Kehadiran manusia di muka bumi ini tidak lain dalam rangka mengemban amanah dari Tuhan untuk memelihara dan memakmurkan bumi ini yaitu m...
Kehadiran manusia di muka bumi ini tidak lain dalam rangka mengemban amanah dari Tuhan untuk memelihara dan memakmurkan bumi ini yaitu melaksanakan misi sebagai khalifah (pemimpin). Inilah amanah terberat yang dipikul oleh manusia yang tidak mampu diemban oleh makhluk lainnya. Nabi Muhammad SAW bersabda “Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing-masing kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang pembantu adalah pemimpin dalam memelihara harta tuannya dan ia akan ditanya pula tentang kepemimpinannya” (HR Imam Bukhori).
Pemimpin merupakan unsur penting bagi keberjalanan kepemimpinan. Pemimpin ibarat kepala bagi tubuh, penentu seluruh tujuan, pemikir serta pengkaji dalam setiap masalah yang dihadapi, berperan sebagai pengarah, pengawas serta pengendali. Selain itu, pemimpin merupakan pusat informasi, lambang kekuatan, persatuan, keutuhan dan disiplin barisan. Idealnya seorang pemimpin senantiasa meduduki garda terdepan dalam urusan–urusan utama di tubuh yang dipimpin, menegakkan keadilan dan tidak menciptakan kedhaliman.
Dalam Islam, kepemimpinan merupakan amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya serta penuh tanggung jawab. Pertanggungjawaban kepemimpinan tidak hanya kepada pemberi amanah dan para anggota yang dipimpinnya, tetapi harus mempertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Jadi menurut Islam dimensi pertanggungjawab kepemimpinan tidak hanya bersifat horizontal tetapi juga bersifat vertikal.
Dalam melaksanakan amanahnya, masing – masing pemimpin punya gaya kepemimimpinan sendiri-sendiri, tergantung latar belakang kehidupan serta kecenderungan kejiwaan mereka. Anggota tidak akan memberikan kinerja terbaik ataupun tetap setia dalam jangka waktu lama jika pemimpin membuat mereka merasa lemah, memiliki ketergantungan atau terasingkan. Di sinilah peran seorang pemimpin dibutuhkan membimbing, memberdayakan mereka, membina hubungan sehingga mampu menjadi the winning team. Memimpin dengan keteladananlah (qudwah) barangkali yang dibutuhkan untuk menciptakan hubungan tersebut.
Memimpin dengan Qudwah
Kaum pemuda yang ingin berhasil dalam menjayakan peran strategisnya dalam sebuah kepemimpinan hendaknya mencontoh dan belajar gerakan kepemimpinan Rasulullah. Rasulullah SAW adalah sebagai suri teladan bagi seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulallah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahdzab:21).
Model kepemimpinan Rasulullah SAW yang mengutamakan nilai-nilai akhlak mulia (akhlakul karimah) pada setiap sendi kehidupan. Sifat-sifat Rasulullah Siddiq, Amanah, Tablig dan Fathonah sangat relevan untuk diimplementasikan dalam menjalankan kepemimpinan.
a. Siddiq
Siddiq atau Kejujuran merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin. Masyarakat akan menaruh simpati kepada pemimpin apabila terbukti memiliki kualitas kejujuran yang tinggi. Kejujuran seorang pemimpin dinilai dari perkataan dan sikapnya. Sikap pemimpin yang jujur adalah manifestasi dari perkaatannya, dan perkatannya merupakan cerminan dari hatinya.
b. Amanah
Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang bertangggung jawab. Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan di atas pundaknya.
c. Tablig
Kemampuan berkomunikasi merupakan kualitas ketiga yang harus dimiliki oleh pemimpin sejati, sehingga diharapkan pemimpin dapat menyampaikan visi misinya kepada anggota dengan benar. Salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya menyatakan kebenaran meskipun konsekuensinya berat.
