Bukan kebetulan. Bukan fiksi. Ini kisah nyata. Laki-laki ini kami kenali. Ia datang sepekan sebelum Aksi Bela Islam II atau Aksi 411. Sebagai pengangguran.
Kami ajak ikuti Aksi 411. Ia bersemangat. Dan nasibnya benar-benar berubah setelah pulang aksi 411. Allahu Akbar.
Peserta Aksi 212 mengaminkan Qunut Nazilah pada Shalat Jum'at (2/12/16) |
Terkesan seperti kebetulan, tapi tidak ada kebetulan di dunia ini. Ada Allah Ta'ala Yang Mahakuasa. Yang Maha Mengatur. Yang Maha Berkehendak. Dialah sebaik-baik Pencipta dan Pengatur atas semua makhluknya.
Aksi Bela Islam yang dilakukan sebanyak tiga kali bukanlah sebuah kebetulan. Ianya merupakan momentum. Ianya adalah kejadian yang berada di dalam Kekuasaan Allah Ta'ala Yang Mahakuasa.
Laki-laki ini kerap dipanggil Ompong, bukan nama sebenarnya. Satu pekan sebelum Aksi Bela Islam II atau Aksi 411, ia bertandang ke rumah keluarga kami di Buaran Indah Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Banten.
Ia yang memiliki ikatan pertemanan dengan salah satu saudara kami hendak mengupayakan kehidupan yang lebih baik. Bertanya pekerjaan. Mencari berbagai peluang yang mungkin. Ia memiliki keterampilan sebagai pengendara mobil. Sopir.
Oleh saudara kami, Ompong diminta tinggal. Sehari-hari bersama kami. Sesekali diajak adik ipar untuk mengendarai mobilnya dalam banyak urusan bisnis. Ia juga sering terlibat dalam diskusi-diskusi kami tentang kondisi terkini, termasuk Aksi 411 yang akan dihelat satu pekan yang akan datang, saat itu.
Sehari sebelum 411, Ompong kami ajak.
"Ayo ikut. Kapan lagi bisa ikut aksi bela Islam,"
Ompong hanya tersenyum manis. Tanpa banyak kata. Esok harinya, ia beranjak bersama 2 anggota keluarga kami, saudara ipar dan anak kami.
Rombngan itu bergabung dengan jutaan kaum Muslimin yang melakukan longmarch. Lantaran penuh, mereka tak bisa bergabung dengan jamaah di Masjid Istiqlal, tetapi langsung berjalan menuju arah Istana Negara. Di sana, mereka ikut berdzikir, bertakbir, dan meneriakkan yel-yel yang membangkitkan semangat kebangsaan dan pembelaan terhadap Islam.
Sebagaimana jamaah lain, rombongan mengikuti acara hingga malam hari, saat pihak keamanan menghujani peserta dengan gas air mata. Mereka pulang setelah ikut merasakan pedih dan perihnya gas air mata.
Ke Tangerang dengan menggunakan taksi.
***
Sepekan kemudian.
Ompong belum kelihatan. Kami sempat bertanya-tanya. Adakah yang menimpanya hingga tak kunjung datang ke rumah. Hingga tibalah hari kedatangannya, di akhir pekan.
Ia datang dengan pakaian yang rapi. Kunci mobil ada di tangannya.
"Saya diundang oleh tetangga yang awalnya pelit. Dia memberi pinjaman untuk pelunasan kredit motor yang nunggak dua bulan. Setelah itu, dia juga memberikan mobil ini untuk dipakai mendaftar sebagai pengemudi mobil aplikasi online. Ini kuncinya." ujar Ompong, kami melongo mendengarkan kisahnya.
"Sepulang aksi, istri tidak marah-marah lagi. Saya sampai bingung. Dan kemudian berani mengatakan, semoga ini merupakan pertolongan Allah Ta'ala karena saya berniat ikhlas mengikuti aksi bela Islam," pungkas Ompong.
Ia pun 'ketagihan' dan ambil bagian penting dalam Aksi Bela Islam III di Monas Jakarta pada Jum'at (2/12/16) atau Aksi 212. [Tarbawia/Om Pir]