Ahok-Djarot mengalami penolakan di banyak daerah yang disambangi. Ketua KPUD DKI Jakarta angkat suara. Komentarnya sangat mengejutkan.
Anggota polisi amankan kampanye Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Kedoya, Jakarta Barat, Kamis (9/11). @Republika |
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak sudah memasuki tahap kampanye. Para calon sudah bergerilya mencari dukungan. Para tim sukses berkeliling menyapa masyarakat untuk mencari simpati dan dulangan suara. Baik ke lumbung suaranya, bagi petahana, maupun membuka lumbung suara baru.
Yang paling menarik diperbincangkan, tentu saja Pilkada DKI Jakarta. Tiga kandidat siap bersaing sehat, memperebutkan suara dan hati rakyat. Agus-Silvy, Ahok-Djarot, dan Anies-Sandi.
Dari tiga kandidat tersebut, kandidat nomor urut dua adalah petahana, Ahok-Djarot.
Berita yang beredar di linimasa akhir-akhir ini amat memprihatinkan. Setelah tersandung lisan di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Ahok menuai tren negatif di berbagai kalangan dan daerah, bukan hanya di DKI Jakarta.
Di Ibu Kota Negara, tren negatif terhadap Ahok-Djarot adalah penolakan yang semakin massif. Julukan penista Al-Qur'an tunai disandang oleh pria asal Belitung ini. Hampir saja, dia selalu ditolak di daerah yang hendak disambangi.
"Ini baru kejadian sekarang. 2007 enggak ada, di 2012 juga enggak terjadi walaupun isunya kencang sekali,"ujar Ketua KPUD DKI Jakarta, Sumarno, sebagaimana dilansir Republika, Sabtu (12/11).
Pihaknya juga mengabarkan penolakan warga kepada Bawaslu hingga terpetalah titik-titik rawan bagi kandidat ini. Agar pihak keamanan mampu mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Ia juga mengabarkan, penolakan bukan hanya dialami Ahok, tetapi juga Djarot sebagai calon wakil Gubernur DKI Jakarta pasangan Ahok. [Om Pir/Tarbawia]