Tablig juga dapat diartikan sebagai akuntabel, atau terbuka untuk dinilai. Akuntabilitas berkaitan dengan sikap keterbukaan (transparansi) ada kaitannya dengan cara kita mempertanggungkawabkan sesuatu dihadapan orang lain. Sehingga, akuntabilitas merupakan bagian melekat dari kredibilitas. Bertambah baik dan benar akuntabilitas yang kita miliki, bertambah besar tabungan kredibilitas sebagai hasil dari setoran kepercayaan orang-orang kepada kita.
d. Fathonah
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata masyarakatnya sehinga memiliki kepercayaan diri. Kecerdasan pemimpin akan membantu dia dalam memecahkan segala macam persoalan yang terjadi di masyarakat. Pemimpin yang cerdas tidak mudah frustasi menghadapai problema, karena dengan kecerdasannya dia akan mampu mencari solusi.
Rosulullah SAW juga merupakan sosok pemimpin yang tangguh serta teguh pendiriannya (istiqomah) dalam menjalankan misi dakwah. Beliau senantiasa menahan diri dari mengeluh, menahan lisan dari perkataan kotor dan adu domba serta menahan anggota badan dari perbuatan dholim. Selain itu, beliau merupakan sosok pemimpin yang berkepribadian sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Beliau menyuruh umat Islam untuk selalu tampil sederhana dengan melakukan sedekah pada orang lain dan saling membantu.
Sifat penyayang dan lemah lembut juga dicontohkan oleh Rosulullah sebagai pemimpin. Kasih sayang dan kelemahlembutan pemimpin di setiap level apapun akan menjadi qudwah bagi anggota sehingga akan membentuk suasana kesejukan. Bentuk kasih sayang seorang pemimpin terhadap anggotanya yaitu sejauh mana perhatiannya kepada mereka. Pemimpin mengetahui penderitaan atau beban yang dirasakan oeh anggotanya. Demikian pula imbal baliknya, para anggota memahami beban berat pemimpinnya. Pemimpin juga diharapkan mampu memancarkan energi positif. Secara fisik, pemimpin memiliki air muka yang menyenangkan dan bahagia, senantiasa optimis, positif, bergairah, antusias dan penuh harap.
Rosululullah memberikan teladan kepemimpinan sebagai khodimul ummah atau pelayan umat. Dalam salah satu sabdanya, Rosululullah menyatakan bahwa pemimpin suatu kelompok adalah pelayan pada kelompok tersebut, sehingga sebagai seorang pemimpin hendaklah dapat, mampu dan mau melayani serta menolong orang lain dan maju dengan ikhlas. Kepemimpinan yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah kepemimpinan dimana seorang pemimpin tidak hanya berbicara, tetapi juga mampu memberikan teladan bagi yang dipimpinnya.
Memimpin dengan keteladanan akan jauh lebih efektif dan mengena pada diri yang dipimpin. Memimpin dengan teladan akan melahirkan sinergisitas antara pemimpin dengan anggota sehingga akan memunculkan the winning team, dimana terdapat daya ikat kelompok dan daya padu kelompok.
Sosok pemimpin yang memimpin dengan keteladanan akan memunculkan ketsiqohan (kepercayaan) anggota atas kepemimpinannya. Tsiqah adalah rasa puasnya seorang tentara atas komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya maupun keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang menghasilkan perasaan cinta, penghargaan, penghormatan hingga lahirlah sebuah kemestian yaitu ketaatan. Kepercayaan tidaklah lahir karena dituntut pemimpin, tetapi ia datang seiring dengan perasaan dan pandangan anggota atas kapasitas serta kearifan pemimpinnya.
