Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar karena 5 faktor berikut ini: 1. Dilakukan terus menerus Dosa kecil yang dilakukan terus me...
Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar karena 5 faktor berikut ini:
1. Dilakukan terus menerus
Dosa kecil yang dilakukan terus menerus akan berubah menjadi dosa besar. Bahkan, dosa besar yang pernah dilakukan lalu tidak dilakukan laki (taubat nasuha) lebih bisa diharapkan diampuni Allah daripada dosa kecil yang terus menerus dilakukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لا صغيرة مع الإصرار، ولا كبيرة مع استغفار
“Tak ada dosa kecil selagi terus dikerjakan dan tak ada dosa selagi dimohonkan ampunan” (HR. Ad Dailami)
Dosa kecil yang dilakukan terus menerus ini diibaratkan oleh Imam Ghazali seperti tetes-tets air yang terus menerus menimpa batu, akhirnya batu itu pun berlubang. Padahal, jika air itu dikumpulkan dan langsung disiramkan ke batu tersebut, belum tentu mampu membuatnya berlubang.
2. Menganggap remeh dosa tersebut
Penyebab berikutnya yang membuat dosa kecil berubah menjadi dosa besar adalah menganggap remeh dosa tersebut. Selagi suatu dosa dianggap besar oleh hamba, maka dosa itu menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, jika manusia menganggap dosanya kecil dan remeh, maka itu menjadi besar di hadapan Allah. Seorang hamba menganggap dosanya besar karena hatinya ingin menghindari dosa itu dan tidak suka kepadanya. Sebaliknya, saat ia meremehkan dosa, hatinya condong kepada dosa tersebut dan tidak merasa benci terhadapnya.
“Sesungguhnya orang mukmin itu melihat dosa-dosanya seakan-akan sedang berada di kaki gunung,” kata Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Ia takut dosa itu akan menimpa dirinya. Namun orang durhaka memandang dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya. Ia beranggapan dengan menepiskan tangan saja, ia bisa diusir.”
Orang yang menganggap dosanya besar, ia melihat siapa yang didurhakainya. Sedangkan orang yang meremehkan dosa, ia tidak mempertimbangkan siapa yang didurhakainya.
Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata, “Janganlah kalian melihat kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah keagungan Dzat yang kalian durhakai.”
3. Merasa senang, menceritakan dan membanggakan dosa
Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar jika pelakunya merasa senang dengan dosa tersebut, bahkan membanggakannya. Misalnya seseorang yang setelah melakukan dosa kemudian mengatakan kepada orang lain, “Aku kemarin sudah melakukan ini dan itu, orang lain tidak ada yang berani seperti itu.”
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
“Setiap umatku diberi afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Sesungguhnya yang termasuk terang-terangan adalah jika seseorang melakukan suatu dosa pada malam hari, kemudian pagi harinya ia membuka dosa tersebut padahal Allah telah menutupinya. Dia berkata “Hai Fulan, semalam aku telah berbuat begini dan begini.” Allah telah menutupi apa yang ia lakukan malam itu, tetapi ia sendiri justru menyingkap tutupan Allah pada dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Mengajak orang lain melakukan dosa serupa
Dosa kecil berubah menjadi dosa besar jika pelakunya mengajak orang lain untuk melakukan hal serupa. Ia tidak hanya berbuat dosa sendiri, tapi malah mengkampanyekan dosa dan membujuk orang lain melakukan dosa tersebut. Inilah bahayanya menjadi pelopor dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka ia memperoleh dosa sebagaimana dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa orang tersebut sedikitpun.” (HR. )
5. Jika yang melakukannya adalah ulama
Meskipun amal buruk atau kemaksiatannya sama, nilai dosa ulama lebih besar daripada orang awam. Sebab, ulama telah mengetahui perkara tersebut dengan jelas, betapa dosanya, kepada siapa ia berdosa, bahayanya bagi agama, dan seterusnya.
Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida, disarikan dari Minhajul Qasidin]
1. Dilakukan terus menerus
Dosa kecil yang dilakukan terus menerus akan berubah menjadi dosa besar. Bahkan, dosa besar yang pernah dilakukan lalu tidak dilakukan laki (taubat nasuha) lebih bisa diharapkan diampuni Allah daripada dosa kecil yang terus menerus dilakukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لا صغيرة مع الإصرار، ولا كبيرة مع استغفار
Dosa kecil yang dilakukan terus menerus ini diibaratkan oleh Imam Ghazali seperti tetes-tets air yang terus menerus menimpa batu, akhirnya batu itu pun berlubang. Padahal, jika air itu dikumpulkan dan langsung disiramkan ke batu tersebut, belum tentu mampu membuatnya berlubang.
2. Menganggap remeh dosa tersebut
Penyebab berikutnya yang membuat dosa kecil berubah menjadi dosa besar adalah menganggap remeh dosa tersebut. Selagi suatu dosa dianggap besar oleh hamba, maka dosa itu menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, jika manusia menganggap dosanya kecil dan remeh, maka itu menjadi besar di hadapan Allah. Seorang hamba menganggap dosanya besar karena hatinya ingin menghindari dosa itu dan tidak suka kepadanya. Sebaliknya, saat ia meremehkan dosa, hatinya condong kepada dosa tersebut dan tidak merasa benci terhadapnya.
“Sesungguhnya orang mukmin itu melihat dosa-dosanya seakan-akan sedang berada di kaki gunung,” kata Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Ia takut dosa itu akan menimpa dirinya. Namun orang durhaka memandang dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya. Ia beranggapan dengan menepiskan tangan saja, ia bisa diusir.”
Orang yang menganggap dosanya besar, ia melihat siapa yang didurhakainya. Sedangkan orang yang meremehkan dosa, ia tidak mempertimbangkan siapa yang didurhakainya.
Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata, “Janganlah kalian melihat kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah keagungan Dzat yang kalian durhakai.”
3. Merasa senang, menceritakan dan membanggakan dosa
Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar jika pelakunya merasa senang dengan dosa tersebut, bahkan membanggakannya. Misalnya seseorang yang setelah melakukan dosa kemudian mengatakan kepada orang lain, “Aku kemarin sudah melakukan ini dan itu, orang lain tidak ada yang berani seperti itu.”
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
4. Mengajak orang lain melakukan dosa serupa
Dosa kecil berubah menjadi dosa besar jika pelakunya mengajak orang lain untuk melakukan hal serupa. Ia tidak hanya berbuat dosa sendiri, tapi malah mengkampanyekan dosa dan membujuk orang lain melakukan dosa tersebut. Inilah bahayanya menjadi pelopor dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
5. Jika yang melakukannya adalah ulama
Meskipun amal buruk atau kemaksiatannya sama, nilai dosa ulama lebih besar daripada orang awam. Sebab, ulama telah mengetahui perkara tersebut dengan jelas, betapa dosanya, kepada siapa ia berdosa, bahayanya bagi agama, dan seterusnya.
Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida, disarikan dari Minhajul Qasidin]