Bukan laki-laki istimewa, andai parameternya fisik dan tunggangan. Usia 63 tahun. Hanya berkoko dan sarung serta peci. Menaiki sepeda.
Yang istimewa dan mengharukan adalah
Mulyono dari Pasuruan untuk kawal sidang ke-13 Ahok (okezone) |
Yang istimewa dan mengharukan adalah perjuangannya. Laki-laki dari Pondok Pesantren Sidogiri ini menaiki sepeda ontel dari Pasuruan Jawa Timur ke Jakarta untuk turut mengawal sidang dugaan kasus penistaan agama yang melibatkan terdakwa Basuki Tjahja urnama alias Ahok.
Sesampainya di Jalan RM Harsono, Pasar Ahad, Jakarta Selatan, laki-laki yang menyertakan sang saka merah putih di depan sepedanya ini bergabung bersama ratusan bahkan ribuan kaum Muslimin lain dari Jawa Barat, Sulawesi, dan Kalimantan Barat.
Pemahaman laki-laki ini, sungguh sangat amat sederhana. Ia tak perlu membutuhkan banyak dalil yang kemudian menjadi dalih alias pembenaran. Laki-laki ini, dengan segenap keterbatasannya, telah menjadi teladan di tengah maraknya kaum munafik atas nama agama.
"Saya kalau demi agama, rela mau jihad lah demi kebaikan saya siap mau ngapain aja." tegas ia berucap.
Itulah makna iman. Itulah arti kepercayaan kepada Allah dan Nabi-Nya. Itulah makna Islam, memasrahkan diri kepada Aturan-Nya dan Sunnah Nabi-Nya. Itulah makna jihad, bersungguh-sungguh dalam menegakkan Kalimat-Nya.
Laki-laki ini juga mengajarkan keberanian disaat kepengecutan menjalar di berbagai bidang kehidupan. Ia yang sederhana dan tanpa pengawalan itu, tanpa takut menyatakan, "Saya cuma ingin lihat Ahok dikurung."
Adakah kita siap ngapain saja demi agama yang nempel di kartu tanda penduduk kita? Adakah kita berani mengatakan agar si terdakwa penista agama dikurung?
Beranikah kita? Atau malu-malu atas nama apa pun padahal sejatinya munafik dan pengecut?
Pak Mulyono, terimakasih atas ilmunya yang amat mahal. [Om Pir/Tarbawia]
Sumber: Okezone.