Selain itu, munculnya loyalitas anggota kepada pemimpin dan lembaga dimana anggota memiliki semangat dan gairah dalam beraktivitas. Anggota akan senantiasa cepat tanggap seketika setelah mendengarkan perintah, tidak berlamban lamban, keberatan, sengaja ketinggalan dan terkesan ragu–ragu. Anggota akan senantiasa menjalakan perintah sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh pemimpin, tidak akan bertindak atas kehendaknya pribadi.[]
Penulis : Roffiul Umamil Marzukoh
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fak. Pertanian UNS angkatan 2009
Mentor Asistensi Agama Islam di UNS
Pemimpin merupakan unsur penting bagi keberjalanan kepemimpinan. Pemimpin ibarat kepala bagi tubuh, penentu seluruh tujuan, pemikir serta pengkaji dalam setiap masalah yang dihadapi, berperan sebagai pengarah, pengawas serta pengendali. Selain itu, pemimpin merupakan pusat informasi, lambang kekuatan, persatuan, keutuhan dan disiplin barisan. Idealnya seorang pemimpin senantiasa meduduki garda terdepan dalam urusan–urusan utama di tubuh yang dipimpin, menegakkan keadilan dan tidak menciptakan kedhaliman.
Dalam Islam, kepemimpinan merupakan amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya serta penuh tanggung jawab. Pertanggungjawaban kepemimpinan tidak hanya kepada pemberi amanah dan para anggota yang dipimpinnya, tetapi harus mempertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Jadi menurut Islam dimensi pertanggungjawab kepemimpinan tidak hanya bersifat horizontal tetapi juga bersifat vertikal.
Dalam melaksanakan amanahnya, masing – masing pemimpin punya gaya kepemimimpinan sendiri-sendiri, tergantung latar belakang kehidupan serta kecenderungan kejiwaan mereka. Anggota tidak akan memberikan kinerja terbaik ataupun tetap setia dalam jangka waktu lama jika pemimpin membuat mereka merasa lemah, memiliki ketergantungan atau terasingkan. Di sinilah peran seorang pemimpin dibutuhkan membimbing, memberdayakan mereka, membina hubungan sehingga mampu menjadi the winning team. Memimpin dengan keteladananlah (qudwah) barangkali yang dibutuhkan untuk menciptakan hubungan tersebut.
Memimpin dengan Qudwah
Kaum pemuda yang ingin berhasil dalam menjayakan peran strategisnya dalam sebuah kepemimpinan hendaknya mencontoh dan belajar gerakan kepemimpinan Rasulullah. Rasulullah SAW adalah sebagai suri teladan bagi seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulallah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahdzab:21).
Model kepemimpinan Rasulullah SAW yang mengutamakan nilai-nilai akhlak mulia (akhlakul karimah) pada setiap sendi kehidupan. Sifat-sifat Rasulullah Siddiq, Amanah, Tablig dan Fathonah sangat relevan untuk diimplementasikan dalam menjalankan kepemimpinan.
a. Siddiq
Siddiq atau Kejujuran merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin. Masyarakat akan menaruh simpati kepada pemimpin apabila terbukti memiliki kualitas kejujuran yang tinggi. Kejujuran seorang pemimpin dinilai dari perkataan dan sikapnya. Sikap pemimpin yang jujur adalah manifestasi dari perkaatannya, dan perkatannya merupakan cerminan dari hatinya.
b. Amanah
Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang bertangggung jawab. Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan di atas pundaknya.
c. Tablig
Kemampuan berkomunikasi merupakan kualitas ketiga yang harus dimiliki oleh pemimpin sejati, sehingga diharapkan pemimpin dapat menyampaikan visi misinya kepada anggota dengan benar. Salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya menyatakan kebenaran meskipun konsekuensinya berat.
