فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ ...
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Ayat di atas menjelaskan keterlibatan Allah dalam jihad yang dilakukan kaum muslimin. Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an mengatakan bahwa terdapat beberapa riwayat yang ma’tsur di dalam menafsirkan “melempar” di sini. Yaitu bahwa lemparan itu adalah lemparan kerikil Rasulullah ke muka orang-orang kafir seraya mengatakan, “Rusaklah wajah mereka! Rusaklah wajah mereka!” Maka, lemparan itu mengenai wajah orang-orang musyrik yang telah ditetapkan pasti mati menurut ilmu Allah.
“Akan tetapi,” lanjut Sayyid Quthb, “petunjuk ayat ini lebih umum. Ia menggambarkan rencana Allah terhadap semua urusan di balik gerakan lahiriah Nabi dan golongan Islam yang bersama beliau.”
Karenanya, ketika mujahid dengan usahanya yang sederhana, yang secara matematis sangat kecil peluang anak panah mencapai musuh yang jauh, tetapi ternyata bisa tepat mengenai sasaran itu, mujahid tersebut mengambalikan urusan ini kepada Allah: wamaa ramaita idz ramaita, walaakinnallaaha ramaa.
Ketika mujahid Palestina menembakkan roket yang sederhana dan ternyata mampu meledakkan dan menjatuhkan pesawat Zionis, mujahid tersebut mengambalikan urusan ini kepada Allah: wamaa ramaita idz ramaita, walaakinnallaaha ramaa.
Halaman 1 Tribun Yogya edisi 13 Mei 2013 |
Hari-hari ini, muncul sebuah fenomena. Tiba-tiba secara beruntun, media-media besar mengalami kesalahan fatal dalam memberitakan partai Islam. Tiba-tiba, mereka salah tulis dengan kesalahan yang sangat kentara. Dalam konten, bahkan dalam judul. Justru di saat ada kesan, mereka berlomba-lomba ‘menyerang’ partai Islam tersebut. Setelah sebuah media cetak menulis judul “KPK Laporkan Johan Budi ke Polisi” giliran sebuah televisi nasional menulis di layar kaca: “MARDANI ALI SERA: Juru Bicara KPK”. Selain dua media tersebut, banyak juga media lain yang salah tulis. Sekali lagi, anehnya, dalam waktu yang berdekatan.
Apa penjelasan dari semua itu? Bisa jadi ini adalah fenomena ‘wamaa ramaita idz ramaita, walaakinnallaaha ramaa’. Kader-kader gerakan Islam yang dizalimi memang terlihat diam, tidak ada aksi massa memprotes. Tidak ada cap jempol darah, dan sebagainya. Tetapi, dalam diam mereka berdoa. Dalam kesunyian mereka bermunajat kepada Rabbnya. Meminta pertolongan, meminta perlindungan. Bisa jadi ini adalah tanda dan bagian dari pertolongan Allah. Dan bukankah doa orang yang dizalimi itu mustajabah? Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]