"Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab (al-Qur’an) dan disebabkan kamu tetap memelajariny...
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab (al-Qur’an) dan disebabkan kamu tetap memelajarinya.” (Qs. Ali ‘Imran [3] : 79)
Imam Ibnu Jarir ath-Thabari dalam kitab tafsirnya Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an, menjelaskan tentang ciri-ciri generasi Rabbani sebagai berikut :
1.Faqih
Faqih berarti memiliki pemahaman Islam yang baik. Memahami prinsip-prinsip dasar Islam seperti aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah.
2.‘Alim
‘Alim adalah orang yang berilmu. Tentunya ilmu tersebut sangat luas dan bermacam-macam. Secara umum ilmu Allah Swt terbagi menjadi dua cabang yaitu ilmu khusus dan ilmu yang umum. Ilmu yang khusus melalui jalur wahyu. Sementara ilmu umum Allah Swt ilhamkan dan dengan kemampuan manusia ilmu tersebut dapat dirumuskan. Oleh karenanya, definisi ilmu dalam konteks ini adalah spesialisasi atau keahlian. Misalnya dengan ilmu fisiologi, anatomi, patologi, seseorang dapat dikatakan dokter. Contoh lain seorang insinyur kimia menguasai ilmu perancangan pabrik, analisis ekonomi industri, kimia fisik, dan ilmu pelengkap lainnya.
3.Melek Politik.
Generasi Rabbani adalah mereka yang peka terhadap kondisi rakyat dan negaranya. Mereka tidak hanya faqih dan ‘alim, namun juga memiliki kesadaran berpolitik yang baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa mereka benar-benar peduli dan kontributif terhadap bangsanya, dalam semua bidang.
4.Melek Manajemen.
Generasi Rabbani teratur dalam segala urusannya. Karena memahami ilmu manajemen dan senantiasa mengamalkannya. Mereka bukan hanya manajer yang pandai mengatur. Melainkan juga pelaksana lapangan yang handal dalam mengeksekusi setiap peluang.
5.Amanah.
Amanah yang dimaksud adalah mampu menjalankan urusan orang lain dengan baik. Ia merupakan potret manusia yang tidak hanya sibuk dengan dirinya. Melainkan juga sibuk untuk menyebarkan kebaikan untuk umat.
Senada dengan mufasirrin generasi awal ini, pendiri Ikhwanul Muslimin, Imam Hasan al-Banna mendefinisikan generasi Rabbani sebagai, “Pribadi yang membentuk diri agar menjadi insan kamil yang mempunyai aqidah sejahtera, ibadah yang sahih, akhlak yang mantap, pikiran yang berasaskan ilmu, tubuh yang kuat, hidup yang berdikari, diri yang berjihad, masa yang dihargai, tugas yang tersusun dan senantiasa memberi manfaat kepada orang lain.”
Sedangkan Sayyid Quthb mendefinisikan generasi Rabbani dengan ciri-ciri:
1.Selalu membersihkan diri dari segala unsur jahiliyyah
2.Sumber rujukan mereka yang utama hanyalah al-Qur’an-nul Karim
3.Apa yang dipelajari semata-mata hanyalah untuk diamalkan
Dari tiga pendapat di atas, jelaslah sudah siapakah yang layak mendapat predikat Rabbani. Generasi ini adalah generasi yang dekat dengan al-Qur’an. Kedekatan mereka bukan hanya ingin pandai, melainkan juga karena keinginannya untuk hidup dalam naungan al-Qur’an. Mereka belajar al-Qur’an untuk mengamalkannya.
Berkatalah Muhamad ibn Ali ibn Hanafiyah pada hari wafatnya Abdullah ibn Abbas, “Hari ini telah gugur seorang rabbani dari umat ini.” Ibn Abbas memang fenomenal berkat kedalaman dan keluasan ilmunya dalam bidang al-Qur’an dan hadits. Maka wajar jika beliau digelari insan Rabbani.
Lalu, di manakah kita?
Khalifah keempat, Ali bin Abu Thalib, berkata, “Manusia terdiri dari tiga golongan: alim yang rabbani, penuntut ilmu demi jalan kejayaan, serta orang hina pengikut.”
Maka, generasi Rabbani adalah mereka yang dilahirkan dari tarbiyah al-Qur’an. Kelak, merekalah yang akan menerbitkan fajar kejayaan Islam setelah lama terbenam. Semoga Allah benar-benar me-Rabbani-kan kita. Atau, kita mati sebelum bergelar Rabbani dalam usaha panjang mendapatkan predikat itu.[]

Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com