Tablig juga dapat diartikan sebagai akuntabel, atau terbuka untuk dinilai. Akuntabilitas berkaitan dengan sikap keterbukaan (transparansi) ada kaitannya dengan cara kita mempertanggungkawabkan sesuatu dihadapan orang lain. Sehingga, akuntabilitas merupakan bagian melekat dari kredibilitas. Bertambah baik dan benar akuntabilitas yang kita miliki, bertambah besar tabungan kredibilitas sebagai hasil dari setoran kepercayaan orang-orang kepada kita.
d. Fathonah
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata masyarakatnya sehinga memiliki kepercayaan diri. Kecerdasan pemimpin akan membantu dia dalam memecahkan segala macam persoalan yang terjadi di masyarakat. Pemimpin yang cerdas tidak mudah frustasi menghadapai problema, karena dengan kecerdasannya dia akan mampu mencari solusi.
Rosulullah SAW juga merupakan sosok pemimpin yang tangguh serta teguh pendiriannya (istiqomah) dalam menjalankan misi dakwah. Beliau senantiasa menahan diri dari mengeluh, menahan lisan dari perkataan kotor dan adu domba serta menahan anggota badan dari perbuatan dholim. Selain itu, beliau merupakan sosok pemimpin yang berkepribadian sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Beliau menyuruh umat Islam untuk selalu tampil sederhana dengan melakukan sedekah pada orang lain dan saling membantu.
Sifat penyayang dan lemah lembut juga dicontohkan oleh Rosulullah sebagai pemimpin. Kasih sayang dan kelemahlembutan pemimpin di setiap level apapun akan menjadi qudwah bagi anggota sehingga akan membentuk suasana kesejukan. Bentuk kasih sayang seorang pemimpin terhadap anggotanya yaitu sejauh mana perhatiannya kepada mereka. Pemimpin mengetahui penderitaan atau beban yang dirasakan oeh anggotanya. Demikian pula imbal baliknya, para anggota memahami beban berat pemimpinnya. Pemimpin juga diharapkan mampu memancarkan energi positif. Secara fisik, pemimpin memiliki air muka yang menyenangkan dan bahagia, senantiasa optimis, positif, bergairah, antusias dan penuh harap.
Rosululullah memberikan teladan kepemimpinan sebagai khodimul ummah atau pelayan umat. Dalam salah satu sabdanya, Rosululullah menyatakan bahwa pemimpin suatu kelompok adalah pelayan pada kelompok tersebut, sehingga sebagai seorang pemimpin hendaklah dapat, mampu dan mau melayani serta menolong orang lain dan maju dengan ikhlas. Kepemimpinan yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah kepemimpinan dimana seorang pemimpin tidak hanya berbicara, tetapi juga mampu memberikan teladan bagi yang dipimpinnya.
Memimpin dengan keteladanan akan jauh lebih efektif dan mengena pada diri yang dipimpin. Memimpin dengan teladan akan melahirkan sinergisitas antara pemimpin dengan anggota sehingga akan memunculkan the winning team, dimana terdapat daya ikat kelompok dan daya padu kelompok.
Sosok pemimpin yang memimpin dengan keteladanan akan memunculkan ketsiqohan (kepercayaan) anggota atas kepemimpinannya. Tsiqah adalah rasa puasnya seorang tentara atas komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya maupun keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang menghasilkan perasaan cinta, penghargaan, penghormatan hingga lahirlah sebuah kemestian yaitu ketaatan. Kepercayaan tidaklah lahir karena dituntut pemimpin, tetapi ia datang seiring dengan perasaan dan pandangan anggota atas kapasitas serta kearifan pemimpinnya.
Selain itu, munculnya loyalitas anggota kepada pemimpin dan lembaga dimana anggota memiliki semangat dan gairah dalam beraktivitas. Anggota akan senantiasa cepat tanggap seketika setelah mendengarkan perintah, tidak berlamban lamban, keberatan, sengaja ketinggalan dan terkesan ragu–ragu. Anggota akan senantiasa menjalakan perintah sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh pemimpin, tidak akan bertindak atas kehendaknya pribadi.[]
Penulis : Roffiul Umamil Marzukoh
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fak. Pertanian UNS angkatan 2009
Mentor Asistensi Agama Islam di UNS