Alhamdulillah, posting hadits Shahih Bukhari beserta penjelasannya bisa hadir kembali pada pekan ini, biidznillah . Posting 17 Rabiul Akhi...
Alhamdulillah, posting hadits Shahih Bukhari beserta penjelasannya bisa hadir kembali pada pekan ini, biidznillah. Posting 17 Rabiul Akhir 1432 H yang bertepatan dengan 22 Maret 2011 ini memasuki pembahasan hadits ke-21.
Hadits yang akan kita bahas ini masih termasuk dalam kitab Al-Iman, kitab kedua dalam Shahih Bukhari. Bagi pembaca yang mengikuti rubrik hadits ini secara rutin, insya Allah tidak akan asing dengan hadits berikut ini, karena ia memiliki matan (redaksi) yang sama dengan salah satu hadits sebelumnya. Imam Bukhari memberikan judul bab untuk hadits ke-21 ini " باب مَنْ كَرِهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ مِنَ الإِيمَانِ". Mengambil makna dari sana, kita singkat judul pembahasan hadits Shahih Bukhari ke-21 ini menjadi: "Benci Kekafiran".
Berikut ini matan lengkap hadits Shahih Bukhari ke-21:
عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ
Dari Anas r.a., dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda: "Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka."
Penjelasan dan Pelajaran Hadits
Jika kita perhatikan, tampaklah bahwa matan (redaksi) hadits di atas sangat mirip dengan hadits ke-16: manisnya iman. Imam Bukhari memang seringkali membawakan hadits yang matan (redaksinya) mirip atau bahkan sama di dua atau lebih tempat (bab, bahkan kitab) yang berbeda. Karenanya kemudian ada ulama seperti Imam Adz-Dzahabi atau Syaikh Al-Albani yang membuat mukhtashar (ringkasan) Shahih Bukhari. Mukhtashar-mukhtashar itu biasanya hanya menyertakan satu hadits sekali saja. Tanpa mengulangnya.
Namun demikian, Imam Bukhari memiliki maksud tersendiri ketika menempatkan hadits dengan matan serupa di tempat yang berbeda. Pertama, karena hadits tersebut mengandung pelajaran yang tidak cukup hanya dipaparkan pada satu bab saja. Kenyataannya, memang banyak hadits Nabi yang memuat sejumlah kandungan berbeda. Ia berbicara tentang aqidah, sekaligus juga menerangkan tentang ibadah dan akhlak, misalnya. Kedua, Imam Bukhari berkeinginan agar umat Islam yang mempelajari kitab shahihnya mendapatkan penekanan kembali mengenai hal yang sangat penting, yang dirasa kemanfaatannya sangat banyak jika hadits dengan matan yang mirip itu ditampilkan. Kemungkinan hal kedua ini yang menjadi alasan hadits ke-21 yang mirip dengan hadits ke-16 ini sama-sama dimuat dalam Kitabul Iman. Karenanya Imam Bukhari memberikan judul yang berbeda. Ketiga, Sesungguhnya Imam Bukhari tidak pernah mengulang hadits dengan matan dan sanad yang sama persis. Kalaupun matannya sama, sanadnya pasti berbeda. Demikian pula dengan hadits ini. Meskipun hadits ke-21 dan hadits ke-16 diriwayatkan dari Anas r.a namun perawi sesudahnya (sampai bersambung ke Imam Bukhari) berbeda. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, hadits ke-21 ini diriwayatkan oleh para perawi yang semuanya adalah orang-orang Bashrah.
Karena matan hadits ke-21 ini tidak jauh berbeda dengan hadits ke-16: manisnya iman, maka pembaca bisa membaca hadits ke-16: manisnya iman, untuk melihat penjelasan dan pelajaran hadits. Wallaahu a'lam bish shawab.[]
KEMBALI KE HADITS 20
Hadits yang akan kita bahas ini masih termasuk dalam kitab Al-Iman, kitab kedua dalam Shahih Bukhari. Bagi pembaca yang mengikuti rubrik hadits ini secara rutin, insya Allah tidak akan asing dengan hadits berikut ini, karena ia memiliki matan (redaksi) yang sama dengan salah satu hadits sebelumnya. Imam Bukhari memberikan judul bab untuk hadits ke-21 ini " باب مَنْ كَرِهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ مِنَ الإِيمَانِ". Mengambil makna dari sana, kita singkat judul pembahasan hadits Shahih Bukhari ke-21 ini menjadi: "Benci Kekafiran".
Berikut ini matan lengkap hadits Shahih Bukhari ke-21:
عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ
Dari Anas r.a., dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda: "Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka."
Penjelasan dan Pelajaran Hadits
Jika kita perhatikan, tampaklah bahwa matan (redaksi) hadits di atas sangat mirip dengan hadits ke-16: manisnya iman. Imam Bukhari memang seringkali membawakan hadits yang matan (redaksinya) mirip atau bahkan sama di dua atau lebih tempat (bab, bahkan kitab) yang berbeda. Karenanya kemudian ada ulama seperti Imam Adz-Dzahabi atau Syaikh Al-Albani yang membuat mukhtashar (ringkasan) Shahih Bukhari. Mukhtashar-mukhtashar itu biasanya hanya menyertakan satu hadits sekali saja. Tanpa mengulangnya.
Namun demikian, Imam Bukhari memiliki maksud tersendiri ketika menempatkan hadits dengan matan serupa di tempat yang berbeda. Pertama, karena hadits tersebut mengandung pelajaran yang tidak cukup hanya dipaparkan pada satu bab saja. Kenyataannya, memang banyak hadits Nabi yang memuat sejumlah kandungan berbeda. Ia berbicara tentang aqidah, sekaligus juga menerangkan tentang ibadah dan akhlak, misalnya. Kedua, Imam Bukhari berkeinginan agar umat Islam yang mempelajari kitab shahihnya mendapatkan penekanan kembali mengenai hal yang sangat penting, yang dirasa kemanfaatannya sangat banyak jika hadits dengan matan yang mirip itu ditampilkan. Kemungkinan hal kedua ini yang menjadi alasan hadits ke-21 yang mirip dengan hadits ke-16 ini sama-sama dimuat dalam Kitabul Iman. Karenanya Imam Bukhari memberikan judul yang berbeda. Ketiga, Sesungguhnya Imam Bukhari tidak pernah mengulang hadits dengan matan dan sanad yang sama persis. Kalaupun matannya sama, sanadnya pasti berbeda. Demikian pula dengan hadits ini. Meskipun hadits ke-21 dan hadits ke-16 diriwayatkan dari Anas r.a namun perawi sesudahnya (sampai bersambung ke Imam Bukhari) berbeda. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, hadits ke-21 ini diriwayatkan oleh para perawi yang semuanya adalah orang-orang Bashrah.
Karena matan hadits ke-21 ini tidak jauh berbeda dengan hadits ke-16: manisnya iman, maka pembaca bisa membaca hadits ke-16: manisnya iman, untuk melihat penjelasan dan pelajaran hadits. Wallaahu a'lam bish shawab.[]
KEMBALI KE HADITS 20
Untuk membuka seluruh hadits dengan mudah melalui DAFTAR ISI, silahkan klik
KUMPULAN HADITS SHAHIH BUKHARI
KUMPULAN HADITS SHAHIH BUKHARI