ilustrasi @imamkhairulannasblog Ucapan adalah doa. Ucapan adalah harapan. Ucapan seseorang, suatu masa bisa mewujud dalam fakta. Terl...
![]() |
ilustrasi @imamkhairulannasblog |
Ucapan adalah doa. Ucapan adalah harapan. Ucapan seseorang, suatu masa bisa mewujud dalam fakta. Terlebih lagi ucapan orangtua kepada anaknya. Ia ibarat doa yang tak terhalang pengabulannya.
Bocah kecil ini amat nakal. Seringkali sosoknya membuat geram sang Ibu. Ulahnya benar-benar mengesalkan. Hampir saban hari, selalu ada tingkah pongahnya. Untungnya, sang Ibu tak pernah sekalipun memarahinya dengan caci maki, umpatan ataupun celaan.
Suatu hari, sang Ibu memberikan makanan istimewa berupa sajian kambing muda. Lezat, harum aroma dan amat menggoda selera. Sang Ibu berharap, hidangannya itu akan diterima dengan sumringah oleh anak kesayangannya itu.
Ternyata, anak yang diharapkan menerima sajian itu justru melumuri hidangan kambing dengan pasir. Entah apa yang ada di benak sang anak. Hingga kekonyolan itu dilakukannya. Sontak, sang Ibu marah. Tapi, lagi-lagi, tak sedikit pun ia melontarkan umpatan atau laknatan.
Dalam amarahnya, sang Ibu justru berkata, “Pergilah, semoga dirimu menjadi Imam Masjidil Haram.”
Maka Mahabenarlah Allah Swt dengan semua firman-Nya. Bocah kecil yang nakal itu kini menjadi Imam Besar Masjidil Haram. Berkah doa ibunya, sang Imam sudah menghapal al-Qur’an di usianya yang baru menginjak 12 tahun.
Kini, suara merdunya saat melantunkan ayat suci berhasil menyentuh jutaan jiwa kaum muslimin. Baik dalam shalat maupun melalui murattal-murattalnya yang tersebar jutaan copy di seluruh dunia. Beliau yang berhasil menjadi Imam Besar Masjidil Haram ini adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais. Ulama kharismatik yang senantiasa teduh ketika dipandang.
Kejadian inilah yang menjadi bukti akan kebenaran sabda Rasulullah Saw dalam sebuah kesempatan, "Tiga doa mustajab yang tidak diragukan lagi (kemakbulannya). Yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orang yang dizalimi." (HR Abu Daud).
Semoga kita tak lagi mudah melontarkan kalimat caci maki, celaan, hinaan, umpatan dan sejenisnya. Cukupkan dengan kalimat yang baik. Sebab semua lontaran kata akan menjadi doa dan kembali kepada pengucap dan yang dijadikan tujuan ucapan. Maka katakanlah yang baik. Jika tak kuasa, maka diamlah. [pirman]