"Assalamu'alaikum. Waduh, ustadz kemana aja neh ... baru bisa Shubuhan?", seorang jamaah yang setia berdiskusi menyapa kange...
"Assalamu'alaikum. Waduh, ustadz kemana aja neh ... baru bisa Shubuhan?", seorang jamaah yang setia berdiskusi menyapa kangen.
"Waalaikumussalam. Biasa pak. Lagi tengok-tengok negeri orang. Menjalin silaturahmi", jawab sang ustadz.
"He he ... berarti gak mengikuti perkembangan tanah air ya tadz. Lagi rame kasus LHI-Ahmad Fathanah-KPK. Dag dig dug tadz ..," ungkapnya semangat.
"Tetep ngikutin pak ... kan teknologi dah canggih...," ustaz menjawab kalem.
"Ndak .... satu aja tadz mau tanya. Bukannya kader-kader PKS itu solid dan banyak. Tapi, kok pada adem-ayem aja dibulyy-dihina-dilecehkan. Malah diserang dari sana sini ...," tanyanya polos.
"Waduh .. kurang paham saya ya pak. Hanya saja saya ingat pepatah Arab mengatakan, Inna sukuuta al-aqwiyaa laisa dha'fun. Innamaa huwa furshatun lid-dhu'afaa an yatakallamuu qabla an yasmuthuu lil-abad (Diamnya orang-orang yang kuat, bukan mencerminkan kelemahan. Namun ia memberikan kesempatan kepada orang-orang lemah untuk puas hati berbicara, sebelum mereka dibungkam dan diam selamanya)", jawab sang ustadz tetap cool.
"Wow .. maksudnya?" tanya sang jamaah penasaran.
"Saya prediksi, PKS dan kader-kadernya memilih untuk menahan diri. Tidak terpancing melakukan cap jempol darah. Atau berdemo. Semua percaya diri, kasus yang diderita ustadz LHI dan PKS, hanya serpihan-serpihan saja dibalik skenario mafia negeri. Kader-kader PKS mempercayakan Jubir-jubir dan tim pengacara untuk menghadapi. Sedangkan yang dibawah, sibuk bekerja dengan penuh cinta dan harmoni. Mengapa? Karena setiap ujian itu semakin mengungkap, mana pejuang sejati, mana yang sekedar ikut menempel, dan mana yang ikut ribut memperkeruh suasana. Jadi saya pikir, suatu saat kasus LHI selesai. Semua penebar fitnah-isu negatif-tuduhan miring, yang pada hakikatnya adalah orang-orang lemah, akan diam seribu bahasa", tegas sang ustadz berapi-api.
"Wow .. kali ini saya harus bilang, MantaFKS ... pake F ... he he ", ungkapnya bercanda.
"PKS pake Pe pak bukan pake eF ... he he ...," canda balik sang ustadz. []
Penulis : Nandang Burhanuddin
"Waalaikumussalam. Biasa pak. Lagi tengok-tengok negeri orang. Menjalin silaturahmi", jawab sang ustadz.
"He he ... berarti gak mengikuti perkembangan tanah air ya tadz. Lagi rame kasus LHI-Ahmad Fathanah-KPK. Dag dig dug tadz ..," ungkapnya semangat.
"Tetep ngikutin pak ... kan teknologi dah canggih...," ustaz menjawab kalem.
"Ndak .... satu aja tadz mau tanya. Bukannya kader-kader PKS itu solid dan banyak. Tapi, kok pada adem-ayem aja dibulyy-dihina-dilecehkan. Malah diserang dari sana sini ...," tanyanya polos.
"Waduh .. kurang paham saya ya pak. Hanya saja saya ingat pepatah Arab mengatakan, Inna sukuuta al-aqwiyaa laisa dha'fun. Innamaa huwa furshatun lid-dhu'afaa an yatakallamuu qabla an yasmuthuu lil-abad (Diamnya orang-orang yang kuat, bukan mencerminkan kelemahan. Namun ia memberikan kesempatan kepada orang-orang lemah untuk puas hati berbicara, sebelum mereka dibungkam dan diam selamanya)", jawab sang ustadz tetap cool.
"Wow .. maksudnya?" tanya sang jamaah penasaran.
"Saya prediksi, PKS dan kader-kadernya memilih untuk menahan diri. Tidak terpancing melakukan cap jempol darah. Atau berdemo. Semua percaya diri, kasus yang diderita ustadz LHI dan PKS, hanya serpihan-serpihan saja dibalik skenario mafia negeri. Kader-kader PKS mempercayakan Jubir-jubir dan tim pengacara untuk menghadapi. Sedangkan yang dibawah, sibuk bekerja dengan penuh cinta dan harmoni. Mengapa? Karena setiap ujian itu semakin mengungkap, mana pejuang sejati, mana yang sekedar ikut menempel, dan mana yang ikut ribut memperkeruh suasana. Jadi saya pikir, suatu saat kasus LHI selesai. Semua penebar fitnah-isu negatif-tuduhan miring, yang pada hakikatnya adalah orang-orang lemah, akan diam seribu bahasa", tegas sang ustadz berapi-api.
"Wow .. kali ini saya harus bilang, MantaFKS ... pake F ... he he ", ungkapnya bercanda.
"PKS pake Pe pak bukan pake eF ... he he ...," canda balik sang ustadz. []
Penulis : Nandang Burhanuddin