Kita tahu, muslim di dunia tak jauh lebih banyak dari pihak lainnya. Kita tahu, waktu yang kita punya tidak jauh lebih banyak daripada a...
Kita tahu, muslim di dunia tak jauh lebih banyak dari pihak lainnya. Kita tahu, waktu yang kita punya tidak jauh lebih banyak daripada amanah yang harus kita emban. Kita juga tahu, waktu hidup kita pun tidak mutlak se-panjang waktu yang dikira.
Untuk itu berbanggalah ketika menjadi bagian yang sedikit di limit waktu yang disediakan-Nya. Yakinlah, bahwa Dia jauh lebih tahu daripada hamba-Nya. Mungkin, suatu saat kita akan dispesialkan oleh-Nya, atau mungkin Dia punya kejutan terindah untuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa berpikir dan bersyukur.
Kita tahu, jika jalan ini memang sulit. Selalu saja ada tanjakan di setiap liku-liku perjalanan. Kita tahu, jika amanah ini begitu berat. Selalu saja ada hambatan ketika berusaha menjalankan dengan ketabahan. Mungkin, kita tengah lupa, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Mungkin juga kita sedang lupa, jika setelah tanjakan akan selalu ada turunan. Atau mungkin kita juga lupa, bahwa sebenarnya akan selalu ada invisible hand yang memudahkan kita.
Mungkin, saat ini kita sedang diuji, akan seberapa jauh kita melangkah dalam limit waktu dan keterbatasan solidaritas dalam kawanan (ukhuwah).
Mari sejenak kita menengok, lembaran-lembaran suci, Al Qur’an penuntun dari hidup ini. Mari sejenak kita melihat, catatan peradaban perjuangan para Nabi. Coba lagi kita ingat, jika saat itu hanya 313 orang mampu memenangkan perjuangan besar melawan 1300 pasukan Quraisy. Bukankah sudah cukup bukti, bahwa jumlah tak selalu menentukan kemenangan, bahwa waktu tak batasi perjuangan.
Bukankah Imam Syahid Hasan Al Banna telah mengingatkan, “Jika dakwahmu adalah jalan panjang, jangan pernah berhenti sebelum engkau menemukan penghujungnya. Jika dakwahmu adalah beban berat, mintalah punggung yang kuat untuk menopangnya. Jika pendukung dakwahmu itu sedikt, maka jadilah bagian dari yang sedikit itu. Yakinlah, jalan yang terjal dan sulit itu lebih dicintai-Nya.”
Jangan lagi berlelah-lelah, jika itu membuat pasrah. Tantangan dakwah bukan hanya angin badai, namun angin tenang yang bisa menjatuhkan.
Wahai teman, mari ingat lagi pesan Sang Murabbi (Ust. Rahmat Abdullah). Dia berkata lantang menggugah semangat dakwah yang semula mulai lemah, ”Wahai Pemuda, tidak ada lagi waktu bagi kita untuk beristirahat. Tugas dakwah kita terlalu banyak. Jika engkau ingin beristirahat... ‘Nanti’, saat engkau melangkahkan kakimu menuju surga.”[]
Untuk itu berbanggalah ketika menjadi bagian yang sedikit di limit waktu yang disediakan-Nya. Yakinlah, bahwa Dia jauh lebih tahu daripada hamba-Nya. Mungkin, suatu saat kita akan dispesialkan oleh-Nya, atau mungkin Dia punya kejutan terindah untuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa berpikir dan bersyukur.
Kita tahu, jika jalan ini memang sulit. Selalu saja ada tanjakan di setiap liku-liku perjalanan. Kita tahu, jika amanah ini begitu berat. Selalu saja ada hambatan ketika berusaha menjalankan dengan ketabahan. Mungkin, kita tengah lupa, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Mungkin juga kita sedang lupa, jika setelah tanjakan akan selalu ada turunan. Atau mungkin kita juga lupa, bahwa sebenarnya akan selalu ada invisible hand yang memudahkan kita.
Mungkin, saat ini kita sedang diuji, akan seberapa jauh kita melangkah dalam limit waktu dan keterbatasan solidaritas dalam kawanan (ukhuwah).
Mari sejenak kita menengok, lembaran-lembaran suci, Al Qur’an penuntun dari hidup ini. Mari sejenak kita melihat, catatan peradaban perjuangan para Nabi. Coba lagi kita ingat, jika saat itu hanya 313 orang mampu memenangkan perjuangan besar melawan 1300 pasukan Quraisy. Bukankah sudah cukup bukti, bahwa jumlah tak selalu menentukan kemenangan, bahwa waktu tak batasi perjuangan.
Bukankah Imam Syahid Hasan Al Banna telah mengingatkan, “Jika dakwahmu adalah jalan panjang, jangan pernah berhenti sebelum engkau menemukan penghujungnya. Jika dakwahmu adalah beban berat, mintalah punggung yang kuat untuk menopangnya. Jika pendukung dakwahmu itu sedikt, maka jadilah bagian dari yang sedikit itu. Yakinlah, jalan yang terjal dan sulit itu lebih dicintai-Nya.”
Jangan lagi berlelah-lelah, jika itu membuat pasrah. Tantangan dakwah bukan hanya angin badai, namun angin tenang yang bisa menjatuhkan.
Wahai teman, mari ingat lagi pesan Sang Murabbi (Ust. Rahmat Abdullah). Dia berkata lantang menggugah semangat dakwah yang semula mulai lemah, ”Wahai Pemuda, tidak ada lagi waktu bagi kita untuk beristirahat. Tugas dakwah kita terlalu banyak. Jika engkau ingin beristirahat... ‘Nanti’, saat engkau melangkahkan kakimu menuju surga.”[]
Penulis : Kayyisa Azzam
KoordinatorDesa Produktif Beastudi Etos Bandung