1 Bro, hari ini memang tanggal merah. Tapi perburuan menuju surga, tak mengenal libur. Bahkan, kau disuruh untuk tetap berlari ketika y...
Bro, hari ini memang tanggal merah. Tapi perburuan menuju surga, tak mengenal libur. Bahkan, kau disuruh untuk tetap berlari ketika yang lainnya enak menikmati dunia. Kau diperintah bekerja saat selainnya sedang santai berongkangkaki sembari menyeruput minuman nikmat di teras rumahnya. Kau juga akan tetap dianjurkan untuk terbangun, ketika orang lain lelap dalam tidur lalainya. Itu teramat susah. Tapi surga, memang tak diberikan secara gratisan.
2
Bro, tanggal merah kok tetap bekerja? Apakah dunia begitu melenakanmu? Belum cukupkah karunia yang Dia berikan? Apakah kau bekerja sebagai wujud syukur atas potensi yang diberikan-Nya? Atau sebagai perlombaan lantaran gengsi? Karena teman sekelasmu dulu sudah punya mobil? Karena teman kuliahmu dulu sudah bolak-balik tour ke luar negeri? Atau karena tetanggamu yang baru saja membeli mobil keluaran terbaru berharga milyaran itu?
3
Bro, siang semakin menjelang. Mentari sudah mulai naik. Panasnya kian terasa. Hangat yang menghidupkan. Tapi, kau masih sibuk dengan kerja duniamu?
4
Bro, apakah kau lupa? Bahwa waktu ini dinamai Dhuha. Ada berkah di dalamnya. Ada pahala melimpah bagi siapa yang mau. Ada rejeki bagi siapa yang Dikehendaki-Nya. Tidakkah kau berlomba untuk merayu-Nya?
5
Bro, tak ingatkah kau? Dalam Dhuha, terletak sunnah shalat. Dua, empat, enam, delapan, sepuluh atau dua belas. Dua saja, kau akan dilepaskan dari predikat orang yang lalai. Jika empat, kau akan dimasukkan ke dalam kelompok ahli ibadah. Andai bisa enam, maka akan dicukupi semua kebutuhanmu hari ini. Jika kuasa, dan kau bisa menjalankannya dua belas, maka janji-Nya, bahwa dirimu akan diberi rumah, kelak di surga-Nya. Apakah rumah di sini lebih kau sukai dibanding rumah abadi di sana kelak?
6
Bro, di luar itu semua, semua ahli Dhuha tak akan pernah merasa miskin. Kebanyakan mereka adalah yang banyak hartanya. Berkah pula, insya Allah. Jikapun ternyata kau tak dikaruniai banyak kaya, bukankah ibadah itu merupakan kekayaan tersendiri? Bukankah dua matamu, jika dijual, akan laku milyaran rupiah? Maukah? Atau misalnya, kau potong lima jarimu, kemudian melelangnya, yakinlah kalau akan banyak uang yang kauterima jika lakukan itu. Atau, kau gadaikan nikmat kedipmu dalam sehari ini saja. Berapa harta yang akan kauperoleh? Jika tidak, kumpulkan oksigen jatah nafasmu hari ini, lalu iklankanlah. Mungkin, ada puluhan juta yang bisa kau kantongi.
7
Bro, Dhuha itu syukur. Terimakasih atas semua nikmat yang Dia limpahkan. Bukankah seluruh tulangmu terdiri dari ruas-uas yang jumlahnya sekitar tiga ratus enam puluh? Nah, masing-masing mereka, ada hak syukurnya. Karena semuanya ciptaan Allah. Mampukah kau bersyukur untuk semua ruas tulang itu?
8
Bro, jika tak mampu, maka lakukan Dhuha dengan sepenuh cinta. Karena Dhuha-mu, sudah cukup sebagai perlambang syukurmu untuk semua nikmat itu.
9
Bro, andai begitu saja tak mampu, masihkan kita mengaku-ngaku sebagai hamba-Nya? Sementara perintah-Nya kita ingkari dengan kemalaasan?
10
Bro, semoga Allah menolong kita, selalu dan selamanya.[]
Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com