Saat menyaksikan kejadian ini dalam Aksi Damai Bela Islam III di Jakarta pada Jum'at (2/12/16) lalu, Ketua GNPF MUI KH Bachtiar Nasir menyebutnya sebagai tanda-tanda kebangkitan Islam dunia yang dimulai dari Insonesia. Allahu Akbar.
Ketua GNPF MUI KH Bachtiar Nasir |
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI KH Bachtiar Nasir mengisi kajian di Masjid Pondok Indah Jakarta pada Selasa (6/12/16). Dalam acara tersebut, Kiyai Bachtiar membahas ihwal Aksi Damai Bela Islam III pada Jum'at (212/16) atau aksi 212.
Beliau mengisahkan dari awal secara runut, mulai dari pelarangan oleh aparat keamanan dan pemerintah serta beberapa ulama yang mengeluarkan fatwa. Mulai dari penyebaran maklumat menggunakan helikopter sampai pelarangan penggunaan bus untuk mengangkut peserta.
Namun intimidasi dan ancaman tidak berhasil. Jutaan kaum Muslimin memadatai Monas dan sekitar dengan damai, tertib, teratur, dan tanpa kekacauan atau keributan secuil pun.
Kiyai Bachtiar juga menjelaskan, pihak yang awalnya melarang dan mengintimidasi serta tidak berkenan hadir, secara tiba-tiba hadir dengan berbagai perubahan format. Mulai dari shalat di panggung berubah menjadi shalat di ruangan VIP, tidak mau berbicara menjadi menyampaikan sambutan, berbicara di samping panggung menjadi naik panggung, dan sebagainya.
Di antara hal paling menarik dari uraian Kiyai Bachtiar Nasir adalah tentang tanda-tanda kebangkitan Islam yang disaksikan di Monumen Nasional dan sekitarnya pada hari itu. Aksi damai hari itu dihadiri lebih banyak kaum Muslimin dibanding jumlah kaum Muslimin yang Wukuf di Arafah atau ibadah Ramadhan.
"Saya membayangkan andai ini Arafah, tapi ini lebih dari Arafah. Andai ini Ramadhan di Mekah, tapi ini melebihi Ramadhan di Mekah," ujar Kiyai Bachtiar.
Hal itu pun membuat banyak pihak berdecak kagum. Pun para masyayikh di Saudi Arabia. "Sehingga syaikh-syaikh di Mekah pun kagum melihatnya." lanjutnya.
Kiyai Bachtiar juga berhipotesis, itulah Jum'atan paling banyak jamaahnya sepanjang massa di seluruh dunia. "Mungkin boleh dikatakan, inilah Jum’at terbesar di dunia sepanjang masa." tegasnya.
Saat itulah, Kiyai Bachtiar Nasir melihat-lihat tanda kebangkitan Islam dunia yang dimulai dari Indonesia. "Ketika Semuanya sujud dan ruku’ di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla, adakah ini tanda-tanda kebangkitan Islam di muka bumi dimulai dari Indonesia?" pungkasnya. [Tarbawia/Om Pir]
Beliau mengisahkan dari awal secara runut, mulai dari pelarangan oleh aparat keamanan dan pemerintah serta beberapa ulama yang mengeluarkan fatwa. Mulai dari penyebaran maklumat menggunakan helikopter sampai pelarangan penggunaan bus untuk mengangkut peserta.
Namun intimidasi dan ancaman tidak berhasil. Jutaan kaum Muslimin memadatai Monas dan sekitar dengan damai, tertib, teratur, dan tanpa kekacauan atau keributan secuil pun.
Kiyai Bachtiar juga menjelaskan, pihak yang awalnya melarang dan mengintimidasi serta tidak berkenan hadir, secara tiba-tiba hadir dengan berbagai perubahan format. Mulai dari shalat di panggung berubah menjadi shalat di ruangan VIP, tidak mau berbicara menjadi menyampaikan sambutan, berbicara di samping panggung menjadi naik panggung, dan sebagainya.
Di antara hal paling menarik dari uraian Kiyai Bachtiar Nasir adalah tentang tanda-tanda kebangkitan Islam yang disaksikan di Monumen Nasional dan sekitarnya pada hari itu. Aksi damai hari itu dihadiri lebih banyak kaum Muslimin dibanding jumlah kaum Muslimin yang Wukuf di Arafah atau ibadah Ramadhan.
"Saya membayangkan andai ini Arafah, tapi ini lebih dari Arafah. Andai ini Ramadhan di Mekah, tapi ini melebihi Ramadhan di Mekah," ujar Kiyai Bachtiar.
Hal itu pun membuat banyak pihak berdecak kagum. Pun para masyayikh di Saudi Arabia. "Sehingga syaikh-syaikh di Mekah pun kagum melihatnya." lanjutnya.
Kiyai Bachtiar juga berhipotesis, itulah Jum'atan paling banyak jamaahnya sepanjang massa di seluruh dunia. "Mungkin boleh dikatakan, inilah Jum’at terbesar di dunia sepanjang masa." tegasnya.
Saat itulah, Kiyai Bachtiar Nasir melihat-lihat tanda kebangkitan Islam dunia yang dimulai dari Indonesia. "Ketika Semuanya sujud dan ruku’ di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla, adakah ini tanda-tanda kebangkitan Islam di muka bumi dimulai dari Indonesia?" pungkasnya. [Tarbawia/Om Pir]