa menatap wajah teduh suami yang sedang tersaput mendung. Suasana begitu hening.
Sejurus kemudian, lelaki bergelar Al Amin itu menatap dalam-dalam wajah Abu Bakar dan Umar bin Khatab seraya berkata, “Bidadari duniaku ini sedang meminta tambahan nafkah dariku.” Dengan segera wajah kedua sahabat tersebut merona merasa malu. Maka, bangkitlah kedua sahabat tersebut pada masing-masing buah hatinya sambil menghardik, “Apakah kalian menuntut Rasulullah dengan sesuatu yang tidak dimilikinya?”
Kedua wanita berkelas surga itu serempak menjawab, “Sesungguhnya demi Allah, setelah permintaan kali ini, kami tidak akan menuntut Rasulullah dengan sesuatu yang tidak ada padanya.” Mendengar jawaban putri-putrinya itu, kedua sahabat yang bermaksud akan memukul putrinya, segera dicegah Rasulullah. Dengan penuh kasih, Rasulullah berkata, “Mereka tidak layak engkau perlakukan seperti itu.”
Tidak lama kemudian, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat tentang perkara memilih. Karena itu, Rasulullah bergegas menemui Aisyah dan kemudian bersabda, “Sesungguhnya aku akan mengingatkanmu tentang sesuatu, namun aku tidak ingin engkau tergesa-gesa memutuskan sebelum engkau bermusyawarah dengan kedua orangtuamu.” Aisyah pun bertanya, “Apa itu?”
Maka Rasulullah pun membacakan ayat yang baru turun, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, ‘Jika kamu menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka kemarilah untuk kuberikan mutah dan akan aku ceraikan kamu dengan cara yang sebaik-baiknya. Dan jika kamu memilih Allah dan RasulNya serta kebahagiaan dunia akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.’” (QS. Al Ahzab : 28-29)
Begitu Rasulullah selesai membacakan ayat tersebut, Aisyah langsung menjawab, “Buat apa aku harus bermusyawarah dengan orangtuaku tentang perkara ini? Karena sudah pasti aku lebih memilih Allah, RasulNya dan kebahagiaan akhirat. Dan aku memintamu untuk tidak menyampaikan jawabanku ini kepada istri-istrimu yang lain.”
Sesungguhnya, kisah indah ini menjelaskan bahwa istri-istri Rasul adalah wanita biasa seperti Anda. Dan Abu Bakar dan Umar bin Khatab adalah lelaki biasa seperti suami atau ayah Anda. Mereka hidup dengan segala perasaan, kecenderungan, dan tabiat kemanusiaan yang sama dengan kita. Namun saat Anda bisa seperti istri-istri Rasul yang lebih memilih Allah dan RasulNya, maka Anda berpeluang besar juga untuk bisa menjadi wanita dunia yang berkualitas surga. []
Penulis : H. Hamy Wahjunianto, drh, MM.
Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Jawa Timur
Tak lama berselang, lelaki mulia itu memperkenankan kedua sahabat sekaligus mertuanya itu menemuinya. Saat itu, kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut sedang dikelilingi oleh semua belahan jiwanya, tak terkecuali Aisyah putri Abu Bakar dan Hafshah putri Umar bin Khatab. Para wanita itu diam membisu. Mereka tak kuasa menatap wajah teduh suami yang sedang tersaput mendung. Suasana begitu hening.
Sejurus kemudian, lelaki bergelar Al Amin itu menatap dalam-dalam wajah Abu Bakar dan Umar bin Khatab seraya berkata, “Bidadari duniaku ini sedang meminta tambahan nafkah dariku.” Dengan segera wajah kedua sahabat tersebut merona merasa malu. Maka, bangkitlah kedua sahabat tersebut pada masing-masing buah hatinya sambil menghardik, “Apakah kalian menuntut Rasulullah dengan sesuatu yang tidak dimilikinya?”
Kedua wanita berkelas surga itu serempak menjawab, “Sesungguhnya demi Allah, setelah permintaan kali ini, kami tidak akan menuntut Rasulullah dengan sesuatu yang tidak ada padanya.” Mendengar jawaban putri-putrinya itu, kedua sahabat yang bermaksud akan memukul putrinya, segera dicegah Rasulullah. Dengan penuh kasih, Rasulullah berkata, “Mereka tidak layak engkau perlakukan seperti itu.”
Tidak lama kemudian, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat tentang perkara memilih. Karena itu, Rasulullah bergegas menemui Aisyah dan kemudian bersabda, “Sesungguhnya aku akan mengingatkanmu tentang sesuatu, namun aku tidak ingin engkau tergesa-gesa memutuskan sebelum engkau bermusyawarah dengan kedua orangtuamu.” Aisyah pun bertanya, “Apa itu?”
Maka Rasulullah pun membacakan ayat yang baru turun, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, ‘Jika kamu menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka kemarilah untuk kuberikan mutah dan akan aku ceraikan kamu dengan cara yang sebaik-baiknya. Dan jika kamu memilih Allah dan RasulNya serta kebahagiaan dunia akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.’” (QS. Al Ahzab : 28-29)
Begitu Rasulullah selesai membacakan ayat tersebut, Aisyah langsung menjawab, “Buat apa aku harus bermusyawarah dengan orangtuaku tentang perkara ini? Karena sudah pasti aku lebih memilih Allah, RasulNya dan kebahagiaan akhirat. Dan aku memintamu untuk tidak menyampaikan jawabanku ini kepada istri-istrimu yang lain.”
Sesungguhnya, kisah indah ini menjelaskan bahwa istri-istri Rasul adalah wanita biasa seperti Anda. Dan Abu Bakar dan Umar bin Khatab adalah lelaki biasa seperti suami atau ayah Anda. Mereka hidup dengan segala perasaan, kecenderungan, dan tabiat kemanusiaan yang sama dengan kita. Namun saat Anda bisa seperti istri-istri Rasul yang lebih memilih Allah dan RasulNya, maka Anda berpeluang besar juga untuk bisa menjadi wanita dunia yang berkualitas surga. []
Penulis : H. Hamy Wahjunianto, drh, MM.
Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Jawa Timur