Berapakah sebenarnya target tilawah yang mesti kita pancangkan setiap harinya? Dalam sebuah hadits panjang dari Abdullah bin Amr, Ras...
Dalam sebuah hadits panjang dari Abdullah bin Amr, Rasul bertanya, “Bagaimana kamu berpuasa?” Jawab Saya, “Setiap hari.” Lanjut Rasul, “Bagaimana kamu mengkhatamkan al-Qur’an?” Jawabnya, “Setiap malam.” Rasul bersabda, “Berpuasalah tiga hari setiap bulan dan khatamkanlah al-Qur’an sekali setiap bulan.” Saya berkata, “Saya mampu lebih dari itu”. Rasul bersabda, “Berpuasalah tiga hari setiap minggu.” Saya berkata, “Saya mampu lebih dari itu”. Rasul bersabda, “Berbukalah selama dua hari dan berpuasalah sehari”. Saya berkata, “Saya mampu lebih dari itu”. Rasul bersabda, “Kerjakan Puasa yang paling utama, yaitu puasa Daud. Yaitu sehari berpuasa sehari tidak. Dan khatamkanlah al-Qur’an sekali dalam tujuh malam.” ( HR Bukhari [5052] )
Jadi, targetnya adalah sekali khatam dalam sebulan. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa kita boleh mengkhatamkan al-Qur’an sekali dalam tujuh hari sampai sekali khatam dalam tiga hari dan tidak boleh lebih dari itu.
Tidak boleh khatam kurang dari tiga hari lebih berdasarkan pada aspek pemahaman. Disamping itu, masa yang terlalu cepat dikhawatirkan menjadikan bacaan kita asal-asalan sehingga tidak ada yang membekas dalam jiwa. Sedangkan yang dilakukan oleh Imam Syafi’i dihukumi lain karena beliau mengkhatamkan al-Qur’an dua kali dalam sehari berada di bulan Ramadhan. Dimana pada bulan tersebut memang dianjurkan untuk mengoptimalkan hari bersama al-Qur’an. Demikian sebagaimana diungkap oleh Ibnu Rajab al-Hanbali.
Senada dengan hadits riwayat Imam Bukhari di atas, Imam Hasan al Banna menyebutkan 40 kewajiban bagi para mujahid (al-Akh). Dimana kewajiban pertama bagi al-Akh adalah, “Hendaklah Engkau memiliki wirid harian dari Kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan mengkhatamkan al-Qur’an dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hari.”
Said Hawa, mengomentari kewajiban tersebut sebagaimana terdapat dalam buku Membina Angkatan Mujahid dengan mengatakan, “Orang yang tidak memiliki wirid harian Kitabullah pada hakekatnya telah mengidap penyakit. Tetapi ia tidak merasakannya. Iman dalam hatinya meredup. Namun, ia tidak menyadarinya. Oleh karena itu, harus ada pembaruan nilai-nilai iman dalam hati melalui wirid harian dalam al-Qur’an.”
Dari hadits dan dua pendapat Imam Pergerakan di atas, selayaknya kita mengupayakan dengan sekuat tenaga untuk menjadikan hal tersebut sebagai salah satu target sepanjang kehidupan kita.
Apalagi ketika kita sudah mengetahui berbagai kelimpahan pahala yang akan Allah berikan bagi siapa saja yang suka bercengkerama ria dengan Kitab Allah. Lalu, bagaimana jika ternyata seorang muslimin mengkhatamkan al-Qur’an lebih dari 30 hari?
Imam Ahmad bin Hanbal, Imam ahli hadits dan fiqih penggagas Madzhab Hanbali ini berpendapat, “Makruh hukumnya bagi seorang muslim yang mengkhatamkan al-Qur’an lebih dari 40 hari tanpa adanya udzur syar’i.” Jika demikian, kira-kira sudah berapa hari kita tidak mengkhatamkan Al-Qur’an?.
Mari ingat kembali nasehat Ustadzah Yoyoh Yusroh Allahu Yarham, “Bayangkan bahwa kita sedang menuju ke langit ketika bertilawah, dan ayat yang dibaca adalah tangganya. Semakin banyak yang kita membaca, maka kita akan cepat sampai di langit. Begitupun sebaliknya. Maka, akankah kita sampai di langit dalam waktu dekat jika tilawah kita sangat sedikit ?” []
Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com