Seorang Kapolda menyampaikan pidato dengan bergetar. Ia menyampaikan pengalaman hidup dan sikapnya tentang shalat berjamaah.
Selain akan meninggalkan rapat yang dipimpin oleh siapa pun jika adzan berkumandang, Kapolda ini juga menyatakan,
Add caption |
Geliat dakwah Islam di Nusantara kian menerbitkan syukur di hati para dai dan kaum Muslimin yang mencintai dan berjuang untuk agamanya. Islam yang santun dan indah telah masuk ke dalam nurani manusia, melintasi batas fisik, pekerjaan, dan jabatan.
Sebuah video yang dipublikasikan oleh Santrionline ini menjadi salah satu contoh nyata. Kapolda Nusa Tenggara Barat menyampaikan materi yang menggetarkan jiwa terkait shalat berjamaah di masjid, awal waktu, bersama imam di barisan paling depan.
"Kemudian saya mencoba dengan keteladanan-keteladanan hablum minallah (hubungan dengan Allah). (Shalat) lima waktu saya di awal waktu, berjamaah di masjid, (berada) di shaf depan sebelah kanan.Itu harga mati.Kegiatan apa pun sibuknya, harus saya hentikan. Rapat, siapa pun yang mimpin, saya tinggalkan. Dunia saya pertaruhkan, pangkat dan jabatan ini.Karena kembali tadi, tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah. Itu kata kuncinya. (Harus) dipegang.Jadi kesibukan dunia, yang kerja, yang shoping, yang apa itu, rapayt, kuliah; itu harus dihentikan karena panggilang paling tinggi hanya satu, "Allahu Akbar Allahu Akbar" (kumandangkan adzan).Mau panggilan mana lagi yang lebih tinggi?"
Benar-benar menggetarkan hati dan membuat malu. [Om Pir/Tarbawia]