ilustrasi: ghibah @talkmen Dunia dan Akhirat bak madu yang saling bermusuhan. Bila engkau mendekati salah satunya, maka akan menjauhlah...
ilustrasi: ghibah @talkmen |
Dunia dan Akhirat bak madu yang saling bermusuhan. Bila engkau mendekati salah satunya, maka akan menjauhlah yang lainnya.
Itulah perkataan yang diucapkan oleh seorang ahlul hikmah yang kini mendekati kebenaran.
Maka janganlah bersedih, wahai jiwa, bila kemudian engkau menemukan saat jiwa ingin memperbaiki diri, mencintai kebaikan, mengakrabkan akhirat, lalu engkau akan mulai merasa asing dengan jiwa-jiwa yang mencintai dunia.
Terkisah, Imam Abdullah al-Mubarak. Beliau seorang penghulu ulama pada masa khalifah Harun ar-Rasyid. Sosoknya adalah penghafal ribuan hadits, hingga disebut amir al-mu'minin diantara kalangan penghafal hadits. Beliau juga memiliki kebiasaan yang unik.
Beliau lebih memilih duduk sendirian di rumah daripada menghabiskan waktu untuk berbicara dengan para shahabatnya.
Sebab hal itu, sahabatnya pun bertanya, “Apakah kamu tidak merasa kesepian?”
Maka sang Imam menjawab, “Bagaimana aku akan merasa kesepian, sedangkan aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya Radhiyallahu ‘anhum."
Sang Imam melanjutkan, "Aku menghabiskan waktu dengan para shahabat dan tabi'in. Aku melihat dan membaca tulisan-tulisan dan peninggalan mereka. Maka, apa yang akan aku perbuat dengan kalian? Aku takutkan dalam percakapan kita akan lahir ghibah dan fitnah."
Beginilah kesibukan para alim ulama dan penghafal hadits. Mereka sadar, percakapan paling mulia adalah percakapan yang di dalamnya terkandung sabda yang mulia dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, khabar dari sahabat dan nasehat dari alim ulama.
Mereka menyedikitkan pembicaraan tanpa guna yang berkemungkinan mengarah kepada ghibah dan fitnah.
Inilah terapi jiwa yang indah. Bila timbul keinginan di hati kita condong kepada dunia kemudian berniat menghibahi si fulan, maka ambillah kitab-kitab fiqh, tauhid, akhlak, sirah, dan lebih utama al-Qur’an dan hadits. Lalu bacalah.
Bila ada yang mengajak kita untuk menghibahi orang lain, maka ucapkanlah, "Aku sibuk dengan urusanku sendiri. Biarkanlah aku dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya. Silakan engkau dengan teman-teman yang lain." [Rahmat Idris]