Hoax ini masalah besar. Sayangnya, kaum Muslimin secara sadar atau tidak sering menjadi pihak sumbu pendek yang lekas menyebarkan tanpa melakukan pengecekan ulang terkait benar atau tidaknya.
Dan ternyata, soalan hoax ini, Al-Qur'an sudah menjelaskannya sejak lama. Dalam ayat ini tergambar jelas hukuman yang akan Allah berikan kepada siapa pun yang memproduksi dan mudah menyebarkan berita bohong atau hoax
Derasnya arus informasi dan besarnya kebutuhan masyarakat atas kabar terbaru adalah fakta yang mustahil diingkari. Bahkan di berbagai lapisan masyarakat, kebutuhan terkait informasi terbaru menduduki piramida yang lebih tinggi dibanding kebutuhan makan dan minum.
Selain bermakna positif berupa meleknya wawasan, fenomena ini juga melahirkan dampak buruk yang makin nyata. Seiring derasnya informasi, kebenaran sering dikesampingkan.
Turunannya, banyak sekali kabar bohong atau hoax yang sengaja diproduksi dengan sangat profesional hingga mudah tersebar atau viral dalam waktu relatif singkat.
Hoax ini masalah besar. Sayangnya, kaum Muslimin secara sadar atau tidak sering menjadi pihak sumbu pendek yang lekas menyebarkan tanpa melakukan pengecekan ulang terkait benar atau tidaknya.
Dan ternyata, soalan hoax ini, Al-Qur'an sudah menjelaskannya sejak lama. Dalam ayat ini tergambar jelas hukuman yang akan Allah berikan kepada siapa pun yang memproduksi dan mudah menyebarkan berita bohong atau hoax.
وكذلك نجزى المفترين
"Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat kebohongan," (Qs. Al-A'raf [7]: 152)
Dalam menafsirkan ayat ini di Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim, Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta'ala mengutip penjelasan Iman Ayyub As-Sakhtiyani yang menuturkan, "Demi Allah, yang demikian itu berlaku bagi semua orang yang membuat-buat kebohongan sampai Hari Kiamat,"
Apa yang akan didapatkan oleh produsen dan penyebar hoax dengan sengaja? Disebutkan dalam ayat ini, "Kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Rabb mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia."
Dan seburuk-buruknya kebohongan yang dibuat-buat adalah perbuatan syirik, mensekutukan Allah Ta'ala dengan selain-Nya. [Tarbawia/Om Pir]