Pernahkah kita membaca Al-Qur'an tetapi jiwa kita justru merasa gersang? Atau kita menghabiskan halaman-halamannya sementara ruh kita te...
Pernahkah kita membaca Al-Qur'an tetapi jiwa kita justru merasa gersang? Atau kita menghabiskan halaman-halamannya sementara ruh kita tetap dilanda kekeringan? Atau bahkan kita merasa begitu berat dan terpaksa membacanya karena mengejar target tilawah?
Jika itu terjadi, mari beristighfar kepada Allah SWT. Al-Qur'an diturunkan bukan untuk menyusahkan kita, termasuk dalam membacanya. "Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah" (QS. Thaahaa : 2). Lalu mengapa hati kita demikian membatu untuk bisa tersentuh ayat-ayat-Nya? Hati itu seharusnya melembut saat membacanya, lalu ia mengajak mata untuk meneteskan air matanya.
Al-Qur'an itu indah. Keindahannya bisa dirasakan oleh fitrah manusia meskipun tidak tahu artinya. Inilah penjelasan mengapa seseorang bisa menangis tersedu-sedu saat berada di belakang imam yang membaca Al-Qur'an dengan tartil dan penuh kekshuyu'an. Ini pula alasan seseorang yang masuk Islam dan ditanya; mengapa? Ia menjawab: "Kitab sucinya umat Islam, Al-Qur'an; ayat-ayatnya bisa dirasakan oleh hati meskipun belum dimengerti terjemahnya."
Terlebih saat Al-Qur'an dipahami artinya. Ia begitu indah, memukau jiwa. Ia memang kitab yang memiliki daya magnetis, di samping kebenaran mutlak yang dikandungnya. Inilah yang membuat Abu Jahal dan beberapa kawannya diam-diam menguping Rasulullah membaca Al-Qur'an.
Al-Qur'an juga banyak memaparkan ayat-Nya dengan gaya cerita. Keindahan Al-Qur'an dalam bercerita demikian luar biasa inilah yang kemudian menginspirasi Sayyid Qutb untuk menulisnya dalam Taushiir Al-Fanny fi Al-Qur'an.
Kita bisa mentadabburi Al-Qur'an jika kita tahu artinya. Kalaupun belum bisa bahasa Arab, banyak terjemah yang bisa membantu kita. Agar kita memahami isinya, para ulama' telah menyusun banyak tafsir untuk kita baca. Saat kita memahami maksudnya, saat itulah kita bisa menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi kita. Dan inilah yang dirindukan para sahabat Nabi. Mereka membaca Al-Qur'an untuk mengaplikasikannya.
"Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa" (QS. Al-Baqarah : 2)
Saat kita merasakan nikmatnya membaca Al-Qur'an dan merindukannya untuk kita aplikasikan, saat itulah iman kita meninggi.
"...dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya)" (QS. Al-Anfal : 2)
Semoga kita termasuk orang-orang yang terakhir ini. [Muchlisin]