"Mas, apa yang membuat seorang istri terlihat mempesona di hadapan suaminya?"
Sejenak, lelaki yang usianya lebih muda 22 tahun dariku itu menelisik, lantas berujar sambil tersenyum.
"Pesona seorang istri terletak pada
Menjadi Istri Penuh Pesona (ilustrasi-asikaja) |
Menjadi Istri Penuh Pesona
Oleh: Elly Sumiyati
"Mas, apa yang membuat seorang istri terlihat mempesona di hadapan suaminya?"
Sejenak, lelaki yang usianya lebih muda 22 tahun dariku itu menelisik, lantas berujar sambil tersenyum.
"Pesona seorang istri terletak pada ketaatannya pada suami.
Taat dalam hal kebaikan tentunya."
"Lantas, apa pesona yang aku miliki hingga Mas datang meminangku 3,5 tahun yang lalu itu?
Bukankah aku hanya wanita tua beranak 7 yang tidak cantik dan tidak berharta?"
"Inner beauty adalah hal yang bisa terlihat dengan kasat mata.
Membuat hati terpaut dan terasa teduh.
Pesona itu tidak selalu muncul dari penampilan jelita secara fisik, namun juga dari akhlak dan sikap." lanjutnya sembari memandang wajahku lekat-lekat.
***
Begitulah sepenggal perbincangan kami di sore itu.
Kalimat yang kadang sengaja kuulang-tanyakan padanya.
Sebagaimana juga banyak orang yang juga ingin tahu, apa alasannya sebagai seorang bujangan untuk memilih wanita seperti aku?
Aku hanya ingin menandai satu hal yang juga berulang -ulang disampaikannya bahwa pesona seorang istri terletak pada ketaatannya pada suami.
Taat hanya dalam hal kebaikan, bukan ketaatan dalam hal maksiat kepada Tuhannya.
Seorang wanita atau istri yang mempesona adalah sosok yang senantiasa hadirkan ketenangan, keteduhan serta kebahagiaan disebabkan balutan akhlak dan perilaku mulianya.
Bila seorang istri berakhlak mulia, maka bisa dipastikan akan selalu berupaya menghiasi penampilan luarnya pula dengan baik.
Pemeliharan diri karena ada hak yang harus dipenuhi manusia pada tubuhnya terkait kebersihan dan kesehatan. Hak tubuh lainnya adalah ditutupi dengan baik.
Pada akhirnya, ini juga akan hadirkan pesona yang lain. Selain ketaatan, pesona wanita juga akan terpancar dari sikap syukur dan merasa cukup dengan apa yang ada.
Cukup dengan rezeki dari Tuhan lewat pemberian suami yang telah berpeluh untuk bisa menafkahi keluarganya. [Tarbawia]