Informasi Intelijen pun keliru memperkirakan jumlah peserta #AksiDamai411.
Ternyata, inilah yang menjadi sebab kekeliruan informasi tersebut. Sebuah uraian yang terang benderang dari KH Hasyim Muzadi.
Aksi Damai Bela Islam dan Bela Negara II di Jakarta pada Jum'at (4/11/16) @Republika |
Hampir semua pihak berdecak kagum dengan membludaknya peserta Aksi Damai Bela Islam dan Bela Negara II di Jakarta pada Jum'at (4/11) lalu. Kaum Muslimin dan masyarakat Indonesia yang membanjiri Jakarta sepanjang Masjid Istiqlal menuju Istana Negara diperkirakan satu sampai dua juta. Bahkan ada yang menyebutkan, jumlah peserta sekitar 2,3 juta.
Tentu saja, hal ini membuat pihak keamanan bingung. Mereka hanya mensiagakan sedikit personel karena informasi dari intelijen yang menyebutkan bahwa peserta hanya sekitar tiga puluh ribu orang. Dikonfirmasi oleh Kapolri Tito Karnavian dalam Indonesia Lawyer Club (ILC) 'Setelah 411' pada Rabu (8/11), pihaknya menyebutkan bahwa prediksi peserta #AksiDamai411 hanya di atas lima puluh ribu.
Mengapa prediksi banyak pihak bisa meleset? Bahkan jumlah peserta yang hadir jauh melampaui jumlah prediksi intelijen?
Apalagi, beberapa hari sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengundang perwakilan Majlis Ulama Indonesia (MUI), Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), dan PP Muhammadiyah. Sekitar 30 orang perwakilan tiga organisasi kemasyarakatan (ormas) hadir dalam suasana dialog yang hangat.
Setelah itu, tiga ormas resmi menyatakan tidak melarang dan tidak memberikan izin resmi kepada kadernya untuk bergabung dalam #AksiDamai411. Keikutsertaan dikembalikan kepada pribadi masing-masing sebagai warga negara.
Jadi, siapa yang menggerakkan jutaan orang untuk berkumpul di waktu yang sama, tempat serupa, dengan satu tuntutan yang jelas dan satu suara?
"Di kalangan umat Islam seluruh dunia, ada tiga hal yang tidak boleh disinggung atau direndahkan: Allah SWT, Rasulullah SAW, dan Kitab suci Al-Quran. Apabila salah satu dari hal itu, apalagi ketiganya, disinggung dan direndahkan, pasti mendapat reaksi spontan dari umat Islam tanpa disuruh siapa pun. Reaksi tersebut akan segera meluas tanpa bisa dibatasi oleh sekat-sekat organisasi, partai, dan birokrasi. Kekuatan energi tersebut akan bergerak dengan sendirinya tanpa dibatasi ruang dan waktu." tulis Kiyai Hasyim Muzadi dalam sikap resminya terkait #AksiDamai411 sebagai akibat dari penistaan Al-Qur'an yang dilakukan oleh Ahok.
Maka jangan heran, segala upaya penggembosan peserta aksi yang dilakukan tidak berhasil. Segala upaya menghadang laju peserta aksi gagal. Sebab, mereka digerakkan oleh hati. Sebab, kaum Muslimin digerakkan oleh doa-doa dan naungan para malaikat.
"Fenomena demo 4 November 2016 tentu secara lahiriah dipimpin oleh beberapa tokoh yang merasa terpanggil untuk membela kesucian kitabnya. Namun jumlah yang hadir membuktikan adanya kekuatan (energi spritiual) yang dahsyat dari pengaruh Al-Quran tersebut. Hal ini dapat dibuktikan para pemimpin yang melakukan demo atau mengumpulkan masa tanpa dorongan spiritualisme tersebut tidak mungkin dapat menggerakan umat yang berjumlah jutaan. Mereka berjalan dengan damai, tertib dan siap untuk berkorban," lanjut Kiyai Hasyim dalam sikap resminya yang terdiri dari sembilan poin. [Om Pir/Tarbawia]