ilustrasi @ soeloehmelajoe Salah satu panglima perang yang belum pernah kalah dalam setiap peperangan yang dipimpinnya adalah sayyid...
Salah satu panglima perang yang belum pernah kalah dalam setiap peperangan yang dipimpinnya adalah sayyidina Khalid bin Walid. Selama memimpin perang, beliau belum pernah kalah. Bahkan sebelum masuk Islam, dialah yang mengalahkan pasukan muslim dalam Perang Uhud.
Setelah masuk Islam, beliau mendapat gelar kehormatan dari Rasulullah Sawsebagai “Sayfullah al-Maslul” (Pedang Allah yang terhunus) dan selalu menjadi komandan perang. Tugas mulia nan langka ini pun berlanjut sampai masa khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq. Sosoknta senantiasa hadir dalam perang; turut serta dalam perang melawan Romawi di Syam dan juga perang melawan Persi.
Bagi sahabat agung ini, jihad adalah tugas mulia. Selama bisa berjihad, sosoknya tidak mempermasalahkan posisi komandan ataupun prajurit biasa.
Makanya ketika menyerang Romawi di Damaskus, beliau sebagai komandan tertinggi tiba-tiba diturunkan menjadi prajurit biasa. Hal itu tidak membuatnya marah, apalagi sampai membelot. Sebaliknya, beliau berperang lebih kuat. Karena tidak menjadi pemimpin, artinya dia tidak harus memikirkan taktik dan tidak harus memikirkan prajurit, dia hanya melaksanakan perintah komandannya.
Hal ini menunjukkan keikhlasan yang luar biasa. Beliau berbuat lillah dan Islam, bukan demi pangkat. Banyak orang berbuat karena dia punya jabatan. Sebenarnya, yang disebut pahlawan adalah mereka yang berbuat, padahal tak berpangkat. Jika berpangkat, tak disebut lagi dedikasi dan pengabdian, tapi memang kewajibannya.
Setelah menaklukkan Syam, sahabat mulia ini menetap di Homs Suriah hingga wafatnya dan dikuburkan di sana.
Dulu, tatkala berziarah ke makam sahabat Khalid bin Walid yang terletak dalam masjid besar di kota Homs (masjid ini dikenal dengan nama masjid Khalid bin Walid), penulis masih bisa membaca tulisan di pintu kuburannya. Tulisan tersebut adalah kata-kata terakhirnya sebelum wafat. Antara lain, “…badanku penuh dengan tusukan tombak dan goresan pedang, tapi hari ini aku mati di atas kasur seperti unta betina …” Sebagaimana ksatria lainnya yang biasanya matinya di medan perang, tapi beliau belum mendapatkan kematian seperti panglima-panglima lainnya itu.
Shallallahu 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa Ashabihi ajma'in. [Saief Alemdar]