Menurutnya, dalam pemberitaan terkait adu fisik ini, ada keanehan yang mewabah. Apalagi adu fisik dilakukan di tempat terbuka, bukan arena pertandingan. Sehingga, wartawan senior ini dengan tegas mengatakan,
![]() |
Pendukung Ahok (ilustrasi) |
Kejadian memilukan terjadi di pusat Negeri ini, Ibu Kota DKI Jakarta. Seorang laki-laki yang merupakan pendukung salah satu pasangan dalam Pilkada DKI terlibat adu fisik dengan salah seorang anggota organisasi massa.
Dalam berbagai rilis dan pengakuan pihak pendukung salah satu calon Gubernur DKI Jakarta yang terluka dan dirawat di rumah sakit, ia menyebutkan dirinya dikeroyok oleh orang-orang yang dikenal. Jarak rumah orang-orang tersebut hanya beberapa puluh meter dari rumahnya.
Lebih lanjut, ia mengaku dikeroyok oleh sekitar sepuluh orang atau lebih. Pengakuan ini pun dimassifkan secara pemberitaan oleh berbagai media hingga menjadi isu Nasional, meski amat memprihatinkan.
Menariknya, ada satu komentar dari seorang wartawan senior di media terkemuka Negeri ini. Sang wartawan dalam opininya menerangkan tentang betapa lelah fisik dan pikiran serta jiwa saat seseorang melakukan pertandingan fisik dalam karate.
Kelelahan terjadi bukan hanya dalam mengayunkan anggota badan, menyerang dengan jurus, tetapi juga berpikir agar serangan efektif mengenai lawan.
Wartawan ini melanjutkan, dalam pertandingan resmi saja, seorang master karate hanya mampu melawan tiga orang yang sama-sama ahli dalam bidang bela diri. Itu pun dalam waktu relatif sedikit, sekitar tiga menit atau seratus delapan puluh detik.
Menurutnya, dalam pemberitaan terkait adu fisik ini, ada keanehan yang mewabah. Apalagi adu fisik dilakukan di tempat terbuka, bukan arena pertandingan. Sehingga, wartawan senior ini dengan tegas mengatakan, "Jadi saya sangat heran ketika ada wartawan dan orang awam yang percaya dengan pengakuan seseorang bahwa dirinya dikeroyok 10 orang dia masih bisa berjalan ke kantor polisi." ujar sang Selamat Ginting sebagaimana dimuat di Republika.
Di akhir tulisannya, Selamat Ginting menegaskan kekagetannya, "Waduh... Aneh bin ajaib!" [Tarbawia/Om Pir]