Kita patut bersyukur. Indonesia memiliki penghafal Al-Qur’an
dengan jumlah tertinggi di Indonesia. Jumlahnya mencapai 30 ribu orang. Jumlah
ini jauh lebih banyak dibandingkan negara lain. Arab Saudi saja, jumlah
penghafal Al-Qur’annya hanya 6.000 orang.
Di antara mereka, ada yang hafalannya mendarah daging alias
di luar kepala. Misalnya para
hafizh-hafizhah yang menerima sanad Al-Qur’an dari jalur Kiai Munawwir Krapyak.
Apa rahasia santri Krapyak sehingga hafalan Al-Qur’annya
bisa mendarah daging dan di luar kepala? Lancar dan tanpa salah saat
menghafalnya? Rupanya, ada metode riyadhah (latihan yang
sungguh-sungguh) khusus yang ditempuh oleh para hafizh-hafizhah tersebut.
$ads={1}
Pertama, setelah hafal 30 juz, mereka harus setoran
hafalan kepada Kiai atau Bu Nyai pemegang sanad untuk mendapatkan sanad.
Setoran hafalan tersebut dilaksanakan sekaligus, yakni membaca 30 juz dengan
hafalan ‘sekali duduk.’
‘Sekali duduk’ maksudnya mulai dari ba’da Subuh hingga sebelum
tengah malam. Hanya istirahat saat shalat atau makan. Jika penghafal Al-Qur’an
bisa menyetor genap 30 juz tanpa kesalahan yang berarti, ia berhak mendapatkan
sanad.
Apakah berhenti di situ? Tidak. Kedua, mengkhatamkan Al-Qur’an
30 juz sehari dengan hafalan setiap hari selama 41 hari. Inilah riyadhah
khusus tersebut. Berturut-turut selama 41 hari harus khatam 30 juz per hari.
Artinya, dalam 41 hari, 41 khatam Al-Qur’an dengan menghafal.
Setelah melalui proses ini, seorang hafizh/hafizhah akan
memiliki hafalan Al-Qur’an di luar kepala. Hafalan Al-Qur’an mendarah daging
dalam dirinya.
Kita bisa mendapatkan gambaran bagaimana riyadhah ini dalam
novel Suluh Rindu karya Habiburrahman El Shirazy. Melalui novel terbaru yang
merupakan buku kedua dari dwilogi pembangun jiwa Kembara Rindu, Kang Abik menceritakan
bagaimana perjuangan Syifa menempuh riyadhah itu.
Akhirnya, ia mendapatkan anugerah hafalan Al-Qur’an yang
mendarah daging. Hafalan Al-Qur’an di luar kepada. Hafalan Al-Qur;an yang
membuat berkah hidupnya hingga mendapatkan cinta sejati yang membuatnya semakin
dekat kepada Allah Rabbul Izzati. Keberkahan Al-Qur’an juga menjaganya
dari bahaya yang hampir saja mencederai agamanya. Allaahummarhamnaa bil Qur’an.
[Muchlisin BK/Tarbawia]