Sudah menjadi kesepakatan ulama’ berdasarkan banyak hadits Rasulullah tentang dibolehkannya menambah kriteria seseorang yang akan dijadik...
Sudah menjadi kesepakatan ulama’ berdasarkan banyak hadits Rasulullah tentang dibolehkannya menambah kriteria seseorang yang akan dijadikan pasangan hidup. Tentu, garisnya sudah amat jelas; harus sesuai dengan syariat Islam. Jika boleh ditambahkan, maka hal itu adalah tidak dibuat-buat sehingga memberatkan pelakunya.
Di antara hal yang memperkuat kebolehan hal itu adalah hadits anjuran Rasulullah Saw saat ada seorang sahabat yang mendatangi beliau. Ia berkisah bahwa dirinya hendak menikah. Kemudian, Rasulullah memerintahkannya untuk melihat terlebih dahulu calon yang hendak dipinangnya. Lagi-lagi, ada hal yang tak boleh dilanggar; syariat Islam.
Di antara kriteria-kriteria yang boleh ditambahkan terhadap calon pasangan hidup kita adalah:
6. Qona’ah (merasa cukup)
Merasa cukup adalah rela dengan rezeki yang Allah berikan. Ini sama sekali tidak terkait dengan jumlah. Tapi ada pada kerelaan hati yang hubungannya dengan syukur.
Bahwa rezeki, amat mustahil tertukar. Ia akan diberikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan cara yang sudah Allah Swt tentukan dengan Kuasa-Nya.
Dalam bahasa jawa, ada sebuah ungkapan Nerimo Ing Pangdum. Yakni kerelaan hati terhadap semua bagian yang Allah swt berikan. Sebab di dalamnya, terdapat hikmah yang amat banyak.
7. Mampu Secara Ekonomi
Sudah menjadi mafhum bahwa berkeluarga adalah sarana untuk menggapai kualitas hidup yang lebih baik. Di antara parameternya adalah tentang pangan, papan dan pakaian. Garis besarnya adalah tentang ekonomi.
Maksudnya, bagi seorang lelaki, tak pantaslah berniat menikahi seorang wanita yang kemudian dikatakan kepadanya, “Mau diajak susah.” Padahal, seharusnya hal itu sudah selesai. Sebab dalam keberislaman kita, faktor ekonomi sangatlah penting diupayakan.
Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah?
Namun, dalam sudut pandang seorang wanita, hal ini perlu ditempatkan di urutan prioritas, asalkan jangan dilebih-lebihkan. Sebab yang paling utama adalah; kemauan untuk berupaya menyambut janji Allah swt berupa diturunkannya rezeki yang sama sekali tak ada pembagian dholim di dalamnya.
8. Aqidahnya Benar
Inilah faktor penting yang tidak bisa ditawar. Ia adalah satu-satunya tiket yang wajib dimiliki dan bisa digunakan dengan baik di segala bidang oleh pasangan suami-istri.
Bagi laki-laki, bolehlah memilih budak yang beragama lain. Tapi, harus diiringi niat dan upaya yang sungguh-sungguh untuk mengajak pasangannya menuju Islam yang mulia.
Bagi kaum wanita, ini amatlah krusial. Jangan sampai tertipu rupa dan harta atau tahta. Kemudian mau menikah dengan yang beda agama. Lalu, di tengah jalan, justru dialah yang beralih kepercayaan sebab suami selalu menjadi pemimpin dan memiliki otoritas lebih dalam kehidupan berkeluarga.
Cukuplah menjadi pelajaran bagi kita tentang kisah Ummu Tsulaim yang hanya mau dinikahi Abu Thalhah setelah calon suaminya itu masuk Islam dan bersungguh-sungguh setelahnya dalam menjaga keislamannya. Dan, jangan sampai nasib wanita-wanita muslim kita yang kemudian berpindah agama karena terpeleset dalam memilih suami yang beda agama.
9. Tidak Pemarah
Rasulullah Saw dalam hadits yang amat populer berpesan, “Jangan marah.” Pesan itu beliau sampaikan tiga kali sebab menunjukkan betapa pentingnya hal itu. Marah adalah perbuatan setan. Ia mudah menjangkiti mereka yang lemah hati dan penjagaan dirinya.
Sebaliknya, secara fitrah, semua orang amat menyukai kelembutan. Dimana sikap itu, jika menghiasi sesuatu, pastilah menjadikannya sebuah kebaikan yang tinggi nilainya.
Penting dicatat, jangan marah tidaklah berlaku pada semua hal. Saat ada aturan Allah Swt dan Rasulullah Saw yang dilanggar, maka marah yang tepat adalah sebuah keharusan.
10. Sederhana
Teladan kesederhanaan, sudah selesai dicontohkan oleh Rasululllah Saw. Meskipun beliau Saw amat bisa meminta kekayaan dan pasti diberikannya oleh Allah Swt, tetapi beliau memilih untuk hidup dalam kesederhanaan yang sulit bahkan tidak mungkin ada tandingannya.
Beliau pernah berniat berpuasa di pagi hari, sebab sepulangnya dari masjid, di rumahnya tidak terdapat makanan.
Dalam kali yang lain, selama beberapa hari dapur rumah beliau tidak mengepulkan asap. Sebab memang tak ada masakan mewah. Hanya menyantap kurma kering dan beberapa teguk air.
Banyak lagi kesederhanaan yang beliau berikan. Dimana muaranya, beliau hendak memberi contojh; kesederhanaan amatlah dekat dengan kebahagiaan.
Maka, calon pasangan yang sederhana dalam banyak bidang kehidupan, adalah mutiara yang amat layak untuk diupayakan. Jika esok kita diberi kaya, sikap sederhana bisa membuat diri berlaku rendah hati. Jika sebaliknya, saat dunia ditahan untuk kita, sederhana membuat hati menjadi tenang.
*Insya Allah bersambung di tulisan ketiga.
Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com