Seorang 'alim menumpang shalat di kediaman seorang Menteri. Saat itu, ada seorang non Muslim yang menganut agama Shabi'ah. M...
Seorang 'alim menumpang shalat di kediaman seorang Menteri. Saat itu, ada seorang non Muslim yang menganut agama Shabi'ah. Mereka memiliki kiblat di arah utara ketika siang hari.
Melihat sang 'alim shalat dengan menempelkan kening di lantai saat sujud, kemudian mengangkat tangan saat berdoa, non Muslim penganut agama Shabi'ah ini merasa bingung. Lalu meremehkan.
Lepas salam, terjadilah dialog antara sang 'alim dengan lelaki non Muslim.
"Mengapa engkau melihatku seperti itu?"
"Tidak apa-apa."
"Apakah engkau tertarik untuk mengikuti syariat Islam yang lurus ini?"
"Bahkan aku merasa bingung melihatmu."
"Mana yang membuatmu bingung, Saudaraku?"
"Ake melihatmu menempelkan kening di lantai (arah bawah), kemudian tanganmu menengadah ke arah atas. Arah mana yang sebenarnya engkau tuju?"
"Aku mengangkat tangan ke arah sumber rezeki. Meminta agar sumber rezeki dilimpah-ruahkan kepada kami. Sedangkan kening kami tahan ke bawah untuk menahan anggota tubuh dari berbagai jenis perbuatan dosa dan keburukan."
Non Muslim yang mendengar jawaban itu dengan hatinya tak berkata apa pun. Hanya terdiam.
Kemudian, sang 'alim membacakan Surat Adz-Dzariyat [51] ayat 22 dan Surat Thaha [20] ayat 55.
Mendengar jawaban cerdas sang 'alim, Menteri yang berada di lokasi tersebut berdecak, penuh kekaguman.
"Aku tidak mengira bahwa Allah Ta'ala menciptakan orang sepertimu di masamu." [Om Pir/Tarbawia]
*Dinukil dari Al-Ma'tsurat tulisan Imam Abu Bakr Al-Thurthusyi Al-Andalusi dengan bahasa modifikasi. Sang 'alim dalam kisah tersebut bernama Al-Qadhi bin Quray'ah. Laki-laki non Muslim beragama Shabi'ah bernama Abu Ishaq. Dan Menteri yang memiliki dua kekuasaan bernama Al-Muhallabi.