Biasakanlah mengucapkan kalimat-kalimat ini. Jangan sampai lupa. Sebab, jika kita sudah tidak mengucapkannya atau kita sudah tidak pernah mendengarkannya lagi karena tidak ada yang mengucapkan, bersiaplah bahwa Hari Kiamat akan segera tiba.
ilustrasi @Dewan Masjid Indonesia |
Hari Kiamat akan tetap menjadi misteri, meski kejadiannya amat pasti. Umat manusia, khususnya kaum Muslimin, hanya diberitahu tentang tanda-tanda yang mengawalinya. Para ulama’ sepakat, ada dua tanda dekatnya Hari Kiamat, tanda besar dan tanda kecil.
Sebuah riwayat menyebutkan bahwa diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir merupakan satu di antara sekian banyaknya tanda dekatnya Hari Kiamat. Riwayat lain menyebutkan, wafatnya Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu juga merupakan tanda dekatnya hari kepastian itu, sebab banyaknya fitnah yang terjadi di seputar wafatnya Sayyidina ‘Utsman.
Selain dua hal tersebut, masih banyak tanda-tanda kecil akan kedatangan Hari Kiamat. Ada puluhan bahkan ratusan tanda.
“Kiamat tidak akan datang, kecuali jika di bumi tidak lagi disebut ‘Allah, Allah’.”
Menjelaskan riwayat ini, Dr ‘Umar ‘Abdul Kafi menjelaskan dalam al-Wa’dul Haq, “Kiamat tidak akan terjadi, kecuali jika tidak ada satu pun manusia yang menyebutkan nama Allah Ta’ala. Mereka beralih pada urusan-urusan duniawi; sibuk dengan berbelanja, lalai dengan perdagangan, menimbun materi, berganti-ganti mode pakaian, berasyik masyuk dengan macam-macam makanan, dan tindakan-tindakan kezhaliman. Bahkan, yang keluar dari mulut mereka hanya omong kosong.”
Hari Kiamat akan dialami oleh orang-orang yang nyata kekafirannnya, sebagai salah satu bentuk azab Allah Ta’ala kepada mereka. Setelah mengalami huru-hara menjelang Hari Kiamat, orang-orang yang memiliki keimanan akan diwafatkan oleh Allah Ta’ala. Bahkan mereka yang hanya memiliki iman sebesar zarrah pun diwafatkan sebagaimana disebutkan dalam berbagai jalur periwayatan.
Ketika bumi hanya dihuni oleh orang-orang kafir, musyrik, dan munafiq, maka mustahil mereka mengucapkan asma-asma Allah Ta’ala dan kalimat dzikir lainnya. Tiadalah yang meluncur deras dari lisan mereka, kecuali perkataan dan kalimat yang sia-sia, ghibah, fitnah, omong kosong, dusta, dan lain sebagainya.
Dalam konteks pribadi, mari biasakan mengucapkan kalimat-kalimat ini. Jangan sampai lupa. Sebab, jika kita sudah tidak mengucapkannya atau kita sudah tidak pernah mendengarkannya lagi karena tidak ada yang mengucapkan, bersiaplah bahwa Hari Kiamat akan segera tiba.
Mudah-mudahan lisan kita senantiasa basah dengan kalimat dzikir, mengingat, memuji, dan mengagungkan Allah Ta’ala Yang Mahagung dan Maha Terpuji.
Wallahu a’lam. [Om Pir/Tarbawia]