“Lho, katanya doa untuk orang yang telah meninggal tidak akan nyampai. Mestinya Anda...
Seperti tahun-tahun sebelumnya, momentum HUT kemerdekaan Republik Indonesia dimanfaatkan di antaranya untuk mendoakan para pahlawan.
“Mari kita berdoa untuk para pahlawan yang telah gugur mendahului kita,” demikian kira-kira ajakan doa yang ternyata ditentang sebagian orang.
“Doa untuk orang yang telah meninggal, jika itu bukan orang tua kita tidak akan nyampai,” begitu alasannya sembari mengutip hadits amal jariyah.
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya” (HR. Muslim)
KH Anwar Zahid pernah menjelaskan bahwa seseorang yang berkeyakinan bahwa doa untuk orang yang telah meninggal tidak akan sampai, ternyata orang itu tidak betul-betul yakin.
“Kalau begitu,” kata Anwar Zahid kepada orang yang mengaku doa untuk orang meninggal tidak akan sampai, “aku doakan orangtuamu diinjak-injak malaikat, disiksa di alam kubur”
Mendengar doa itu, orang tersebut tidak terima. Marah bercampur takut karena almarhum orangtuanya didoakan kejelekan.
“Lho, katanya doa untuk orang yang telah meninggal tidak akan nyampai. Mestinya Anda tenang-tenang saja karena doa saya tadi nggak ada artinya,” kata Anwar Zahid membuat orang terebut terdiam.
Al Quran sendiri mengajarkan doa untuk orang yang telah meninggal, yang artinya doa itu akan sampai. Dalam arti, Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mendengar doa itu sebagaimana doa-doa lainnya dan Allah-lah yang memiliki kekuasaan serta kewenangan apakah Dia mengabulkannya atau tidak.
Salah satu doa dalam Al Quran untuk orang yang telah meninggal adalah sebagai berikut:
“Ya Allah, ampunilah dosa‐dosa kami dan dosa‐dosa saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang‐orang yang beriman. Ya Allah, sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al‐Hasyr: 10)
Sedangkan hadits amal jariyah tersebut bukanlah membatasi doa yang sampai kepada orang yang meninggal namun menjelaskan bahwa ketika seorang anak shalih beramal, maka orangtuanya yang telah meninggal akan mendapatkan pahala seperti pahala anaknya tersebut tanpa mengurangi pahala anak. Sebab, orangtuanyalah yang telah menanam saham (mendidik dan sebagainya) sehingga sang anak bisa beramal. Wallahu a’lam bish shawab. [Tarbawia.com]
“Mari kita berdoa untuk para pahlawan yang telah gugur mendahului kita,” demikian kira-kira ajakan doa yang ternyata ditentang sebagian orang.
“Doa untuk orang yang telah meninggal, jika itu bukan orang tua kita tidak akan nyampai,” begitu alasannya sembari mengutip hadits amal jariyah.
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya” (HR. Muslim)
KH Anwar Zahid pernah menjelaskan bahwa seseorang yang berkeyakinan bahwa doa untuk orang yang telah meninggal tidak akan sampai, ternyata orang itu tidak betul-betul yakin.
“Kalau begitu,” kata Anwar Zahid kepada orang yang mengaku doa untuk orang meninggal tidak akan sampai, “aku doakan orangtuamu diinjak-injak malaikat, disiksa di alam kubur”
Mendengar doa itu, orang tersebut tidak terima. Marah bercampur takut karena almarhum orangtuanya didoakan kejelekan.
“Lho, katanya doa untuk orang yang telah meninggal tidak akan nyampai. Mestinya Anda tenang-tenang saja karena doa saya tadi nggak ada artinya,” kata Anwar Zahid membuat orang terebut terdiam.
Al Quran sendiri mengajarkan doa untuk orang yang telah meninggal, yang artinya doa itu akan sampai. Dalam arti, Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mendengar doa itu sebagaimana doa-doa lainnya dan Allah-lah yang memiliki kekuasaan serta kewenangan apakah Dia mengabulkannya atau tidak.
Salah satu doa dalam Al Quran untuk orang yang telah meninggal adalah sebagai berikut:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Allah, ampunilah dosa‐dosa kami dan dosa‐dosa saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang‐orang yang beriman. Ya Allah, sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al‐Hasyr: 10)
Sedangkan hadits amal jariyah tersebut bukanlah membatasi doa yang sampai kepada orang yang meninggal namun menjelaskan bahwa ketika seorang anak shalih beramal, maka orangtuanya yang telah meninggal akan mendapatkan pahala seperti pahala anaknya tersebut tanpa mengurangi pahala anak. Sebab, orangtuanyalah yang telah menanam saham (mendidik dan sebagainya) sehingga sang anak bisa beramal. Wallahu a’lam bish shawab. [Tarbawia.com]