Anggaplah anda naik motor bersama istri dan dua anak anda. Sebab mobil masuk bengkel. Mungkin, motor anda akan merasa keberatan. Sehingga t...
Anggaplah anda naik motor bersama istri dan dua anak anda. Sebab mobil masuk bengkel. Mungkin, motor anda akan merasa keberatan. Sehingga tidak bisa ngebut seperti ketika anda menaikinya seorang diri.
Tapi, jika anda menaikinya bersama anak dan istri, akan ada lipatan kebaikan yang bisa didapat. Saling bercanda, menasehati anak sambil meilhat realita, muroja'ah hafalan, ngobrol ringan. Paling penting, jika anda mengantuk, ada istri dan anak yang mengingatkan.
Nah, jika anda menaikinya seorang diri, maka anda bisa melaju kencang. Tapi, jika mogok anda harus mendorongnya seorang diri. Anda tak bisa pula ngobrol. Emang mau dianggap gila sebab ngobrol dengan angin? Kalau ngantuk, sama sekali tak ada yang mengingatkan anda.
Alhasil, menikah memiliki banyak kebaikan. Pun, ada banyak catatan yang mesti diantisipasi. Karena memang, jalanan terjal penuh tanjakan-turunan dan onak lebih menantang dibanding jalanan lurus dan tanpa saingan.
Oleh karena itulah, menikah adalah awal. Anda akan mendapati kehidupan yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Ada cinta, ada juga sedikit benci. Ada banyak nikmat, adapula sedikit uji. Ada canda, tak jarang pula ada marah. Banyak kebaikan, ada juga keburukan yang mengintip dan menggoda.
Maka, setiap kali melihat, meghadiri atau menyeksamai pernikahan, siapapun dan bagaimanapun, selalulah sisipkan ruang untuk khawatir selain bahagia dan syukur yang mendominasi.
Sebab dalam upacara sakral itu, ada perjanjian amat besar. Ada ikatan suci nan kokoh. Ada tanggungjawab yang tak bisa dipikul dengan main-main. Ada cinta yang harus dirawat selama mungkin. Bahkan, hingga kau atau pasanganmu mati, dan setelahnya.
Semoga barokah untuk kita yang telah lama menikah, untuk anda yang baru menikah, utuk siapa yang rindu menikah dan semua yang berniat untuk menjalankan sunnah nabi mulia ini.
Untuk yang diuji dengan lamanya waktu, tetaplah tersenyum. Sebab Allah tak mungkin salah. Ada kebaikan yang pasti anda peroleh sebab kesabaran yang lama disulam. Bukankah buah sabar adalah surga?
Ingat pula, menikah hanya setengah. Setengah lainnya ada takwa. Maka, sempurnakan setengah lainnya itu sejak sebelum, ketika dan selepas menikah. Lalu, jadikanlah menikah sebagai sarana untuk semakin kencang melaju dalam takwa. Agar engkai dan pasanganmu semakin dekat dan taat kepada-Nya.
Tak perlulah risau akan rezeki hingga menyebabkanmu menunda tanpa alasan yang dibenarkan. Sebab rezeki adalah hak mutlak Allah. Dia telah menetapkan-Nya jauh-jauh hari sebelum anda diciptakan. Dia berhak untuk melapangkan maupun menyempitkan untuk siapa yang dikehendaki-Nya.
Anda cukup berupaya sebaik mungkin, sembari terus berdoa dengan harapan penuh seraya cemas jika tak dikabulkan. Bukankah rezeki erat kaitannya dengan usaha? Amatlah mustahil jika Allah menciptakan namun tak menyertakan rezeki bagi makhluk yang diciptakan-Nya itu.
Bagi anda yang sudah berusaha sebaik mungkin, namun belum mendapat “hasil’, jangan sampai berburuk sangka kepada Allah. Apalagi, jodoh, mati dan rezeki memang rahasia-Nya. Tetaplah berupaya seraya melayakkan diri.
Ingatlah selalu, bahwa ada doa dan usaha yang tak langsung dikabul di dunia ini. Adakalanya Allah menunda, kemudian memberi ganti dengan yang lebih baik. Bahkan yang terbaik dan tidak pernah kita sangka.
Adapula yang benar-benar ditunda dan baru diberikan kelak selepas mati. Maknanya, upaya anda tak ada yang sia-sia. Pun, terkait usaha mendapatkan jodoh. Yakinlah selalu, Allah Mahaadil. Semua yang diberikan atau ditahan-Nya adalah yang terbaik.
Semoga dengan sabar, Allah menyegerakannya. Dan itu pasti baik bagimu. Jika kemudian Allah menunda, yakinlah selalu akan skenario indah dari-Nya.
Satu catatan penting, tutup semua pintu penundaan. Sebab mati datang tiba-tiba. Dan, menunda kebaikan sama maknanya dengan sibuk keburukan jika anda tak mencari kebaikan lain yang lebih sempurna.
Sebab, jika sendiri dan menikah ibarat mengendarai motor, maka ketika anda mengendarainya dengan anak dan istri, ketika di tengah jalan anda merasa pegal sebab jauhnya perjalanan, maka ada yang akan setia memberikan pijitan cintanya. Anda hanya perlu berkata agak keras, agar suara anda tak tertiup angin dan bisa didengan oleh pasangan anda itu, “Mi, Abi pegel nich. Tolong dipijitin ya. Bagian pundaknya saja.”
Semoga Allah semakin menyangi kita semua, aamiin.[]
Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com